Wacana-edukasi.com — Pendidikan di Indonesia saat ini difokuskan pada pendidikan vokasi, baik jenjang SMK maupun perguruan tinggi. Pendidikan vokasi diarahkan agar lulusannya siap kerja atau terserap ke dalam dunia kerja dan industri. Dalam rangka menyukseskannya, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen vokasi) kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan penyesuaian kurikulum SMK dalam rangka mendukung program link and match (Detiknews, 9/1/2021).
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga menyelenggarakan program Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit) 2021 bekerja sama dengan Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka (Kompas.com, 8/1/2021). Dengan program bangkit ini mahasiswa diharapkan dapat segera beralih dari dunia akademik ke dunia kerja di perusahaan ternama.
Dari fakta di atas, terlihat bahwa tujuan pendidikan hanya sebatas mencetak lulusan tenaga kerja. Akhirnya potensi generasi hanya diarahkan menjadi tenaga kerja dan buruh industri untuk memenuhi pesanan korporasi. Artinya, generasi yang terbentuk adalah generasi bermental buruh bukan generasi bermental pelopor industri.
Dalam sistem kapitalisme yang notabene hanya mencari keuntungan materi, negara dengan sukarela menyerahkan potensi unggul generasi kepada korporasi. Hal ini menunjukkan lemahnya peran negara. Negara tidak memerankan secara dominan dalam bidang pendidikan. Negara lebih cenderung menyerahkan kepada korporasi.
Tujuan pendidikan sejatinya tidak hanya mencetak generasi yang siap kerja. Namun, pendidikan seharusnya ditujukan untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam (memiliki pola pikir dan pola sikap Islam), generasi fakih fiddin yang menguasai science dan teknologi untuk menyelesaikan permaslahan umat dan generasi pemimpin peradaban. Pendidikan vokasi dalam Islam diarahkan untuk mempersiapkan tenaga ahli dan terampil dalam semua bidang kehidupan sehingga bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Noneng Sumarni, S,Pt.
Views: 0
Comment here