KonsultasiParenting

Peran Ibu Masa Kini

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: RAI Adiatmadja (Founder Komunitas Kelas Menulis Buku Antologi)

blankWacana-edukasi.com –Banyak sekali peristiwa dalam sejarah, yang memberi kisah indah tentang para wanita hebat nan salihah. Bagaimana mereka memiliki sepak terjang untuk memajukan peradaban yang gemilang. Tentu peradaban Islam yang pernah berjaya memakmurkan kondisi umat. Contoh utama untuk kita adalah Khadijah radhiyallahu ‘anha yang keimanannya dipuji oleh Rasulullah. Begitu pun Fatimah az-Zahra yang memiliki kedudukan tersendiri di antara wanita-wanita muslimah, bahkan ia mendapatkan julukan ‘al-Batul’ (orang yang menjauhi kehidupan duniawi demi untuk beribadah kepada Allah. Aisyah radhiyallahu ‘anha, salah satu istri Rasulullah dan juga cendikiawam muda, cerdas, dan pandai.
Kisah inspiratif di atas hanya sebagai gambaran di antara sekian banyaknya teladan yang mampu memajukan peradaban. Memberikan penjelasan bahwa peranan wanita bukan sekadar melahirkan dan menjadi induk semata.

Nah … di saat ini, bisakah kehebatan tersebut kita tiru dan ulang meski dalam kemasan zaman yang berbeda? Semestinya bisa. Allah memberikan ujian yang lebih besar saat ini, jika kita mampu dan mau menganalisis problematika umat. Zaman dulu dan sekarang tak berbeda dari segi waktu dan peranan, tetapi hantaman sistem menjadi pemicu mundur dam maju yang signifikan untuk peranan wanita. Sistem apakah yang hari ini tegak sehingga menjadi hambatan yang begitu tebal? Tentu saja sistem kapitalis yang memiliki anak pinak sekularisme, pluralisme, dan liberalisme. Semua menggoda untuk memundurkan peranan dan misi spesifik yang Allah anugerahkan kepada wanita. Langkah sejati seperti apakah yang perlu kita jalankan?

1. Kokohkan Fondasi

Pengertian fondasi di KBBI: dasar bangunan yang kuat, biasanya (terdapat) di bawah permukaan tanah tempat bangunan yang didirikan; fundamen.
Jika kita diibaratkan bangunan, maka fondasinya adalah agama. Ilmu yang paling utama dan hal yang terpenting harus dikuasai wanita yang akan bermetamorfosis menjadi istri dan ibu. Kokohnya akidah anak, tergantung sang ibu saat pertama menancapkan dalam pemahaman mereka. Caranya, berarti para ibu harus mengaji dan mengkaji ilmu Islam. Bisa bergabung dalam majelis-majelis ilmu, ruang-ruang halaqah yang konsisten, ini menjadi hal yang sangat fundamen bagi para wanita terutama yang sudah menjadi ibu, agar buah hati memahami Islam secara kafah.

2. Pelajari Secara mendalam Ilmu Parenting

Sekian tahun kita sekolah, jangan sampai melalaikan untuk mempelajari ilmu yang sesungguhnya akan kita terapkan secara nyata. Setinggi apa pun sekolah kita, pada akhirnya rumah tangga menjadi realitas yang membutuhkan konsekuensi tak berbatas. Bukankah banyak yang kaget, ternyata rumah tangga itu rumit, satu demi satu harus diurai secara dewasa. Sedangkan kita tidak pernah belajar secara struktural tentang ilmu berumah tangga dan menjadi orang tua. Ya, menjadi orang tua tidak ada sekolahnya. Jangan sampai kita hanya merasa cukup menjadi induk semata.

Bergabunglah di beberapa komunitas parenting islami agar kita bisa kreatif menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Tentang memahami pasangan, menghadapi kehamilan, melewati tumbuh kembang anak, cara mengasuh yang diajarkan Rasulullah, melewati tahapan demi tahapan pola asuh, kapan waktu yang tepat menjadikan anak raja, tawanan, dan sahabat.
Penuhi ruang-ruang kosong tentang ilmu menjadi orang tua dan maksimalkan dengan praktik yang penuh kesabaran, sempurnakan dengan doa.

3. Kembangkan Potensi Diri

Menjadi seorang ibu adalah menghadapi berbagai macam peranan, dari waktu ke waktu, pun dari fase ke fase. Bagaimana cara berkomunikasi yang tepat kepada anak sesuai usianya, bahkan sesuai zamannya. Jangan sampai kita tertinggal jauh dari langkah anak-anak. Kita perlu memahami betul zaman yang menjadi pemilik buah hati kita, agar kita bisa memasang rambu-rambu dengan tepat, kapan saat darurat, dan kapan langkah yang dipilih adalah jalan yang membuat selamat dunia akhirat. Kemampuan dalam berkomunikasi dengan pasangan, jika tak pandai mengurai dan memenej kondisi agar kondusif, bisa fatal. Masalah kecil diselesaikan dan ambil hikmahnya, masalah besar didiskusikan agar segera ditemukan jalan keluar yang sesuai aturan Sang Khalik.

4. Menjadikan Dakwah Poros Utama Kehidupan

Dakwah bukan sekadar berdiri di mimbar. Namun, bergerak bersama memahami dan peduli kondisi umat serta memberikan solusi dengan Islam secara cermat. Jangan sekadar sibuk menjadi ibu semata, menutup diri pada perkembangan dan hiruk pikuk permasalahan umum. Jangan katakan tidak bisa, karena segala hal tentu ada ilmunya, maka mari kita pelajari dengan maksimal.

5. Mengembangkan Bakat

Seyogianya kita tahu, di zaman kapitalis ini, semua diberhargakan dengan nilai uang. Perekonomian terasa mencekik bagi kita yang berada di dalam kondisi yang pas-pasan, meski lapangan kerja di negara ini sangatlah luas untuk para wanita. Akan tetapi semua perlu dibayar dengan kondisi yang mahal. Meninggalkan anak dan rumah tangga, mengabaikan peranan penting di keluarga. Maka kembangkanlah bakat dan cerdas memahami peluang. Kita perlu bersyukur tugas-tugas kita di rumah banyak sekali dimudahkan oleh alat-alat elektronik. Bahkan untuk berjualan pun tidak perlu keliling komplek. Tinggal pergunakan gawai, bisa berbagi apa pun dalam sekejap mata. Kita pun bisa berbagi tentang keterampilan lain yang tujuan utamanya bukan hanya untuk menghasilkan materi, semisal membuka pelatihan bahasa Arab, tahsin, tahfiz, pelatihan membuat penganan, kerajinan dari berbagai macam barang bekas, kelas menulis, dan banyak lagi. Rezeki kita sudah diatur oleh Allah, maka bergeraklah sesuai ketentuan-Nya dan tidak melanggar konsekuensi sebagai ibu yang diajarkan teladan kita di masa lalu.

Banyak hal yang bisa membuat para ibu menjadi berdaya dan fokus agar peradaban Islam kembali jaya, perlu generasi-generasi unggul yang harus dicetak dengan serius. Maka berkembanglah agar semua problematika bisa dilewati dengan cerdas dan cemerlang.
Wallahu a’lam
–o00o-

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 103

Comment here