Ketika orang tua memahami perannya dengan benar, kekerasan pada anak pasti tidak akan terjadi. Seorang muslim yang taat akan selalu berusaha menjaga anak dan keluarga darisegala keburukan.
——————————————————————————
Oleh: Tenja Zahra (Ibu Rumah Tangga)
Mendengar kata anak, akan terlintas di kepala kita sosok makhluk kecil yang lucu dan polos. Penuh tawa dan miskin masalah. Hari-harinya dipenuhi pelayanan dan kasih sayang dari orang tua dan keluarga dekatnya. Itulah gambaran idealnya dunia anak.
Namun hari ini dimasa pandemi ini kita dikejutkan dengan kabar banyaknya angka kriminalitas terhadap anak. Angka kekerasan anak dibeberapa daerah mengalami peningkatan, di kabupaten Bantul, Jogyakarta dilaporkana pada tahun 2019 ada 155 kasus sedangkan pada Oktober akhir tahun 2020 ada120 kasus ( SuaraJogja.id, 8/11/2020).
Dilansir dari Republika.co.id, tingginya kasus kekerasan perempuan dan anak di Jatim hingga 2 November 2020 mencapai 1.358 kasus (3/11/20).
Ditengah situasi pandemi saat ini, rasanya bukan hal yang aneh jika kasus kekerasan pada anak mengalami peningkatan. Bahkan di banyak berita,diinformasikan sebagian besar pelakunya adalah anggota keluarga dekatnya sendiri. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur Andriyanto yang menduga bahwa, tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di lingkungan rumah tangga karena selama pandemi Covid-19, masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah (Republika,co.id.03/11/2020).
Selama keadaan pandemi Corona, negara telah menetapkan berbagai kebijakan yang membuat anak dan keluarga lebih banyak aktivitas dirumah. Orangtua banyak bekerja dari rumah, atau terpaksa tidak bekerja dan anak-anak pun harus belajar dirumah. Kondisi ini memicu tingkat stress lebih tinggi. Suami sebagai kepala rumah tangga penghasilannya secara tidak langsung menurun, bahkan ada yang terhenti. Ibu sebagai pengatur rumah tangga sekaligus sebagai pendidik memiliki tingkat paparan stress yang lebih tinggi dengan kondisi serba sulit, ibu harus memikirkan pengaturan uang belanja, biaya anak sekolah dan tambahan kebutuhan hidup lainnya. Kondisi ekonomi yang tidak menentu membuat hati orangtua, terutama ibu menjadi mudah cemas, tidak mendapatkan ketenangan dan berujung pada emosi yang mudah sekali meluap. Disinilah anak menjadi pihak yang paling rentan mendapatkan perilaku kekerasan sebagai pelampiasan rasa marah terhadap situasi yang terjadi.
Anak adalah amanah. Kehadirannya menjadi sumber kebahagiaan bagi setiap orangtua. Setiap orang tua akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tidak hanya kebutuhan akan sandang, pangan dan papan tetapi juga perhatian dan kasih sayang. Sangat tidak dibenarkan jika anak yang seharusnya mendapatka jaminan rasa aman malah mendapat perlakuan yang sebaliknya.
Dari Ibnu radhiallahu ‘anhu, bahwa dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278).
Ketika orang tua memahami perannya dengan benar, kekerasan pada anak pasti tidak akan terjadi. Seorang muslim yang taat akan selalu berusaha menjaga anak dan keluarga darisegala keburukan.
.Seperti yang ada dalam suratAt-Tahrim ayat :6 yang artinya:
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Namun, menyandarkan tanggung jawab ini hanya kepada orang tua sangatlah tidak adil. Orangtua sebagai warga negara terbelenggu dengan berbagai masalah akibat kebijakan yang diambil negara ini. Sistem kapitalisme negeri ini telah melepaskan tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya, masyarakat dibiarkan berjuang sendiri melawan kemiskinan dan kesulitan hidup. Negara tidak hadir. Kebijakan yang diambil seringkali hanya memenuhi kepentingan sekelompok orang yakni investor.
Dalam Islam, kebutuhan dasar anak maupun orang tua dijamin oleh negara. Anak mendapat jaminan pendidikan. Negara menjamin pendidikan gratis bagi setiap anak dan memenuhi fasilitasi pendidikan seperti gedung sekolah, laboratorium dan buku-buku. Demikian pula ketika terjadi pandemi yang mengharuskan siswa belajar secara online, negara memastikan semua sarana dan prasarana telah terpenuhi dengan baik. Pembiayaan ini diambil oleh negara dari kas negara yaitu Baitul mal. Salah satu pemasukan Baitul mal yaitu melalui pengelolaan sumber daya alam yang menjadi kepemilikan umum oleh negara untuk dipergunakan kepentingan rakyat .
Dalam negara Islam,anak juga diberikan rasa aman dengan hadirnya orang tua yang paham dengan perannya. Jaminan rasa aman juga anak dapatkah melalui jalur penafkahan sesuai syariat Islam yakni jalur ayah, kerabat laki-laki dan Negara.
Sosok ayah juga tidak akan kebingungan dalam memberikan nafkah. Negara akan hadir dengan menciptakan lapangan kerja seluasnya-luasnya, misalnya dengan mengambil alih kepemilikan umum untuk dikelola sendiri tanpa campur tangan asing. Dengan mekanisme ini, anak maupun ibu akan merasa terlindungi ,hati menjadi tenang sehingga tingkat stress akan menurun. Al hasil, anak bisa belajar dengan tenang tanpa mendapatkan kekerasan dari orangtuanya baik fisik maupun verbal. Islam sangat memandang penting masa depan anak,karena anak adalah penentu masa depan suatu peradaban. Kondisi ini hanya akan bisa terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah dalam naungan daulah khilafah Islamiyyah. Inilah solusi merebaknya kasus kekerasan pada anak saat ini.
Wa allahu’alalm
–
Views: 2
Comment here