Opini

Merindukan Generasi Milenial Berbasis Spiritual, Mungkinkah?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Sri Yulia Sulistyorini, S. Si (Praktisi Pendidikan)

Wacana-edukasi.com  Impian mewujudkan remaja prestatif, unggul, calon pemimpin tangguh, dan Ilmuwan yang handal, bukan sekedar isapan jempol yang menjadi tumpuan harapan para guru dan dosen saat ini. Berbagai model pembelajaran daring dikembangkan demi keberhasilan proses pembelajaran di situasi pandemi ini.

Namun, realitasnya, apa kabar generasi milenial? Kenapa masih banyak tawuran pelajar? Bukankah mereka sedang menjalani pembelajaran daring di era Covid-19? Bagaimana masa depannya kelak?

Untuk kesekian kalinya, tawuran pelajar terjadi lagi di kawasan pancoran mas, kota Depok, satu korban meninggal dunia diduga seorang pelajar. Detik.com(Rabu, 30/9/2020).

Kejadian ini berlanjut, tawuran antar pelajar terjadi setelah sebelumnya janjian via medsos. “Terduga pelaku sudah diamankan 8 orang. Masih ada 3 lagi rekan mereka yang ikut. Jadi, masih dilakukan pemeriksaan kepada mereka. ” Kata Kapolsek Pancoran Mas Kompol Tri Harijadi dihubungi detik.com, jum’at (2/10/2020) .

Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi di Pulogadung, Jakarta Timur. Seorang pelajar dikabarkan meninggal dunia dalam insiden tersebut. Detik. com(Sabtu, 19/9/2020).

Miris rasanya, mendengar kasus-kasus yang serupa selalu berulang dan berulang lagi. Dan, seringkali korbannya adalah pelajar. Hal ini semakin menambah daftar potret buram kenakalan remaja yang sangat memprihatinkan. Sebenarnya, apa penyebabnya?

Perkelahian antar pelajar biasanya dipicu oleh perkara sepele. Karena emosi yang kurang stabil, jadi mudah marah dan reaktif ketika ada yang mengusiknya. Padahal, terkadang awalnya cuma bercanda, tapi mereka mudah tersulut dan mengedepankan egonya.

Ditambah lagi, latar belakang keluarga yang kurang kondusif untuk pendidikan di rumah. Kasus “broken home”, pemahaman agama yang minim dan kurang kontrol dari orang tua karena sibuk bekerja, menjadi pemicunya. Bahkan, ada yang dari kecil hidup sendirian di rumah, karena orang tuanya menjadi Tenaga Kerja Wanita(TKW) di luar negeri.

Maka, si anak pun mencari solusi kenyamanan bersama teman-temannya. Biasanya latar belakangnya juga sama. Pengaruh pergaulan menjadi hal yang dominan dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Padahal, rumah adalah madrasah pertama yang membentengi anak dari perilaku yang rusak.

Namun, tidak hanya faktor lingkungan yang berperan membentuk karakter dan kepribadian remaja. Sistem pendidikan yang diterapkan saat ini juga berperan sebagai faktor utama dalam membentuk kepribadian generasi milenial.

Sementara, Sistem Pendidikan yang diterapkan adalah sistem pendidikan sekuler, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Masih banyak ditemukan, tingginya kualitas keilmuan tidak diiringi dengan kualitas akhlak mulia.

Faktanya, produk pendidikan yang dihasilkan saat ini terbukti gagal dalam membentuk intelektual yang berbasis spiritual. Generasi yang muncul justru sekaliber pelajar yang doyan tawuran, pergaulan bebas, terjerat narkoba, bullying, pelaku aborsi dan lain-lain. Permasalahan ini tak kunjung selesai, meskipun berbagai upaya terapi dilakukan. Konsultasi psikologi, rehabilitasi pecandu narkoba, penyuluhan remaja, dan lain-lain, kerap menjadi solusi perbaikan karakter. Bahkan, kajian keislaman khusus remaja mulai marak diadakan.

Namun, sebaik apapun pola pendidikan yang diberikan di sekolah, tetap saja memungkinkan rapuh dan tidak berkembang. Karena, tidak ditopang dengan sistem pendidikan yang kokoh dan ideal. Dan, tetap saja akan menjadi solusi parsial.

Betapa tidak, guru sudah mendidik dan membina siswanya dengan penuh keikhlasan. Namun, pergaulan di masyarakat malahan menjerumuskan ke jurang kenakalan. Atas dasar hak asasi manusia, masyarakat tak lagi peduli dengan pergaulan bebas. Geng-geng remaja yang berkumpul di berbagai tempat tak lagi dihiraukan. Sangsi yang diberikan oleh negara, tidak juga memberikan efek jera. Mau sampai kapan?

Sementara, kita tidak bisa membiarkan kemungkaran terjadi di masyarakat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 104)
Juga, dalam Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah #34
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]

Telah tercatat dalam sejarah Islam, bahwa sistem pendidikan Islam mampu menorehkan tinta keemasannya. Karakter dan kepribadian Islam yang mulia telah menancap pada diri pengembannya. Tidak hanya dalam hal ketinggian ilmunya, namun juga keimanan dan ketakwaannya.

Di masa kekhilafahan Islam, daulah sangat memperhatikan pendidikan untuk warganya, bahkan diberikan gratis baik kepada muslim maupun non-muslim. Bagi ummat Islam, dipastikan matang terlebih dahulu aqidahnya, dengan kurikulum yang ideal sesuai dengan tingkat pendidikan yang dijalani. Berbagai fasilitas disiapkan untuk mendukung terlaksananya proses pendidikan. Bahkan, kondusivitas lingkungan anak-anak akan dipastikan keamanannya, baik di lingkungan rumah, maupun lingkungan sekitarnya.

Maka, Tujuan mulia pendidikan, yaitu mewujudkan kepribadian Islam yang kokoh, dapat diraih. Semua ini dapat tercapai dengan penerapan Islam secara totalitas dalam bingkai khilafah Islamiyah.

Wallahu A’lam bisshowwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 18

Comment here