Syiar IslamTabligul Islam

 Jangan Biarkan Air Marah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Poppy Fauziah

Wacana-edukasi.com — Siang yang cerah itu, sinar matahari menusuk tajam di atas khimarku, namun tak menyurutkan langkahku untuk mentadaburi alam. Hamparan air yang luas, pepohonan yang menjuntai tinggi dengan dedaunan yang lebat hampir menutupi sebagian batangnya, membuatku betah berlama-lama berada di sana.

0 kilometer namanya. Danau yang terhampar luas dengan air jernih dan berbagai ikan yang berwarna warni, udara yang sejuk dan bersih sungguh telah berhasil menggenggam sukmaku, memanjakan kedua bola mataku. “Kenikmatan yang hakiki”, gumamku di dalam hati.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”. Allah mengulang kalimat tersebut sebanyak 31 kali dalam surat Ar-Rahman. Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan fi Ulumil Quran menjelaskan tentang hal tersebut, bahwa betapa pentingnya bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan.

Salah satu destinasi wisata yang paling menarik perhatianku adalah wisata air. Aku senang mengunjungi pantai, danau, kawah dan juga air terjun. Ada perasaan nyaman dan damai setiap kali aku melihatnya.

Danau yang berada di desa Tarumajaya kecamatan Kertasari kabupaten Bandung itu adalah hulu sungai Citarum. Sungai terpanjang dan terbesar di provinsi Jawa Barat dengan aliran sungai sepanjang 270 km.

Namun sangat disayangkan, akibat kurangnya kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan, berdampak buruk pada kelestarian sungai tersebut. Masyarakat dengan seenaknya membuang sampah mencemari sungai, limbah pabrik dengan sengaja dialirkan ke sungai tanpa rasa dosa. Belum lagi tumpahan minyak bumi, solar menggenangi sungai, mematikan makhluk hidup di dalamnya. Ya, ujungnya sungai ini berhasil menyandang gelar sungai dengan tingkat pencemaran yang tinggi di dunia sejak tahun 2007, menyeramkan!

Berhenti sampai sini? rupanya sistem saat ini memang mencipta manusia berwatak serakah. Bagaimana tidak? Meski diperlakukan peraturan AMDAL namun nyatanya, ulah manusia tak ada ubahnya. Kegiatan membuang sampah dengan sembunyi masih terus terjadi, pun pendirian pabrik terus berlangsung tanpa aturan ketat patuhi AMDAL, yang terpenting keuntungan oligarki jauh dari peduli.

Memang Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengembalikan kejayaan sungai Citarum, Tujuannya agar air sungai tersebut dapat diminum seperti sediakala, dan untuk menumbuhkan kesadaran warga akan kelestarian sungai, namun kini sungai Citarum tak lagi seperti dahulu kala.

Sebagai manusia, sejatinya harus selalu menjaga alam sekitarnya. Mensyukuri semua nikmat yang telah Allah beri dan berusaha melestarikannya, tidak malah merusaknya.

Firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41 :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Karena ulah yang tidak bertanggung jawab itu, kini sungai itu tidak hanya mengalami pencemaran lingkungan. Namun, jangan salahkan jika tiap tahun daerah di sekitarnya menjadi langganan banjir. Banyak daerah terendam banjir, ribuan keluarga terpaksa mengungsi dan meninggalkan rumah-rumah mereka. Tidak sedikit korban jiwa, harta, materil dan imateril. Semua terkena imbasnya. Banjir menenggelamkan semuanya.

Padahal, saat sungai itu kita jaga dan rawat keberadaanya. Banyak ekosistem yang terdapat di sungai dapat dimanfaatkan oleh manusia. Seperti menggunakan air sungai untuk diminum, mengambil ikan dari sana, sawah-sawah dialiri air dari sungai dan lain sebagainya. Sungguh Allah sudah menciptakan segala sesuatu beserta segala manfaatnya.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al Anbiya ayat 30 : “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.”
Air menumbuhkan tanaman, menyuburkan tanah, bahkan mengalirkan oksigen untuk manusia.

Jikalau negeri ini diatur dengan aturan yang tepat dan hukum yang membuat manusia jera akan tindakannya yang keliru merusak alam. maka alam tidak akan pernah marah dan menumpahkan kekesalannya. Jangan salahkan hujan ketika banjir, karena banjir tidak akan datang dengan congkak jika manusia dalam batas kewajarannya. Oleh karena itu, sudah semestinya kita menjaga lingkungan dengan baik, dan lingkungan hanya akan baik jika memang diolah oleh aturan yang berasal dari Yang Maha Baik. Wallahu a’lam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 16

Comment here