Oleh: Isnawati (Muslimah Penulis Peradaban)
Moderasi terus menggaung sampai tataran Madrasah, penguatan beragama dengan pemahaman wasathiyah berupaya untuk ditanamkan pada generasi. Pesan tersebut disampaikan dalam acara workshop, pengembangan kompetisi guru sejarah kebudayaan Islam MA/MAK di Tangerang pada hari Kamis (25/2/2021).
Dalam acara tersebut, Kementerian Agama meminta Guru Madrasah pengampu mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) untuk menyampaikan secara komprehensif. Senada dengan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Muhammad Zain juga berpesan “Sampaikan kepada peserta didik, fakta sejarah yang komprehensif agar siswa memahami Sejarah Islam masa lalu secara utuh.”
Lebih lanjut dia juga mengatakan “Kebesaran Islam di Spanyol dan berjaya selama 750 tahun karena para Ulama dan muslim Spanyol kala itu mempraktekkan Islam yang inklusif, terbuka dan toleransi,” kata Zain (Berita, Jumat, 26 Februari 2021).
Penyesatan orientasi pengajaran dengan menganggap bahwa kejayaan Islam hadir karena peradaban yang inklusif dan toleransi sesuai perspektif liberal sangat tampak jelas. Ada upaya-upaya untuk mendistorsi materi sejarah kekuasaan Islam dan khilafah pada masa itu. Pengajaran secara komprehensif seharusnya tidak menghilangkan pemikiran yang khas tentang politik dalam pelajaran sejarah Islam tersebut. Apalagi sampai ada intrik penghadangan kebangkitan Islam untuk mencapai peradaban yang tinggi.
Peradaban kejayaan Islam bisa dilihat dari jejak-jejak sejarahnya yang tidak boleh diingkari apalagi dihilangkan. Kekhilafahan Utsmaniyah, Kekhilafahan Abbasiyah, hingga Kekhilafahan Turki Utsmani yang terakhir. kekhilafahan tersebut merupakan perjalanan panjang dari khasanah sebuah peradaban yang harus dipelajari umat Islam terutama generasi muda.
Sejarah memang tidak bisa menjadi landasan pengaturan sebuah negara, tetapi dari sejarahlah kita belajar metode mencapai kejayaan juga menerapkannya. Seperti metode kepemimpinan yang bersifat revolusioner, pengelolahan kekayaan, hingga pendistribusiannya. Mewujudkan peradaban yang tinggi bukanlah hal yang perlu ditakuti dan mustahil, asalkan mengikuti metode yang dicontohkan rasulullah saw.
Gambaran penerapan Islam berdarah-darah dan intoleransi sengaja dimunculkan karena ada rasa ketakutan yang luar biasa akan hilangnya hegemoni kekuasaan. Ketakutan itu bisa dilihat dari cara memoderasi sejarah Kejayaan Islam, umat berusaha dibenturkan dengan istilah ekstrimis, radikalis, teroris, dengan moderat. Penggiringan materi sejarah mengarah pada sebuah tujuan yaitu membunuh bibit-bibit kebangkitan kesadaran ajaran Islam pada generasi sebagai pondasi bangsa.
Hukum-hukum Islam dan politiknya dieliminasi diarahkan hanya sekedar sebagai kumpulan pemikiran agar generasi mengenal Islam hanya sebagai agama ritual saja. Pelan-pelan, tetapi pasti moderasi menjadi jalan untuk menghilangkan karakteristik yang khas pada generasi Islam. Penjagaan pada sistem hari ini luar biasa, memposisikan gagasan Islam kafah dan pengembannya sebagai kelompok yang sangat berbahaya bagi sebuah kepentingan yaitu mempertahankan kekuasaan.
Penolakan tuduhan tersebut harus selalu disampaikan dengan memberikan gambaran bahwa akidah dan syariah membutuhkan tempat untuk menerapkannya yaitu sebuah negara. Generasi harus menunjukkan kekarut marutan negeri ini karena kesalahan dalam meletakkan landasan sebuah pengaturan.
Negara ini milik Sang Pencipta yang pengaturannya harus kembali kepada syariat dan akidah. Islam kafah adalah jalan untuk melahirkan generasi unggul yang memiliki karakter dan integritas yang tinggi sebab landasannya adalah ke imanan.
Kejayaan khilafah tidak lepas dari peran generasinya yang memuliakan Islam, bagaimana sejarah mencatat perjuangan Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstatinopel yang menjadi gerbang tersebarnya Islam di Eropa. Semangat jihad yang menggelora melumpuhkan musuh-musuh Islam dan menghantarkan pada negara yang berperadaban tinggi. Sudah saatnya generasi bangkit melanjutkan kehidupan Islam, menghadirkan kembali generasi yang tangguh demi terwujudnya rahmat bagi seluruh alam.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96)
Wallahua’lam bishshawab
Views: 1
Comment here