Tak bisa dimungkiri setiap orang mendambakan kembali kehidupan yang berjalan normal seperti sediakala. hampir setahun kita hidup di tengah pandemi. Semua lapisan masyarakat pun menginginkan wabah ini segera berlalu, alih-alih berlalu dan bisa hidup normal, nyatanya per januari 2021 wilayah kota medan kembali ditetapkan sebagai zona merah (status tinggi). Hati semakin pilu, agaknya pemerintah perlu fokus, ekstra dan efektif menyelesaikan masalah ini.
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sumut kembali menyatakan, Kota Medan sebagai zona merah (risiko tinggi) penyebaran Covid-19. Penetapan ini berdasarkan hasil pembobotan skor dan zonasi risiko daerah pertanggal 17 Januari 2020 yang disampaikan pada website covid19.go.id, pada Rabu (20/1). Dalam website itu, juga disampaikan, terdapat 5 daerah yang berada dalam zona kuning (risiko sedang) yakni Tapanuli Utara, Simalungun, Asahan, Padangsidimpuan, dan Nias Utara. Kemudian untuk zona hijau ada 3 yaitu Nias, Nias Selatan, dan Nias Barat.
Kebijakan sudah dibuat, pemerintah sudah berjuang keras untuk menangani covid-19 ini, dana tidak tanggung-tanggung sudah digelontorkan, namun belum ada titik terang pandemi ini selesai. Muncul pertanyaan, apa penyebab lambannya penanganan yang dilakukan. Per 26 januari infografis tembus sejuta kasus positif covid-19 di Indonesia (26/01).
Kebijakan yang ambiguitas adalah salah satu penyebab yang bisa dilihat dan dirasakan oleh masyarakat, kebijakan yang terkesan tidak matang dipaksa untuk terapkan, sehingga cacat hasil yang dituai. Kenapa dikatakan ambigu, pada bulan maret 2020 diumumkan adanya dua orang terkena wabah, pemerintahpun langsung mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 21 tahun 2020 PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), setelah kasus semakin bertambah, ada gelagat pemerintah ingin melakukan lockdown wilayah, namun tidak jadi diberlakukan hingga diubah dengan kebijakan New Normal (Hidup Berdampingan dengan Covid-19), sosial distancing dll.
Sepertinya kita harus mengubah cara pandang untuk berpikir jernih, solusi solutif yang bisa menangani masalah ini adalah kembalinya kepada aturan Islam. Aturan yang dihasilkan oleh akal manusia yang berasal dari sistem kapitalisme yaitu paham sekulerisme tidak mampu menyelesaikan masalah yang ini. Kembalilah pada Islam, yang sudah pernah mencontohkan bagaimana menangani pandemi, salah satunya memisahkan yang sehat dengan yang sakit, dan melakukan (lockdown) secara total.
Susi Ummu Ameera (Guru tahfidz Medan)
Views: 0
Comment here