Penulis : Ummu Habibah (Ibu Rumah Tangga)
Wacana.edukasi.com— Jagat medsos tengah heboh dengan unggahan orang-orang yang merendahkan seorang ulama dengan begitu sesaknya. Wajar jika kemudian umat banyak yang tidak terima dan merespon ketika guru yang begitu istimewa dihina dan direndahkan oleh segelintir orang yang memiliki popularitas.
Dilansir dari TribunJabar.id. Perkataan Nikita Mirzani yang dianggap melecehkan Imam Besar Front pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menuai polemik di kalangan publik. Nama Nikita Mirzani bahkan menjadi trending topik di Twitter Indonesia lantaran menjadi bahan perbincaraan warganet. Dalam sebuah siaran langsung di Instagram, Nikita dianggap telah mencibir Habib Rizieq hingga melecehkan julukan habib.
“Sekalinya pulang bikin ulah. Ini manusia bikin ulah terus. Ntar bikin demo apa. 712 atau 717. Kayak begitu diagung-agungkan. Setahu gue Habib itu, nama Habib itu tukang obat. Screenshoot, bye,” kata Nikita Mirzani (TribunJabar.id 13/ 11/2020).
Umat pun terpecah belah ada yang membela Habib, ada yang membela segelintir orang dan ada yang biasa saja. Antar 2 kubu yang membela terus saling bersengit dan memanas. Sehingga saling beradu argumen dan mengeluarkan kata-kata untuk saling menyudutkan, sampai hari ini permasalahan kian memanas tidak ada yang bersedia mengalah. Memang wajar jika umat islam marah dan kecewa, tetapi jangan sampai kemarahan ini justru merendahkan marwah umat itu sendiri, karena berhadapan dengan orang-orang yang tidak selevel.
Ingat Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu, pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah dianggap berdusta. Pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru dipandang sebagai pengkhianat. Pada saat itu ruwaibidhah berbicara.”
Kemudian seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan ruwaibidhah?”
Nabi saw. menjawab, “Orang bodoh yang ikut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR Ibnu Majah)
Jika ditilik kembali permasalahan ini terjadi karena sistem demokrasi yang diterapkan di negeri ini, kebebasan berekspresi seolah tanpa batas dan membuat kebablasan hingga menimbulkan berbagai polemik.
Kasus Seseartis dengan Ulama yang terjadi saat ini terjadi buah dari akibat diterapkannya sistem demokrasi sehingga menjadikan paham kebebasan yang kebablasan sebagai pegangan dalam beraktivitas tanpa melihat apakah hal itu patut dan dapat merugikan orang lain atau tidak.
Jauh berbeda jika dibandingkan dengan sistem islam, dimana semua orang memiliki kebebasan dalam berpendapat dan berkespresi, tetapi perlu diingat hal ini tentunya harus sesuai dengan hukum syara’ tidak boleh sembarangan apalagi hanya memperturutkan hawa nafsu saja.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” [Al-Israa: 36]
Dalam islam, semua aktivitas harus sesuai dengan hukum syara’ karena semua yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akherat. Semua aktivitas yang dilakukan oleh umat adalah aktivitas bermanfaat yang hanya berharap pada rida-Nya bukan aktivitas unfaedah dan mencari sensasi.
Berulang dan nyata sistem ini telah menunjukkan kerusakannya, tetapi sayang banyak yang masih belum sadar untuk mencampakkan kemudian menerima penerapan sistem yang benar yang tiada cacat. Sistem yang telah terbukti mampu mengurus sebuah negara dengan sangat baik, sistem yang dibuat langsung oleh Al-Khalik Al-Mudabbir.
Views: 23
Comment here