Opini

Islam Membangun Sistem Mitigasi Bencana yang Efektif

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Alila Arkan

Wacana-edukasi.com, OPINI– “Bencana siapa yang tahu” itulah kata kata yang sering didengar di tengah-tengah masyarakat. Memang betul sebuah bencana, banjir bandang, gempa bumi, tsunami dan yang lain, tidak ada manusia yang tahu kapan akan terjadinya karena itu bukan ranah yang manusia kuasai. Akan tetapi, mencegah agar bencana itu tidak datang ke suatu daerah itu adalah ranah yang dikuasai oleh manusia.

Bencana Melanda

Pekan pertama tahun ini, bencana banjir bandang terjadi di salah satu wilayah Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Morowali Utara. Dikabarkan satu orang meninggal dunia dan tiga yang lainnya mengalami luka luka, tutur Kepala Pelaksana BPBD SulTeng, Akris Fattah Yunus (Cnn indonesia.com, 04/01/2025).

Sementara, pekan kedua, kondisi hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi terus mendominasi sebagian besar wilayah di negeri ini. Cuaca yang seperti ini dapat menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi basah, seperti tanah longsor ataupun banjir bandang. Kepala pusat Data informasi dan komunikasi BNPB menyebutkan bencana hidrometeorologi biasanya terjadi di kawasan wilayah sumatera hingga nusa tenggara barat.
Hujan yang cukup besar juga terjadi di wilayah Pulau Sumatera, dan hal tersebut mengakibatkan adanya banjir yang terus menerus meluas ke berbagai wilayah.

Kabupaten Muara Enim, SumSel yang merupakan salah satu daerah yang terdampak cukup parah.
Di Kecamatan Ujan Mas ada sekitar 470 rumah terrendam air. Sebanyak 361 rumah terendam juga akibat banjir. Banjir juga terjadi di Kecamatan Benakat akibat dari luapan Sungai Benakat dengan Sungai Lematang (cnnindonesia.com 11/01/2025).

Bencana banjir merupakan musibah yang terjadi setiap tahun. Tidak bisa dimungkiri, negeri ini masih lemah dalam mengantisipasi atau mitigasi bencana banjir. Dari kelemahan pemerintah tentang antisipasi bencana ini tentu nyawa rakyat menjadi taruhannya.

Inilah tanda pemerintah belum mencerminkan pemimpin (raa’in) yang baik bagi rakyatnya.
Seorang pemimpin seharusnya dapat menjadi pelindung bagi raga dan nyawa rakyatnya. Di sisi lain, tidak dapat dimungkiri pula bahwa kapitalisme melahirkan pemimpin yang kurang mengurusi rakyatnya. Hal ini merupakan sebuah keniscayaan.

Para pemimipin dalam sistem ini, hanya menjadi regulator dan fasilitator. Mereka lebih melayani kaum elit pemilik modal dibanding rakyatnya. Maka tidak heran, jika mereka abai terhadap rakyatnya sendiri.

Pembangunan ala kapitalisme juga memperparah bencana yang terus terjadi di negeri ini. Tanpa rasa sungkan, para penguasa ala kapitalisme memberikan kebebasan kepada para oligarki untuk menjadikan lahan serapan menjadi lahan bisnis. Mereka abai terhadap keselamatan rakyat dan kerusakan alam, karena sejatinya mereka hanya memikirkan pertumbuhan ekonominya.

Sebagai contoh, ada sebuah pernyataan dari presiden tentang pembukaan lahan sawit (deforestasi) yang menurutnya tidak akan membahayakan. Akan tetapi, para ahli mengatakan bahwa deforestasi akan mengakibatkan berbagai masalah termasuk terjadinya bencana. Dampak Deforestasi untuk pembukaan lahan sawit sangat banyak. Di antaranya hilangnya habitat flora dan fauna, Degradasi lahan atau penurunan produktivitas lahan, Erosi tanah, dan lain-lain. Hal ini dapat memicu meningkatnya risiko banjir dan kerusakan infrastuktur, peningkatan emisi karbon yang meningakatkan pemanasan global, perubahan iklmi, serta konflik dengan masyarakat adat. Itulah efek masalah yang akan terjadi ketika deforestasi dilakukan.

Islam memandang sebuah bencana

Bencana merupakan qada atau ketetapan Allah Swt. Sebagai hamba Allah SWT, kita diperintahkan untuk bersabar ketika menghadapinya. Namun tidak berdiam diri dalam mengevaluasi setiap kondisi yang menjadi penyebab dari datangnya bencana tersebut.

Dalam Islam, negara wajib melindungi rakyat nya. Islam memandang bahwa penguasa adalah sebagai pengurus rakyat. Maka Ia wajib bersikap amanah, salah satunya melindungi rakyatnya dari sebuah kemudharatan termasuk dalam menanggulangi bencana.

Seorang penguasa harus memberikan keteladanan kepada rakyatnya. Seperti kisah Khalifah Umar bin Khattab ra, ketika terjadi paceklik di madinah. Saat itu beliau lebih mementingkan kebutuhan rakyatnya. Beliau rela hanya makan dengan roti dan minyak dari pada makan daging. Selain itu juga Khalifah Umar mengajak seluruh rakyatnya untuk bertaubat serta memohon Ampunan kepada Allah SWT agar menghentikan bencana yang sedang terjadi.

Selanjutnya, Negara wajib mempersiapkan berbagai pencegahan sebelum terjadinya bencana. Seperti melakukan perencanaan matang dalam membangun desa atau kota, dengan tujuannya untuk kemashlatan seluruh rakyat.

Begitu pula dalam pembangunan kota, Islam mencontohkan dengan pembangunan yang berbasis mitigasi bencana. Sebagai contoh, negara harus memperbanyak daerah yang menjadi resapan air, mengatur konservasi alam, melarang berburu binatang dan merusak tanaman demi menjaga ekosistem tetep terjaga dengan baik. Negara juga wajib melakukan pemetaan wilayah sesuai potensi bencana berdasarkan letak geografisnya, sehingga nantinya akan membangun tata ruang yang berbasis mitigasi bencana. Maka, pembangunan pun aman untuk manusia dan alam sekitar.

Demikianlah Islam mengoptimalkan peran negara dalam mitigasi bencana. Semua kebijakan tersebut hanya bisa diterapkan dalam sebuah institusi yang menerapkan sistem Islam secara menyeluruh. Hal ini, karena hanya dengan Islam yang akan menjadikan para penguasa sebagai raa’iin dan junnah. Yakni penguasa akan menjadi pelindung rakyatnya termasuk dalam menghadapi sebuah bencana. Juga akan melahirkan para penguasa yang amanah yang hanya takut kepada Allah SWT.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here