Opini

Solusi Derita Anak Gaza

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Lely Novitasari (Aktivis Generasi Peradaban Islam)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Seolah kebal hukum, kekejaman zionis Israel yang sudah sejelas hitam putih sedikit pun tak tersentuh sanksi. Tanggapan Komisioner Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, pada Minggu (22/12), mengatakan Israel telah melanggar semua peraturan perang di Jalur Gaza. Sampai Januari 2025, ada lebih dari 45.200 orang digenosida yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Bahkan dikatakan, “setiap jam, satu anak tewas. Ini bukan sekadar angka. Ini adalah banyak nyawa yang terputus,” ungkap UNRWA dalam sebuah pernyataan, dilansir Antara, Rabu (25/12/2024).

Serangan yang bertubi-tubi dilakukan zionis Israel menjadikan roda kehidupan di Palestina seolah berhenti. Sengkarut kondisi yang berlarut-larut ini jangan sampai dianggap lumrah akibat setiap hari video Palestina bersliweran di beranda dengan isi komentar yang kurang lebihnya baru sekedar bisa mendoakan mereka.

Akankah dunia termasuk negeri muslim terus berkutat sibuk mencari keadilan dengan diplomasi dan dialog sana-sini berharap mampu mendapatkan solusi? Bukankah jalur mediasi yang diharapkan nyatanya tak kunjung terwujud sampai hari ini? Apakah kecaman yang disuarakan pemimpin negeri muslim seolah hanya lips service untuk menenangkan gejolak masyarakatnya?

Di bawah payung hukum internasional sekuler-kapitalisme, fenomena ‘No viral no justice’ pun tidak berlaku untuk kriminal internasional zionis Israel. Bahkan tawaran solusi dua negara yang ditawarkan Barat hanya akan membenarkan alias melegalkan Tanah Palestina dirampas. Logikanya mereka pendatang saja berani merampas, apalagi jika diberikan legalitas.

Kini puluhan ribu nyawa rakyat termasuk anak-anak Palestina telah menjadi martir untuk mempertahankan tanah kelahiran mereka juga termasuk tanah kaum muslimin. Masihkah waras menerima dan berharap ada solusi tuntas dari hukum internasional yang menerapkan sistem kapitalisme-sekuler?

Potensi Umat Islam

Secara logika harusnya jumlah kaum muslim yang hampir dua milyar sedunia mampu berjuang bersama membebaskan Palestina. Namun kenyataannya belum mampu. Sebab kungkungan garis khayal paham nasionalisme yang mengakar dalam benak kaum muslimin melemahkan potensi ikatan ukhuwah Islamiyahnya. Ditambah taraf berfikir sebagian umat Islam yang belum kritis melihat persoalan dunia di luar kehidupan pribadi mereka.

Maka sebelum membebaskan Palestina, umat perlu membersihkan pemikiran-pemikiran di luar Islam dari pemahamannya. Supaya akidah Islamnya tidak lagi terkontaminasi dengan pemahaman sekularisme dan hanya menjadikan Islam sebagai satu-satunya pemahaman dalam cara berfikir dan bersikap.

Dari pemahaman akidah Islam yang lurus inilah, umat akan bisa menemukan solusi Islam dalam menyelesaikan genosida di Palestina hanya dengan penerapan syariah dalam naungan Khilafah (negara yang menerapkan Islam sebagai sebuah sistem). Dalam naungan Khilafah, umat Islam yang jumlahnya hampir dua milyar bisa lebih mudah bersatu mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Tidak hanya memiliki perasaan yang sama tapi juga pemikiran dan aturan yang sama.

Khilafah akan diwajibkan menolong umat Islam di negeri manapun ketika didzolimi apalagi digenosida seperti di Gaza. Dengan naungan Khilafah seruan jihad bisa dilaksanakan dengan mengirimkan bantuan militer. Hingga keamanan dan keselamatan umat Palestina bukan lagi harapan tapi bisa diwujudkan. Jika masih ada yang belum meyakini Khilafah sebagai ajaran Islam dan sebagai solusi, bisa dipertanyakan bagaimana pemahamannya tentang Islam? Karena bicara khilafah itu bicara soalan akidah.

Rasulullah Saw. mengabarkan akan kembalinya Kekhilafahan seperti masa kenabian. Beliau Saw. bersabda: “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu, Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada.  Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada.  Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada.  Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan Al-Bazar).

Kabar ini datang dari lisan manusia yang amanah bahkan diberikan gelar Al Amin. Selayaknya umat menyambut seruan Nabi Saw. dengan optimis dan yakin betul. Yakin akan janjiNya dan RasuNya. Maka, untuk menyuarakan kabar gembira ke seluruh umat tidak bisa sendirian. Diperlukan sekelompok umat sebagaimana seruan dari Allah Swt dalam firmanNya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Qs Al Imran ayat 104

Keberadaan kelompok dakwah Islam inilah yang bisa berperan menyerukan kepada lebih banyak lagi umat untuk berjuang bersama membebaskan Palestina. Jangan ada lagi berpecah belah dan saling mencela di antara umat-Nya. Mengingat tujuan umat Islam hanya satu yakni meraih rida-Nya. Fokus pada solusi untuk bareng bekerjasama mendakwahkan ke seluruh umat Islam, perlunya peran negara yang mau menerapkan sistem Islam. Hingga seruan jihad dan Khilafah tidak hanya menjadi topik pembicaraan tapi diwujudkan sebagai solusi nyata pembebasan bumi Syam. Sejarah membuktikan Khilafah mampu menjaga nyawa anak-anak dan menumbuhkannya menjadi generasi tangguh dan pembebas seperti Salahudin Al-Ayubbi serta Muhammad Al-Fatih di masa lalu.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here