Oleh: Puwijaya (Pendidik Generasi)
Wacana-edukasi.com — Ujian orangtua dalam pandemi ini tidak kunjung usai, setelah, gaji kecil dan harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan pokok rumah, ditambah harus mengeluarkan uang untuk membeli paket data agar sekolah online anaknya tetap berjalan.
Lalu kini dikejutkan dengan pengumuman Kemendikbud tentang dibolehkannya sekolah kembali dibuka (GridHITS.id, 7/8/2020)
Mendikbud Nadiem Makarim mengumumkan bahwa SMK dan perguruan tinggi di seluruh zona sudah diperbolehkan untuk melakukan pembelajaran secara tatap muka. Namun, Nadiem tetap menegaskan bahwa protokol kesehatan harus tetap dilakukan secara ketat.
Tentunya ini bukan berita gembira. Bagaimana mungkin orangtua akan melepas anaknya untuk pergi sekolah sementara masih ada kemungkinan-kemungkinan akan tertular virus corona. Hal ini tentu akan menambah angka penularan virus corona semakin bertambah.
Dilansir dari TRIBUNNEWS.COM, 08/08/2020
ketua Komnas perlindungan anak Indonesia (KPAI), Arist Merdeka Sirait menanggapi adanya rencana sekolah tatap muka. Begitu pula pemerintah melalui Kemendikbud sebelumnya telah mewacanakan untuk bisa menggelar pembelajaran secara langsung. Namun kebijakan itu tidak berlaku untuk semua sekolah, melainkan dengan beberapa syarat-syarat khusus. Diantaranya adalah sekolah yang berada di daerah zona hijau dan kuning covid -19.
Meskipun demikian, bapak Sirait menilai bahwa keputusan Kemendikbud belum tepat waktu. Karena risiko tertular masih ada lebih-lebih untuk daerah zona kuning. Beliau menegaskan bukan karena tidak percaya dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah dan pihak sekolah,akan tetapi menurut beliau lebih melihat pada sudut pandang siswa terutama siswa SD yang sifatnya masih kekanak-kanakan.
Sekali lagi pertimbangannya adalah dunia anak masih dunia bermain. “Siapa yang menjamin ini? Nantinya bisa mereka tidak tahu apa yang akan terjadi.Karena ada teman yang maskernya lebih bagus, lebih baru, terus pinjam-pinjaman, itulah dunia anak”, jelas beliau.
Jika pemerintah terlalu gegabah maka klaster baru dari bangku pendidikan akan bermunculan menambah tinggi kurva penderita corona.
Begitulah kapitalisme menyelesaikan problem-problem baik itu kehidupan maupun bernegara semuanya serba tambal sulam dan lagi-lagi generasi bangsa ini yang harus menjadi korbannya.
Terlihat bahwa pemerintah lebih mengedepankan ekonomi sebagai nyawa negara dari pada kesehatan generasi penerus bangsa.
Seharusnya dalam kondisi seperti ini pemerintah harus mencari cara yang jitu agar supaya virus berakhir dengan cara tetap mempertimbangkan pendapat para ahli. Dan memastikan bahwa virus tersebut berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah pemerintah harus memastikan pendidikan sampai pelosok-pelosok daerah terpencil dan menjamin bahwa semua mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali.
Rosulullah saw bersabda:
” Siapa yang diserahi oleh Allah untuk mengatur urusan kaum muslim, laludia tidak memedulika kebutuhan dan kepentingannya (pada hari kiamat)”.
( HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Wallahu a’lam biashshawab
Views: 0
Comment here