Oleh: Meitya Rahma, S. Pd.
Wacana-edukasi.com — Bertepatan dengan hari kelahiran Nabi beberapa waktu yang lalu di Prancis terjadi pelecehan pada Nabi Muhammad saw. Berita ini viral dibeberapa Media sosial baik di Prancis maupun di luar Prancis.
Peristiwa tersebut berujung pada kematian Samuel Patty, seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad. Patty dibunuh oleh Anzorov salah seorang siswanya dengan memenggal Patty dengan pisau. Peristiwa ini memicu reaksi dari Presiden Macron. Menurut Macron, aksi pembunuhan ini merupakan serangan terhadap kebebasan berbicara dan menganggap peristiwa ini sebagai separatisme Islam.
Pernyataannya ini memicu reaksi negatif dari berbagai pihak di dunia, khususnya negara-negara yang dihuni oleh penduduk muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Turki. Indonesia melalui MUI juga meminta Presiden Perancis Emmanuel Macron mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam sedunia. MUI mendesak pemerintah Indonesia memberikan tekanan dan peringatan keras serta menarik sementara Duta Besar Republik Indonesia di Paris (tempo.com,30/10/2020).
MUI menyatakan sikap dan mengimbau kepada ummat Islam Indonesia dan dunia untuk memboikot semua produk yang berasal dari negara Prancis (tempo.com,30/10/2020).
Produk asal Prancis mengalami imbas dari sikap Presiden Emmanuel Macron yang membela tindakan penghinaan Nabi Muhammad saw. Produk-produk Prancis dengan berbagai macam jenis yang ada di Indonesia, mulai dari produk makanan dan minuman, teknologi, hingga ritel. Di antara berbagai macam produk yang berasal dari negara di bawah kepemimpinan Emmanuel Macron, salah satunya produk minuman kemasan aqua keluaran Danone.
Sebagaimana diketahui, Danone merupakan perusahaan produsen makanan multinasional yang bermarkas di Paris, Prancis. Selain aqua ada juga produk kosmetik. L’Oréal Group, Ibis merupakan merek jaringan hotel yang dimiliki oleh grup perhotelan Prancis, Accor. Carrefour ialah sebuah kelompok supermarket internasional (republika.com,2/11/2020).
Meski begitu, pengamat ekonomi sekaligus Dosen
Perbanas Institute, Piter Abdullah memastikan gerakan boikot produk Prancis tidak berpengaruh banyak kepada Indonesia, baik dari sisi investasi maupun ekspor impor. Sebab, produk-produk Indonesia sendiri tidak banyak yang bisa menjadi substitusi produk Prancis. Oleh karena itu kita tidak punya banyak peluang untuk memanfaatkan gerakan boikot terhadap produk Prancis,” kata Piter (tempo. com, 30/10/2020).
Boikot produk ini merupakan suatu protes terhadap penghinaan kepada Rasulullah saw. Umat Islam seluruh dunia pun mengecam tindakan yang melecehkan Rasulullah. Walaupun para pakar, seperti Piter Abdullah yang mengatakan tidak ada pengaruh, setidaknya ini menjadi pemahaman masyarakat dunia bahwa Rasulullah saw. tidak boleh dilecehkan. Melecehkan nabi Allah sama seperti melecehkan Islam.
Kebebasan berekspresi dan berbicara menjadi alasan mereka untuk bebas mencela, bebas melecehkan Islam. Bahkan Islam pun dianggap sebagai separatis. Barat dengan ide kebebasan selalu menyudutkan Islam dengan menyebut separatis Islam, teroris Islam, dan tuduhan tuduhan lain. Seperti yang telah disampaikan oleh Piter Abdulah bahwa boikot ini tidak akan berpengaruh pada investasi ataupun ekspor impornya. Dan aksi boikot ini juga tidak akan lama.
Jadi efek dari boikot terhadap perekonomian pun tak banyak. Produk industri (minuman, kosmetik, teknologi) merupakan hasil dari kemajuan teknologi yang sifatnya universal/umum. Dalam Islam, kemajuan teknologi ini boleh dimanfaatkan. Dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam didorong agar mempelajarinya. Agar mereka menjadi bangsa yang beradab dan tidak tunduk kepada hegemoni kaum kafir.
Dengan begitu, mereka bisa mandiri dan mengembangkan peradabannya tanpa bergantung kepada Barat. Islam mendorong umatnya untuk mempelajari science dan teknologi untuk bisa menjadi bangsa yang unggul, beradap agar tidak tergantung dengan negara lain. Maka sebenarnya boikot produk ini saja tidak cukup untuk membuat Prancis menjadi jera. Harus ada keinginan kuat dari umat Islam untuk tidak mengambil pemikiran pemikiran dari Barat yang bisa merusak pemikiran kaum muslim.
Ide kebebasan (liberalisme), kapitalisme sekuler beserta turunannya. Ide-ide inilah yang menjauhkan kaum muslim pada kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak lagi mengindahkan syariat yang dibawa Rasulullah. Bukti cinta dan keimanan pada Rasulullah tak hanya sekadar membela ketika Rasulullah dihina, tetapi taat pada syariat yang dibawa oleh Rasulullah. Seperti ayat dibawah ini,
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarang bagimu gimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” [al Hasyr : 7]. [1]
Dampak aksi boikot tidaklah panjang. Hanya akan berlalu setelah sekian waktu saja. Namun, jika kita boikot pemikiran-pemikiran Barat maka dampaknya akan panjang. Karena memboikot pemikiran-pemikiran Barat akan membawa pada kebangkitan kaum muslim.
Dengan membuang ide sekularisme, liberalisme, kapitalisme, akan membawa pada kemajuan berfikir umat. HaI inilah yang ditakutkan Barat, ketika umat Islam bangkit dengan pemikiran Islam. Masih jelas di benak mereka kekalahan perang Salib berabad abad lalu. Maka Barat berusaha menjauhkan generasi muslim dari Islam melalui budaya barat.
Dengan boikot pemikiran Barat ini akan mengubah generasi Muslim nanti menjadi generasi yang terbebas dari pengaruh budaya Barat. Menjadi generasi yang faqih fiidin. Tak salah memang jika ada seruan boikot produk karena ini merupakan wujud cinta mereka kepada Nabi Muhammad saw. seruan boikot produk ini tidak berpengaruh besar besar terhadap Islam.
Memiliki generasi cerdas itu adalah harapan semua bangsa. Cerdas yang tak hanya bermodalkan ilmu scince teknologi saja, tetapi tsaqofah Islam/ilmu agama juga perlu, agar bisa membentengi diri dari budaya Barat.
Views: 9
Comment here