Bahasa dan SastraPuisi

 Sajak Kita

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Dwi Puspaningrum

Bukahkah dahulu kita bersama-sama memilah kaca lalu membelinya, masing-masing separuh

Abang penjual bilang, kaca ini terbaik tidak mudah pecah, lengkap dengan lis menawan tahan kelapukan

Lalu, di pojok ruangan kita meletakkannya

 

Rumah kedua kita, setelah merantau mengenyam ilmu di kota asing

Kaca itu selalu memberitahu kita, tentang noda di balik tudung kepala, milikmu atau kadang milikku

Satu tahun, dua tahun, tiga tahun kita masih tertawa bersama saat noda itu selalu muncul

 

Tahun berikutnya, kamu bilang aku telah dusta perihal noda di tudung kepalamu

Kamu tak melihat setitik noda pun di dalam kaca itu,

begitu pula sebaliknya, aku bilang kamulah yang lebih berdusta

Hingga saat itu datang, waktu ketika kamu memukul kaca itu dengan keras

Berkeping-keping

 

Aku bertanya, apakah masih ada kita?

Tak ada jawabmu. Bisu

 

Di bulan Juni 2020, tertera namamu dalam sampul berwarna merah muda

Bersanding dengan nama lelaki yang pernah tertulis dalam kepingan kaca milik kita dahulu

Dan masih kurawat nama itu untukmu, sahabatku.

 

Aku akan datang, walau nama itu pernah berjanji berkunjung ke rumah orang tuaku di akhir musim hujan. Di tahun sebelumnya.

 

Yogyakarta, 2019

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 74

Comment here