Oleh: Sarie Rahman
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Dikutip dari CNBC Indonesia (24/01/2025) Serangan militer Israel yang dillakukan besar-besaran di Jenin Tepi Barat, telah memaksa ratusan warga mengungsi dari rumah mereka. Ditebari peringatan dari drone, penduduk sipil, termasuk anak-anak, terpaksa meninggalkan rumah mereka dengan membawa barang seadanya di tengah malam. Operasi militer yang dimulai tak lama setelah gencatan senjata di Gaza ini melibatkan penghancuran rumah-rumah di kamp pengungsi, penggunaan kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone. Tindakan kekerasan ini memicu kekhawatiran akan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk dan menimbulkan pertanyaan serius akan komitmen Internasional terhadap perdamaian di wilayah tersebut.
Euforia gencatan senjata membuncah di kalangan umat Islam. Jeda dari konflik bersenjata memberikan ruang bagi masyarakat Palestina untuk menghirup udara segar setelah sekian lama hidup dalam ketakutan. Setelah melewati masa sulit, warga Palestina di Gaza menyambut hari-hari ini dengan penuh harapan. Mereka merayakan dengan penuh semangat, berharap masa depan yang lebih cerah tanpa lagi dibayangi konflik. Kemenangan sementara ini juga memberikan kesempatan bagi para pekerja kemanusiaan untuk mengakses wilayah konflik dan memberikan bantuan medis, makanan, dan tempat tinggal bagi warga sipil yang terdampak. Namun, euforia ini harus diimbangi dengan kewaspadaan. Gencatan senjata hanyalah langkah awal. Tantangan besar masih menanti, seperti rekonstruksi wilayah yang hancur dan upaya membangun kepercayaan antara kedua belah pihak.
Seringkali, gencatan senjata dipandang sebagai solusi akhir dari konflik berkepanjangan, termasuk dalam konteks penjajahan dan genosida. Namun, realitas sejarah menunjukkan bahwa gencatan senjata hanyalah jeda sementara, bukan penyelesaian permanen. Penjajah seringkali memanfaatkan momen gencatan senjata untuk mengatur ulang strategi, memperkuat cengkeraman kekuasaan, dan melancarkan serangan baru. Oleh karena itu, umat harus disadarkan bahwa gencatan senjata bukanlah tujuan akhir, melainkan langkah taktis dalam perjuangan yang lebih besar.
Jalan Kemerdekaan Hanyalah dengan Jihad dan Khilafah
Jihad, dalam Islam bermakna perjuangan totalitas berperang fisik untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Jeihad sebagai upaya untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Melalui jihad, umat Islam dapat meraih kemerdekaan sejati dan membangun tatanan hidup yang adil berdasarkan syariat Islam.
Adapun Khilafah, atau kepemimpinan umat adalah sistem pemerintahan yang ideal dalam Islam. Di bawah naungan khilafah, seluruh umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan yang adil dan kuat. Khilafah akan mampu melindungi seluruh umat Islam dari ancaman penjajahan dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan keadilan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan kesadaran dan mobilisasi umat dalam skala yang luas. Umat Islam harus bersatu, saling mendukung, dan bergerak bersama untuk mencapai kemerdekaan dan menegakkan Khilafah. Pendidikan tentang sejarah perjuangan Islam, nilai-nilai jihad, dan pentingnya khilafah harus terus digalakkan. Artinya gencatan senjata hanyalah solusi sementara. Sedangkan untuk mencapai kemerdekaan sejati dan keadilan dibutuhkan aksi nyata umat, karenanya umat Islam harus terus berjuang melalui jihad dan menegakkan khilafah. Kesadaran disertai mobilisasi umat menjadi kunci keberhasilan perjuangan ini.
Bulan Rajab, dengan peristiwa agung Isra’ Mi’raj, mengingatkan kita akan pentingnya perjuangan. Sejarah Isra’ Mi’raj mengajarkan kita tentang pentingnya memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Dengan demikian, kita sebagai umat Islam sudah seharusnya turut serta dalam perjuangan membebaskan Palestina, tanah suci yang dimuliakan Allah. Aksi bela Palestina yang telah kita lakukan pada 26 Januari 2025 lalu adalah langkah nyata dalam mewujudkan solidaritas umat.
Jika kesadaran umat terbentuk secara mendalam, maka semangat jihad fi sabilillah akan membara di hati setiap individu. Umat akan bahu-membahu dalam perjuangan menegakkan syariat Islam dan mewujudkan cita-cita Khilafah. Kepemimpinan jamaah dakwah ideologis yang kuat dan visioner akan menjadi kunci keberhasilan dalam menggerakkan massa. Para ulama sebagai rujukan utama akan memberikan arah dan bimbingan yang tepat. Pendidikan Islam yang berkualitas akan melahirkan generasi penerus yang mampu melanjutkan perjuangan. Persatuan umat yang kokoh akan menjadi benteng yang kuat menghadapi berbagai tantangan. Dengan menjalin kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat, kita dapat membangun tatanan sosial yang lebih baik.
Masalahnya saat ini kita tengah berada di persimpangan jalan sejarah, dihadapkan pada dilema yang pelik. Di satu sisi, kita dihadapkan pada pilihan untuk berpihak pada kekuatan yang berusaha menghalangi kebangkitan Khilafah. Di sisi lain, kita bisa memilih untuk menjadi pengamat pasif, menyaksikan tanpa turut serta. Meskipun terlihat jelas bahwa pilihan terbaik adalah ikut berjuang mewujudkan Khilafah, kita juga perlu memahami bahwa perjuangan ini takkan pernah berhenti, tak peduli pilihan kita. Waktu akan terus berjalan, dan dengan atau tanpa keterlibatan kita, kemenangan bagi Khilafah adalah takdir yang pasti. Ini adalah sebuah kenyataan yang tak terelakkan, sebuah kebenaran yang harus kita hadapi.
Meskipun perjalanan menuju Khilafah penuh dengan tantangan, namun dengan keimanan yang kuat dan semangat juang yang tinggi, kita yakin bahwa cita-cita luhur ini akan terwujud.
Views: 0
Comment here