Wacana-edukasi.com — Lebih dari setahun covid-19 melanda dunia. Berawal di Wuhan hingga menyebar ke seluruh negara. Indonesia yang pada mulanya tenang menghadapi ancaman sebaran Covid-19, kini menjadi salah satu negara yang buruk penanganannya ( Nasional.tempo.co, 3/04/2020). Ditandai dengan angka kasus positif covid yang kian meninggi dan jumlah tenaga kesehatan yang meninggal karena covid-19 lebih besar dari jumlah kematian warga di enam negara Asia Tenggara.
Di awal tahun 2020, sebagian besar tenaga kesehatan yang diwakili Dr.Tifaul Fauziyah sudah mengusulkan negara ini melakukan penutupan Bandara Internasional. Namun usulan ini tidak diindahkan, bahkan kelakar para pejabatIndonesia kebal coronavirus sempat menjadi trending topic. Alasan pemerintah tidak melakukan penutupan Bandara saat itu karena belum ditemukan kasus covid-19 di negeri ini. Selain itu, masukan terkait lockdown negara juga dianggap sebagai ancaman terhadap laju perekonomian negara. Sejatinya negeri ini tidak berani mengambil langkah lockdown di awal pandemi, dikarenakan minimnya anggaran APBN. Sehingga ketika angka kasus covid di ibukota merangkak naik, langkah karantina wilayah diberlakukan. Memang cukup terlambat negara ini melakukan karantina dibanding negara-negara lain, namun hanya bertahan kurang lebih tiga bulan, PSBB pun dilonggarkan. Bersamaan dengan itu, opini berdamai dengan corona semakin menguat.
Kini, pemerintah menginstruksikan PSBB di pulau Jawa dan Bali setelah kasus covid-19 tembus angka 10 ribu. Penanganan covid-19 dirasakan kembang kempis, ketat longgar,dan perubahan penanganan ini dapat berubah sewaktu-waktu berdasarkan kepentingan. Saat liburan tiba, pengendalian covid-19 seakan-akan dilonggarkan. Berbekal tes antigen, seseorang bisa bebas berwisata ke mana saja. Protokol Kesehatan dengan prinsip 3-M banyak dilupakan oleh wisatawan. Liburan usai, protkes kembali dijalankan. Akan tetapi penularan sudah terlanjur terjadi.
Vaksin sudah dipesan, data penerima vaksin pun sudah didaftar. Tanggal 15 Januari diperkirakan penyuntikan vaksin dilaksanakan. Berbagai pendapat ahli epidemiologi menyampaikan bahwa dengan vaksin bukan berarti pandemi berakhir. Butuh sistem lain yang harus diterapkan selain pemberian vaksin. Penerapan pola hidup sehat tetap harus dijaga. Kebutuhan gizi dan nutrisi masyarakat seharusnya dapat dijamin pemenuhannya. Pelayanan kesehatan yang sempurna juga harus dipastikan diterima oleh masyarakat yang membutuhkan perawatan.
Ketika negara menjalankan perannya sebagai pelayan rakyatnya, segala upaya akan dikerahkan demi rakyatnya. Tidak hanya kesejahteraan, urusan nyawa pun akan menjadi perhatian utama. Covid-19 telah mengancam nyawa, lebih dari 1 juta penduduk dunia meninggal. Sehingga bukanlah nakes yang menjadi garda terdepan penanganan covid-19, akan tetapi negara itulah Garda terdepannya.
Yuni Kartikajasa
Sleman, Yogyakarta
Views: 0
Comment here