Oleh: NS. Rahayu (Pengamat Sosial)
Wacana-edukasi.com — Muslimah dikancah kehidupan memiliki posisi sangat penting di muka bumi (peradaban). Keberadaannya sebagai al umm warabatul bait menjadi kunci terbangunnya keluarga sakinah yang diberkahi.
Dari keluarga itulah terlahir generasi pelanjut estafet perjuangan meninggikan kalimat Islam. Keberadaannya di tengah umat dinanti, memberi peran dalam mengontrol umat agar hidup dan diurus dengan Islam saja. Menjadikan Islam sebagai problem solver persoalan. Disinilah Muslimah menempati posisi sebagai negarawan tanpa dia harus duduk di kursi kekuasaan.
Peran strategis inilah yang menjadikan muslimah memiliki tanggung jawab besar dalam maju mundurnya sebuah peradaban. Sehingg, muslimah juga harus memiliki wawasan politik (geopolitik) tentang penyebab runtuhnya peradaban Islam hingga terpuruk seperti saat ini, ketika hendak mewujudkan cita-cita geopolitik Islam.
Keterpurukan yang menyengsarakan umat Islam, sebenarnya karena umat telah meninggalkan dzirwatun sanam (ibadah puncak umat Islam) itu sendiri. Umat abai sehingga tercerai-berai dalam sekularisme dan menurut pada aturan selain Islam.
Padahal Rasulullah SAW telah menyampaikan dalam hadist :
Dari Mu’adz bin Jabal RA, Rasulullah Saw bersabda, “Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku menjawab, “Ya Rasulullah.” Rasulullah SAW bersabda, “Pokoknya amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah salat, dan (dzirwatun sanam) puncaknya adalah jihad.” (HR. Tirmidzi no. 2616)
Dari dalil ini umat diajak untuk sadar politik, karena ketidakkokohan Islam saat ini akibat jumud dan lemahnya kesadaran akan politik. Hal ini terjadi karena hilangnya sang Dzirwatun Sanam (jihad) di bawah komando Imam (pemimpin) yang harus dibayar mahal oleh sang khairu ummah (muslim) yang berakibat fatal. Islam di arena politik global dan terjebak pada sekat-sekat geopolitik sekular yang memecah kekuatan umat.
Geopolitik Islam adalah bagian dari politik Islam dalam mengurusi urusan umat (rakyat). Kekuasaan digunakan untuk melaksanakan syariat Allah Swt untuk mendapatkan rahmah, jadi standartnya adalah halal haram.
Makna geopolitik Islam adalah pengaturan ruang hidup umat dengan aturan Islam baik di dalam maupun luar negeri, sehingga umat akan terus tumbuh menjadi umat terbaik berdasarkan kontrol syariat terhadap zona geografis yang dimilikinya. Hingga umat harus mengetahui sejarah Islam dan bagaimana Islam memperoleh kejayaan, menjadi mercusuar dunia dan disegani oleh lawan.
Gambaran jihad dalam Islam masih bisa ditelusuri dari sejarah. Sekitar tahun 2013 lalu, saat kunjungan Perdana mentri Moldova ke Turki, beliau meminta pada Presiden Erdogan untuk ditunjukkan pedang Sultan Sulaiman dan berkata, “Meskipun Sultan Sulaiman menaklukkan tanah kami, tetapi ia tidak mengubah agama kami, merampok kami atau menghina wanita kami atau mengintimidasi anak-anak kami dan orang tua kami atau menganiaya kami. Untuk alasan ini saya akan mencium pedangnya dengan segala hormat.”
Cita-cita agung geopolitik Islam ini telah banyak membebaskan manusia melalui dakwah dan jihad dengan cara manusiawi. Sekaligus telah melahirkan sosok-sosok penakluk tangguh seperti Muhammah al Fatih penakluk Konstantinopel, juga Tharig bin Ziyad yang penyeberang Selat Gilbraltar yang memiliki kemampuan geostrategis cemerlang. Keduanya mempraktikkan ini dengan sangat gemilang, karena meyakini peradaban Islam sudah memiliki role model dalam praktik geostrategi Islam yakni Rasulullah Saw. Wallahu’alam bishawab
Buku Referensi :
Geopolitik Ibu, Fika Komara & Tim Institut Muslimah Negarawan, Safar 1442 H/ Oktober 2020, Cetakan 1, Pengantar dan Bab I.
Views: 115
Comment here