Opini

Marak Aborsi, Bukti Generasi Terpapar Sekularisasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Zhafran (Pengajar, juga Pegiat Literasi)

Wacana-edukasi.com — Geger, sebuah klinik aborsi ilegal di bilangan Jakarta Pusat terbongkar. Dengan keuntungan lebih dari 10 miliar, 32.760 janin direnggut paksa tanpa belas kasihan. Artinya terdapat ibu dan calon ibu dengan jumlah yang hampir sama, kehilangan naluri keibuannya.
Mengapa mereka tega melakukan perbuatan yang dicela dalam Islam, agama yang mayoritas dianut di negeri ini? Padahal kalau alasannya tak berkecukupan materi, bukankah Allah SWT azza wa jalla telah menjamin,

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizqi kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS Al Isra: 31)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada sayangnya orang tua kepada anaknya, karena Dia melarang membunuh anak-anak karena takut miskin; dan menggolongkan perbuatan tersebut sebagai dosa besar di sisi Allah SWT. ( Tafsir Ibnu Katsir)

Maka kemiskinan tertolak jadi alasan dilakukannya aborsi. Sama halnya jika ada yang beralasan nekat melakukan aborsi karena menganggap tubuhnya adalah miliknya sendiri, seperti yang kerap dikampanyekan para aktivis feminis. My body is mine, kata mereka. Alias tubuhku adalah milikku sendiri. Amboi, apa iya? Kalau benar milik sendiri, mengapa tak mampu mengatur kapan idealnya waktu mereka menjumpai ajal?

Firman Allah,
“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 126)

Imam Ibnu Katsir saat menjelaskan ayat ini menuliskan bahwa semuanya adalah milik Allah, yaitu segenap hamba, dan makhluk-Nya. Dialah yang mengatur, tiada yang kuasa menolak terhadap apa yang diputuskan-Nya, dan tiada beban bagi apa yang telah dijatuhkan-Nya; tiada yang meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat-Nya karena keagungan, kekuasaan, keadilan, kebijaksanaan, lemah lembut, dan rahmat-Nya.

Lalu atas dasar apa manusia yang sangat lemah dan terbatas mengklaim tubuhnya adalah miliknya sendiri, hingga bebas memilih apakah di rahimnya dapat berkembang janin atau tidak?
Di lain sisi, penyedia jasa aborsi kian hari kian menjamur. Baik yang legal maupun ilegal. Aroma fulus menguar. Salah satunya seperti yang juga digerebek aparat Februari lalu. Klinik itu mengaku bahwa dalam waktu 21 bulan, bisa meraih keuntungan hingga 5,5 miliar. Bengis, demi mengisi pundi-pundi uang, rasa kemanusiaan tak segan digadaikan.

Inilah potret kelam generasi kini. Seluruhnya merupakan buah dari sekularisme yang memisahkan syariat Pencipta dari kehidupan. Halal haram akhirnya jadi nomor sekian. Yang utama adalah berburu dunia berupa harta, kebebasan, dan kenikmatan. Meski sejatinya semu yang berkelindan. Sebab yang ada nyatanya hanya kerusakan dan kemudharatan. Dunia remaja makin rapuh, sosok kuat dan berkarakter layaknya sahabat-sahabat Nabi Saw. yang mulia semakin jauh dari kenyataan.

Kapitalisme yang bertumpu pada sekularisme terbukti gagal total menjaga dan melindungi remaja dan pemuda dari degradasi moral. Berbeda dengan Islam. Bertumpu pada keimanan kepada segala yang datang dari Allah pasti membawa maslahat, Islam mampu menghadirkan wajah generasi terbaik yang diakui dari masa ke masa. Dimulai dari figur sahabat Nabi saw. hingga berakhirnya masa di mana Islam berjaya berabad lamanya. Bagaimana tidak, Khalifah mengemban amanat kepemimpinan dari Islam yang mewajibkannya melindungi segenap rakyat, tanpa kecuali. Tak hanya fisik, mental pun diproteksi. Bukan saja dalam bentuk jaminan pengobatan kesehatan, pencegahan juga difasilitasi.

Salah satu caranya dengan melarang seluruh tayangan yang mengarah pada pornografi. Mulai dari bacaan hingga tontonan agar tak berubah jadi tuntunan. Jika terlanjur, sanksi siap dijatuhkan. Tentu sesuai yang disyariatkan Allah Swt.

Untuk pelaku zina misalnya, bila sudah menikah bakal dirajam sampai mati. Jika belum menikah, dijilid 100 kali. Menurut anda, ikah ini kejam? Mari renungkan penggalan ayat berikut,
“……..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS Al Baqarah: 216)

Tak banyak yang tahu bahwa dalam Islam, sanksi juga sebagai jawâbir (penebus) dikarenakan dapat menebus sanksi akhirat. Sanksi akhirat bagi seorang muslim akan gugur oleh sanksi yang dijatuhkan negara ketika di dunia.

Dalilnya bisa dipahami dari hadits Nabi Saw,
“Kalian berbaiat kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anakmu, tidak membuat-buat dusta yang kalian ada-adakan sendiri dan tidak menolak melakukan perbuatan yang ma’ruf. Siapa saja menepatinya maka Allah akan menyediakan pahala; dan siapa saja yang melanggarnya kemudian dihukum di dunia maka hukuman itu akan menjadi penebus (siksa akhirat) baginya. (HR Imam Bukhari)

Filosofi inilah yang tidak ditemui di dalam sistem hukum di luar Islam yang sekuler. Sistem sekuler menjauhkan filosofi kehidupan akhirat dari pengaturan urusan kemasyarakatan, termasuk pada sistem pidana. Dengan adanya filosofi jawabir, tak heran justru orang yang berbuat maksiat terhadap aturan Islam rela menyerahkan diri untuk didera karena meyakini siksa akhirat yang kekal lebih berat dibanding hukuman di dunia.

Alhasil, mari bersama selamatkan remaja muslim dari paparan virus sekularisasi. Bila yang terdeteksi kali ini aborsi, esok lusa bisa meluas lebih rusak lagi. Maka putuskan rantai penyebaran penyakit sosial di masyarakat mulai kini. Satu-satunya cara, kembali pada konsekuensi iman yang hakiki, yaitu tegaknya syariah kaffah di muka bumi.

Wallaahu a’lam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 34

Comment here