Oleh: Hamsina Halisi Alfatih
Wacana-edukasi.com — Wujud kepatuhan seorang anak kepada orang tuanya adalah berbakti kepada keduanya. Sedangkan wujud kecintaan seorang anak kepada keduanya adalah menyelamatkannya dari siksa neraka.
Tingginya harapan orang tua kepada anaknya ialah mampu mengangkat harkat dan martabat keluarga. Berguna bagi masyarakat, negara, dan agama.
Menjalani peran sebagai anak ketika dilema antara pilihan orang tua dan kewajiban dakwah menjadi tantangan besar yang memicu pergolakkan batin. Ingin mengikuti pilihan atas kemauan orang tua yang sama sekali tidak memahami dunia dakwah atau “menentangnya” karena sebab kewajiban dakwah.
Dilema ini selalu mencengkram para aktivis kampus, pelajar, bahkan pekerja. Mencuri waktu selalu menjadi jalan darurat hingga harus menyiapkan seribu alasan demi menjalankan aktivitas dakwah di luar rumah. Konsekuensi inilah yang harus dipikul seorang anak menjadi aktivitas dakwah dengan memahamkan orang tuanya arti penting dunia dakwah.
Dalam menjalani aktivitas dakwah, baik di rumah maupun diluar rumah, kedua kondisi ini seperti tengah berjalan di atas kerikil yang panas. Apalagi ketika orang tua masih terbelenggu atas pemikiran nenek moyang yang menjunjung tinggi nilai-nilai sakral di dalamnya. Jelas tantangan ini begitu berat saat kita hendak menyusupkan hukum-hukum Islam untuk menentang tradisi yang menyalahi syariat.
Mungkin sebagian dari teman-teman sesama aktivis dakwah ada yang mampu memahamkan orang tuanya. Namun, di satu sisi, penolakan dalam mendakwahkan Islam di tengah keluarga selalu berakhir dengan pertentangan.
Teringat ada beberapa teman akhwat yang harus berjuang memahamkan orang tuanya tentang Islam. Ada yang sampai diusir, dibakar kerudung dan jilbabnya bahkan ada yang tak dianggap sebagai anak oleh ayahnya. Kisah-kisah beragam penolakan para aktivis dakwah oleh orang tuanya akan selalu ada dan ini merupakan ujian dan warna-warni yang menghiasi dunia dakwah bagi seorang pengembang dakwah.
Apakah ujian itu akan menghentikan aktivitas mulia tersebut? Tidak sama sekali. Sebab, dakwah adalah amanah serta kewajiban dari Allah Swt. seperti yang di cantumkan dalam firman-Nya yakni surah Ali Imran: 104. Justru adanya ujian dakwah di lingkungan keluarga akan semakin membakar jiwa para penuntut ilmu tetap teguh dan istikamah menjadi pengemban dakwah.
Kuatnya ujian itu pula akan semakin memberi ketegaran untuk tetap mendakwahkan Islam kepada keluarga terutama orang tua. Keteguhan dan kesabaran, Insyaallah akan semakin menguatkan hati para pemegang tali agama Allah untuk tetap menjadi seorang aktivis dakwah.
Pada dasarnya berpegang teguh dengan ajaran nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ini amatlah berat, bagai mereka yang memegang bara api. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadis ini hasan)
Seorang pengemban dakwah, aktivis dakwah, seyogianya tidak mudah rapuh dan menangis ketika mendapatkan penolakan dari keluarga. Tidakkah kita bercermin dari perjuangan Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam saat pertama kali mendakwahkan Islam secara terang-terangan kepada keluarga beliau hingga akhirnya mengalami pertentangan. Berbagai cercaan dan rintangan yang datang dari keluarga rasulullah saw. pada saat itu belum menerima ajaran Islam. Semua cobaan itu dihadapi nabi saw. dengan hati lapang, sabar, dan tabah.
Hal yang seharusnya kita mengambil ibroh dari kisah perjuangan beliau untuk memahamkan Islam kepada keluarga terutama orang tua. Sembari berdoa dan berikhtiar, semoga orang tua kita mendukung dan menemani perjuangan kita lewat doa-doa mereka.
Sekeras apa pun pertentangan itu datang dari orang tua, menolak ajaran Islam hingga membuat diri terasa asing yakinlah di hati kecil mereka selalu mendoakan yang terbaik bagi anaknya. Semoga para orang tua kita meridai amanah yang mulia ini, amanah yang bahkan tidak semua orang mampu menjalankannya.
Para pengemban dakwah/aktivis dakwah adalah mereka-mereka yang terpilih sebagai jundullah dan penolong agama Allah. Maka, istikamahlah hingga kemenangan Islam itu tiba dan buatlah orang tua kita bangga karena tugas mulia ini. Panjang umur perjuangan, semoga pun kelak para orang tua kita menjadi pejuang agama Allah.
Wallahua’lam bishshawab
Views: 84
Comment here