Opini

2024 Tahun Terburuk bagi Anak-Anak, akankah 2025 Membawa Harapan?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: A. Tenri Sarwan, S. M.

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Anak-anak dilahirkan ke dunia ini dengan tangisan, sementara sekelilingnya regu merayakan keberadaan mereka. Namun, tiba saatnya ketika anak-anak seolah menjadi barang yang bisa dibuang, ditembak, dijatuhkan dengan rudal, dibom, dan dibakar na’udzubillah.

Hati nurani seakan telah mati. Manusia dengan sadar merenggut kehidupan suci anak-anak yang tak berdosa. Bahkan, mereka tak diberi kesempatan untuk menangis atau tertawa, untuk merasakan kasih sayang dari orang tua mereka.

Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), pada Selasa (24/12/2024), setiap jam satu anak tewas di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel. Setidaknya 17. 492 anak telah dilaporkan tewas dalam hampir 15 bulan konflik. Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, seperti dilaporkan oleh Al Jazeera, menyatakan, “Dari hampir semua ukuran, tahun 2024 telah menjadi salah satu tahun terburuk yang tercatat bagi anak-anak dalam sejarah UNICEF, baik dalam hal jumlah anak yang terkena dampak maupun tingkat dampaknya terhadap kehidupan mereka. ”

Tahun 2024 menjadi salah satu tahun yang paling kelam bagi anak-anak. Apakah ada harapan baru di tahun 2025 yang mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka? Apakah solusinya terletak pada teriakan gencatan senjata ala barat atau pendekatan solusi dua negara? Apakah ini cukup?

Agenda Barat?

“Sesungguhnya penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan”. Apakah kita masih mendengarkan pernyataan itu dengan sepenuh hati setiap hari Senin? Sementara di belahan dunia lain, anak-anak terpaksa akrab dengan suara ledakan, teriakan, dan tangisan. Namun, mereka tetap berjuang, tak gentar menghadapi semua keterbatasan, berbekal iman yang mendalam bahwa dunia ini memang tak adil, dan keadilan hanya berada di tangan Allah SWT. Kita, yang mungkin menghafal kalimat itu di luar kepala, apa yang telah kita lakukan untuk mewujudkannya? Apakah itu hanya sekadar kata-kata manis yang tak butuh realisasi? Jika demikian, apa gunanya?

Penduduk negeri yang mungkin telah hapal pembukaan UUD 1945, masih bingung memilih pihak di mana mereka berada, saat ketidakadilan terang-terangan dipertontonkan di depan mata mereka.

Apakah kemanusiaan benar-benar telah mati? Kita masih terperangkap dalam agenda barat, yang sejak awal merupakan “orang tua” dari negeri yang penuh kekejaman ini. Atau mungkin kita juga sudah lupa? Bagaimana kita bisa berharap akan adanya tatanan kehidupan yang lebih baik dari mereka yang jelas-jelas menjadi penyebab kebrutalan yang merenggut nyawa anak-anak?

Apakah kita masih merasa cukup hanya dengan teriakan di podium-podium yang dipenuhi kamera, ketika mereka berbicara tentang manusia yang tak mengerti bahasa diplomasi? Mereka yang berperang hanya mengenal bahasa kekerasan. Lalu, apa lagi yang bisa diharapkan dari semua bentuk diplomasi yang justru semakin menambah penderitaan bukan hanya bagi anak-anak di Jalur Gaza, tetapi juga bagi negeri-negeri lain yang tidak terlibat dalam konflik?

Semakin disibukkannya para penguasa, baik muslim maupun mereka yang terus menerus meneriakkan gencatan senjata atau solusi dua negara, pada dasarnya hanya membuat para penjagal dan sekutunya tertawa, bukan? Bukankah itu adalah bagian dari agenda mereka sejak awal yang tak kunjung membuahkan hasil? Sampai kapan kita, kaum Muslim, akan terus menjadi pengikut dan pendukung agenda barat? Tidakkah kita memiliki agenda sendiri, padahal kita adalah umat terbaik?

Agenda Muslim?
Agenda Barat telah mengalami kegagalan dalam menciptakan tatanan peradaban yang ideal, tidak hanya bagi anak-anak, tetapi juga untuk seluruh aspek kehidupan. Bagaimana bisa kaum Muslim menderita, bukankah kita adalah umat terbaik menurut firman Allah dalam QS. Ali ‘Imran (3:110)? Apakah Allah telah berbuat salah?

Wahai kaum Muslim, jika kita adalah umat terbaik, marilah kita rapatkan barisan. Mari satukan tidak hanya perasaan dan pemikiran kita, tetapi juga peraturan yang berlandaskan pada petunjuk Allah.

Allah SWT berfirman:

“. . . Barang siapa menyerangmu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa. ” (QS. Al-Baqarah 2:194)

Apakah kita bukan umat terbaik? Mari kita gaungkan agenda besar kita. Sudah saatnya berhenti saling menyalahkan dan bersatu dalam naungan Daulah Islam. Dengan persatuan ini, kita akan menjadi kekuatan yang mampu melindungi tidak hanya anak-anak di Gaza, tetapi juga seluruh dunia. Sejarah telah membuktikan bahwa para pemimpin yang lahir dari ideologi Islam mampu mewujudkan keamanan dan keadilan yang luar biasa.

Mari kita lihat Khalifah Umar bin Khattab, yang sangat memperhatikan keamanan jalanan di Baghdad hingga khawatir jika ada unta yang tergelincir.

Lihat juga Khalifah Al Mu’tashim yang tidak tinggal diam saat mendengar teriakan seorang budak Muslimah yang dilecehkan oleh Romawi. Tentara yang panjang dan solid dikerahkan, dari gerbang istana di Baghdad hingga Ammuriah (Turki), demi satu wanita Muslimah atau seekor unta yang mungkin jatuh ke dalam lubang di jalan yang rusak. Mengapa pemimpin Muslim saat ini tidak mampu melakukan hal serupa?

Sementara kota telah hancur dan nyawa-nyawa anak-anak yang tak berdosa hilang, bagaimana kita akan mempertanggungjawabkannya dikemudian hari?

Wahai pemimpin Muslim, wahai tentara Muslim, wahai generasi Muslim! Apa lagi yang kita tunggu? Apakah kita akan membiarkan terulang kembali tahun-tahun kelam itu? Mari kita rapatkan barisan untuk mengembalikan agenda kita, menyatukan seluruh dunia Muslim di bawah satu kepemimpinan. Takbir!

“Umat yang akhir ini tidak akan baik, kecuali dengan apa yang menjadikan umat yang awal itu baik. Sesuatu yang pada waktu itu tidak menjadi ajaran agama, maka hari ini pun bukan merupakan agama. ”
(al-Qadli ‘Iyadl, as-Syifâ bi Ta’rîfi Ḥuqûqil-Mushtafâ Shallal-`Llâhu ‘alaihi wa Sallam, jilid 2 hlm. 88).

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 34

Comment here