Oleh: Alya Atikah (Pelajar SMP Tahfidz di Batola)
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Sulitnya perekonomian dibarengi dengan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) membuat masyarakat semakin menderita. Penghasilan masyarakat tidak mencukupi, sehingga ada dari mereka yang tidak mampu membayar pajak. Sebagai generasi penerus bangsa, para remaja membela masyarakat yang tidak terima dengan keputusan pemerintah. Mereka turun ke jalan demi menyalurkan dan menyuarakan pendapat masyarakat kepada pemerintah.
Pada hari Kamis (19/12/2024) para mahasiswa hingga K-popers bakal turun ke jalan untuk menyuarakan aksi mereka menolak kenaikan PPN 12 yang mulai diterapkan pada 1 Januari 2025 di depan Istana. Dalam tulisan ajakan melalui media sosial pada hari kamis tertulis “Jatah cuti masih banyak ? Yuk kita pakai turun ke jalan buat pesta rakyat bareng tolak kenaikan pajak”. Massa aksi yang akan berdemo di depan Istana ialah dimulai dari mahasiswa, akademisi, pencinta anime Jepang (Wibu) hingga penggemar Kpop atau budaya Korea (K-popers). Dalam tulisan ajakan aksi tertulis “Mari mahasiswa, buruh, akademisi, pedagang, pengusaha, Techbro/Sis, Wibu, K-popers, ibu-ibu, kumpul bernyanyi bersama di depan istana Kamis (19/12/2024) Tolak PPN 12 persen”.
(Megapolitan.kompas.com,19/12/2024)
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga atau BEM Unair atau Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga menolak wacana kenaikan Pajak Pertambahan Negara atau PPN dari yang semula 11% menjadi 12%. BEM Unair telah menolak kenaikan tersebut setelah melakukan kajian komprehensif dan mendalam mengenai dampak kenaikan PPN terhadap masyarakat. Presiden BEM Unair yang bernama Aulia Thaariq Akbar mengatakan bahwa kenaikan PPN dari yang semula 11% menjadi 12% telah disimpulkan tanpa melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif. Masyarakat belum berada dalam kondisi ekonomi yang baik, bahkan banyak masyarakat yang turun kelas dari semula kelas menengah menjadi kelas bawah. (Beritajatim.com,21/12/2024)
Ketika perekonomian masyarakat sedang anjlok, keputusan pemerintah menaikkan pajak dianggap mencederai keadilan. Dalam situasi seperti ini, generasi muda diharapkan menjadi suara rakyat yang memperjuangkan keadilan sosial. Gen Z, sebagai penerus bangsa, memiliki tanggung jawab besar untuk memahami dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi negara. Namun, tantangan yang dihadapi generasi ini tidaklah kecil. Sistem kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan seringkali membuat generasi muda kehilangan arah dan tujuan.
Gen Z dikenal sebagai generasi yang cerdas, kritis, dan penuh potensi. Namun, tantangan berupa tekanan sosial dan mental sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya. Masalah seperti mental illness dan ketidakmampuan menghadapi tekanan hidup menjadi hambatan bagi mereka untuk mengoptimalkan peran sebagai agen perubahan. Padahal, jika diarahkan dengan benar, mereka memiliki potensi besar untuk membawa bangsa menuju perubahan yang lebih baik.
Islam memberikan solusi yang menyeluruh untuk membangun generasi muda yang berdaya. Dalam sejarah, pendidikan Islam telah melahirkan banyak tokoh besar yang membawa perubahan signifikan bagi umat manusia. Islam tidak hanya mengajarkan tentang ibadah, tetapi juga memberikan panduan untuk kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Dengan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam, generasi muda dapat memahami masalah bangsa secara lebih mendalam dan menawarkan solusi yang sesuai dengan prinsip keadilan.
Salah satu langkah penting yang dapat diambil oleh Gen Z adalah bergabung dengan partai politik Islam yang ideologis. Partai-partai ini tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan, tetapi juga mendidik anggotanya tentang nilai-nilai Islam yang mendalam. Dengan pendidikan politik Islam, generasi muda dapat memahami bagaimana menghadapi tantangan global dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip keimanan mereka.
Kisah kejayaan Islam di masa lalu menjadi bukti nyata bahwa generasi muda yang dididik dengan nilai-nilai Islam mampu membawa perubahan besar. Ilmuwan seperti Ibnu Sina, Al-Khwarizmi, dan Al-Farabi adalah contoh tokoh yang tidak hanya berkontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan manfaat besar bagi masyarakat luas. Islam mengajarkan generasi muda untuk tidak hanya menjadi individu yang sukses, tetapi juga bermanfaat bagi umat.
Dalam konteks Indonesia saat ini, peran generasi muda dalam menolak kenaikan PPN adalah bentuk nyata kepedulian terhadap kondisi masyarakat. Namun, perjuangan ini harus lebih dari sekadar aksi di jalanan. Generasi muda harus memahami akar masalah yang dihadapi bangsa dan mencari solusi yang berkelanjutan. Pendidikan politik Islam dapat menjadi landasan bagi mereka untuk menjadi pemimpin yang mampu membawa perubahan hakiki.
Pada akhirnya, generasi muda adalah harapan bangsa. Mereka memiliki potensi besar untuk menghadirkan perubahan jika diarahkan pada jalan yang benar. Kepedulian mereka terhadap masalah seperti kenaikan PPN menunjukkan bahwa semangat juang untuk keadilan sosial masih hidup. Namun, perjuangan ini harus disertai dengan pemahaman yang mendalam dan strategi yang matang agar tidak hanya menjadi perlawanan sementara, tetapi juga menghasilkan perubahan sistemik yang bermanfaat bagi seluruh rakyat. Dengan bersandar pada nilai-nilai Islam, generasi muda dapat membawa bangsa menuju masa depan yang lebih adil dan sejahtera.
Views: 8
Comment here