Oleh: Ayla Ghania (Pemerhati Sosial dan Politik)
Wacana-edukasi.com — Barulah mereda kasus penghinaan Rasulullah di Prancis, berlanjut kasus penghinaan Dzurriyah Rasulullah saw. di Nusantara. Penghinaan yang dilakukan oleh artis kontroversial, Nikita Mirzani semakin panas. Berawal dari komentar live instagram Nikita tentang kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS). Mengatakan HRS pulang ke Jakarta dengan penjemputan gila-gilaan membuat macet. Lanjutnya, Habib itu tukang obat, tidak usah diagung-agungkan (10/11).
Komentar santai berlanjut “Nah, nanti banyak nih antek-anteknya mulai, ya, nggak takut juga gue”. Netizen dan umat Islam pun riuh angkat bicara, menuntut Nikita memberi klarifikasi dan meminta maaf. Ustadz Maaher At-Thuwailibi mengancam akan mengepung rumah jika tidak meminta maaf. Alih-alih meminta maaf, justu berceloteh di instragram mengajak 800 laksar FPI makan bakso di rumahnya dan akan memberi hadiah bagi yang rumahnya paling jauh.
Pihak Polres Metro Jaya Jakarta Selatan langsung melakukan patroli pengamanan di rumah Nikita. Meski tidak diminta secara khusus, namun diakui sebagai upaya antisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan (liputan6.con, 13/11/2020). Pendukung Nikita pun menggelar aksi sejuta kasih dengan bakar lilin pada Sabtu malam (14/11). Hingga Nikita merasa di atas angin, menyebut dirinya aset negara yang harus dijaga (suara.com, 16/11/2020).
Belum cukup apa yang dilakukan Nikita, Abu Janda menggubah lagu keong racun dengan lirik lagu yang lebih parah hinakan HRS. Politikus dari PDIP, Dewi Tanjung pun mendukung Nikita dan menyebut HRS tidak layak disebut ulama karena telah menghina perempuan, menyebut Nikita lon*e. Dewi mengatakan seharusnya HRS merangkul dan mengarahkan orang yang bersalah.
Lewat akun twitter Dewi Tanjung berkomentar “Pak Jokowi, Anda Jangan Sibuk Memberikan Penghargaan dan Bintang Adiputra kepada Elite2 Atas saja. Pikirkan Kami Rakyat Kecil yg Berjuang NYATA membela anda, Rakyat dan bangsa Indoensia dr Segala bentuk Para Perusuh dan Teroris bersorban yg sudah sangat mengganggu keamanan negara.” (jurnalpresisi.com, 15/11/2020).
Kepulangan HRS langsung disambut dengan upaya adu domba. Komentar Ustadz Maheer yang terlampau keras justru membuat perseteruan makin panas. Nikita meragukan HRS keturunan Nabi Muhammad hingga menantang untuk tes DNA (helath.detik.com, 16/11/2020). Nikita seperti tidak merasa bersalah, tidak meminta maaf tapi terus menyerang.
Semantara itu, laporan Forum Pecinta Ulama terhadap Nikita atas kasus penghinaan HRS ditolak karena belum lengkap (news.detik.com, 16/11/2020).
Sebaliknya, Nikita juga melaporkan Ustaz Maheer atas penghinaan dan ancaman pengepungan rumah. Tidak terima dengan sebutan lon*e, HRS juga ikut dilaporkan ke Polda Metro Jaya (beritamerdeka.net, 16/11/2020). Akhirnya, dua kubu saling lapor.
Mereka menghinakan ulama atas nama kebebasan berpendapat. Namun, mereka hakikatnya juga tidak ingin dihinakan. Padahal sebutan lon*e pernah diakui sendiri oleh Nikita. Akun youtube Marat Ama, menayangkan pengakuan Nikita bahwa dirinya bukan mantan lon*e tapi masih jadi lon*e dan demen banget beli laki (3/8/2019). Semua juga bisa melihat bagaimana penampilan Nikita di dunia maya maupun nyata. Sesungguhnya Nikita telah menghinakan dirinya sendiri dengan tampilannya yang serba “terbuka”.
Sebuah hadis diriwayatkan oleh Iman Hakim :
“Seandainya seorang beribadah diantara rukun dan maqam (di depan Ka’bah) kemudian dia bertemu Allah Subhanahu Wata’ala dalam keadaan dia benci pada keluarga Muhammad, niscaya dia akan masuk neraka.”
Nabi saw bersabda di atas mimbar:
“Apa keadaan kaum yang menyakiti aku dalam nasab dan kerabatku. Ingat, barangsiapa yang menyakiti keturunanku dan orang-orang yang mempunyai hubungan denganku, berarti ia menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku, maka ia benar-benar menyakiti Allah Ta’ala.” (HR At-Thabrani dan Al-Baihaqi)
“Sesungguhnya Allah melarang masuk surga terhadap orang yang menganiaya ahlul baitku, atau orang yang memerangi mereka, atau orang yang membantu orang yang memerangi mereka, atau orang yang memaki-maki mereka.” (HR. Imam Ahmad)
Nabi saw. bersabda: “Andaikata seorang laki-laki berdiri antara hajar aswad dan maqam Ibrahim melakukan shalat dan puasa, kemudian meninggal dunia sedangkan membenci ahli bait Muhammad saw maka ia masuk neraka.” (HR at-Thabrani dan Al-Hakim)
Imbalan neraka bagi penghina ulama dan keturunan nabi. Namun, di negeri yang mayoritas muslim ini, pelaku penghinaan ulama diperlakukan sebagai korban dan dilindungi. Sebaliknya, HRS yang merupakan korban asli justru diwaspadai dan disebut teroris bersorban. Logis kiranya hinaan terhadap ulama adalah demi memancing emosi umat Islam. Jika terpancing kemudian terjadi kekerasan fisik, mereka akan puas dan membenarkan, “Nah itu lho, Islam teroris.”
Berasa merugi jika harus melanjutkan perseteruan dengan Nikita, Abu Janda, maupun Dewi Tanjung. Karena sungguh ada hal besar yang harus lebih kita seriusi saat ini. Selain revolusi akhlak, kita butuh revolusi sistem yang kerusakannya sedemikian parah. Bukan menganggap remeh atas penghinaan ulama dan ahlul bait. Tetapi laporan penghinaan terhadap ulama, Nabi Muhammad serta Syariat Islam selama ini sudah terjadi berulang dan mangkrak.
Sebegitu kuat upaya kita untuk mengahiri kasus penghinaan ulama. Namun akan terulang lagi, kecewa, dan tersakiti lagi. Sistem saat ini tak mampu memuliakan ulama garis lurus, tapi justru menciptakan Islamofobia. Asas sistem demokrasi sendiri memisahkan agama dari kehidupan dunia, politik, pemerintahan dan lainnya. Konsekuensinya, saat muncul tanda kebangkitan Islam akan ada upaya penyumbatan. Kita butuh fokus pada perjuangan inti, mengembalikan kehidupan Islam dalam bingkai khilafah.
Wallahu’alam bishshawab
Views: 16
Comment here