By: Nurlaili (Mahasiswa Universitas Sriwijaya)
Terulang untuk kesekian kali
Alunan nada sumbang tak berharmoni
berceceran bak asap hitam asal polusi
Umpatan-umpatan merajalela menghina kekasih tercinta
Betapa tertusuk kami umatnya
Tatkala sang Baginda terhina
Keji bukan lagi keji namanya
Hina bukan lagi terhinakannya
Sampah serapah yang terjuntai
menandakan tumbuh segar bibit kelalaian
Dimanakah perisai itu?
Perisai yang siap menghalang semua luka dan sengsara
Dimanakah perisai itu?
Yang merindu Baginda tanpa salin bertatap mata
Masih adakah para pemuda?
Pemuda yang nadinya mengalirkan taqwa
Yang sakit kalbunya kala sang Baginda mulai terhina
Masih adakah pemuda?
Pemuda yang jantungnya memacukan Islam sebagai arah hidupnya
Yang langkahnya penuh bertanya
Adakah Allah di setiap Titian jalannya
Bangunlah wahai umatnya!!
Bangunlah para pemuda!!!
Jangan membisu seribu kata, kala hatimu remuk terluka
Sayatan hati yang masih basah terbuka, jadilah kamu perisainya
Karena ia jantung sang taqwa
Views: 8
Comment here