Wacana-eduaksi.com — Terdengar kabar yang menyayat hati dan meradangkan emosi yakni meninggalnya 6 saudara mukmin FPI karena konflik dengan aparat. Konflik ini terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Km 50 ketika laskar FPI ini mengawal Rizieq dan keluarga, termasuk cucu beliau yang masih balita menuju tempat acara pengajian subuh keluarga.
Ganjilnya keterangan polisi dan keterangan pihak FPI bertolak belakang. Masing-masing pihak membela diri bahwa pihaknya yang benar. Bahkan hoaks mengenai isu ini telah beredar seantero dunia maya.
Peristiwa ini kemudian memantik kemarahan kaum muslim. Respon mereka di dunia maya sering menjadi trending karena bertanya-tanya, “Atas dosa apa mereka dibunuh?” Membunuh nyawa seorang muslim bukanlah hal main-main. Islam memiliki hukum yang tegas mengenai hal ini.
Terlepas dari keterangan yang bertolak belakang dari ke dua pihak, kasus ini haruslah diusut tuntas karena menyangkut nyawa seorang muslim. Allah berfirman :
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya” (QS: Al-Maidah: 32).
Paradigma Islam dalam memandang nyawa manusia sangatlah bertolak belakang dengan paradigma sistem kapitalis di negeri ini. Kapitalisme memandang bahwa nyawa manusia tidak lebih penting daripada kepentingan para kapitalis yang haus kekuasaan dan segepok rupiah. Nyawa manusia dinilai rendah sehingga dalam mengambil keputusan negara akan mengutamakan kepentingan ekonominya.
Akhirnya demi melanggengkan kekuasaan para elit global nyawa manusia menjadi taruhan. Di sinilah letak kegagalan negara dalam menjamin nyawa manusia. Untuk apa bernegara jika tidak ada jaminan nyawa?
Berbeda dengan Islam, konsep penjagaan Islam terhadap nyawa, harta dan akal manusia jauh melampaui zamannya. Konsep lengkap dan sempurna yang dirumuskan oleh Allah pencipta manusia harusnya lebih layak diterapkan dibanding konsep gagal kapitalisme.
Wallahua’lam bishshawab
Shita Ummu Bisyarah (Pegiat Literasi)
Views: 2
Comment here