Oleh: Fida H. Nudiya (Pembina Komunitas Remaja Islam)
Wacana-edukasi.com — Korean Pop atau K-Pop telah menjadi daya tarik yang tiada habisnya di hati para millenials saat ini, mulai dari lagu, musik, drama, make up, fashion, makanan, hingga bahasa dan budaya kesehariannya. Tarian yang energik, olah vokal yang tidak diragukan kepiawaiannya, K-drama yang jalan ceritanya menarik dan dikemas dengan durasi serta jumlah episode yang tidak terlalu penjang membuat jutaan penikmatnya sulit move on. Tidak heran jika K-Pop telah memiliki hati tersendiri di hati para penggemarnya. Berbeda dengan sinetron dalam negeri, yang jika ratingnya tinggi dibuat dengan jumlah episode super panjang dengan jalan cerita yang sudah tidak nyambung dari judulnya.
Berkaitan dengan Korean Pop. Belum lama ini, wapres KH. Ma’ruf Amin mengeluarkan pernyataan yang menarik. Ia berharap tren Korean Pop (K-Pop) atau halyu dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia, agar lebih giat mempromosikan budaya bangsa ke dunia internasional. “Maraknya budaya K-Pop diharapkan juga dapat menginspirasi munculnya kreativitas anak muda Indonesia dalam berkreasi dan mengenalkan keragaman budaya Indonesia ke luar negeri.” Kata Ma’ruf Amin dalam pidatonya untuk peringatan 100 tahun kedatangan orang Korea di Indonesia, Ahad (20/0/2020), (www.tirto.id).
Penulis menilai, pernyataan wapres ini blunder. Jika selama ini Korea kerap melebarkan sayap industri hiburannya ke berbagai negara, termasuk Indonesia demi meraup keuntungan materi sebanyak-banyaknya dan menyebarluaskan paham sekuler dan liberal ke tengah kaum muslimin. Bagaimana mungkin budaya Indonesia yang malah akan dikenal di Korea? Juga pernyataan beliau, “Ketertarikan warga Indonesia terhadap Korea, telah mendorong meningkatnya wisatawan Indonesia ke Korea. Diharapkan wisatawan Korea juga semakin banyak ke Indonesia,” ujar Ma’ruf. Ini juga sesuatu yang tidak nyambung.
Di tengah kondisi pandemi yang belum nampak akhir hayatnya, seharusnya pak Wapres menyeru masyarakat, terutama generasi muda untuk semakin meningkatkan Aqidah dan keimanan kepada Allah SWT, salah satunya dengan menerapkan aturan-aturan Allah SWT di segala aspek kehidupan. Bukan justru mengajak generasi muda untuk mengadopsi gaya hidup sekuler dan permisif ala Korea. Di sisi lain, peradaban Korea juga sedang menuju jurang kebinasaan. Tingginya angka bunuh diri karena stress, rendahnya angka pernikahan karena banyak wanita atau pria yang enggan menikah, dan tingginya jumlah operasi plastik yang menandakan ketidakpercayaan diri akan jasad yang sudah Allah SWT titipkan pada mereka merupakan wujud bahwa peradaban di Korea seharusnya ‘diselamatkan’ oleh Islam.
Sudah saatnya peradaban Islam bangkit dan disebarluaskan oleh generasi muda muslim ke seluruh penjuru dunia, menggantikan peradaban sekuler liberal yang merusak. Semoga suatu saat seluruh Negara, termasuk Korea bias bersatu dibawah naungan Khilafah. Aamiin.
Wallohualam Bishowab
Views: 5
Comment here