True Story oleh : L. Nur Salamah, S.Pd
“Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya”
(HR. At-Thabrani/shohih/Shohih Al Jami’ No 285)
“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan mengujinya dengan musibah”
(HR. Bukhori 5645)
***
Setiap perjalanan hidup manusia pasti mempunyai kisah masing-masing. Ada suka ada duka, ada tangis juga ada bahagia. Semua berjalan dalam ketentuan-Nya.
Begitu juga yang terjadi pada diriku dan keluarga kecilku. Batam adalah tempat domisili kami sejak menikah. Karena suami adalah orang teknik perkapalan, sedangkan industri perkapalan itu terbanyak di Batam. Sistem ketenagakerjaan di Batam sebagian besar kontrak. Jarang ada pengangkatan pegawai tetap. Begitulah nasib suamiku.
Akhir September 2020, adalah waktu di mana paksu habis kontrak, tepat tanggal 28. Sebenarnya akan diperpanjang namun karena ada tawaran di PT yang lain, kebetulan teman seangkatan waktu kuliah di D3 dulu tangan kanan owner. Secara perhitungan manusia sangatlah menjanjikan. Sudah sampai tahap interview gaji. Semua oke.
Allah SWT maha berkuasa dan berkehendak atas segala sesuatu.
Setelah proses interview kami menunggu, satu, dua, tiga minggu hingga sebulan terlewati. Tak kunjung ada panggilan lagi. Kegelisahan menyelimuti diri yang fakir ini. Bagaimana tidak, tanggungan yang tidak sedikit. Bukan tidak percaya dengan rezeki yang Allah SWT janjikan. Sebagai manusia biasa jelas goncang. Pengeluaran tiap bulan hampir 10juta.
Kok banyak? Iya. Anak kami empat. Kebetulan suami adalah anak pertama dari 12 bersaudara. Ayah mertua kami telah tiada sejak 2006 lalu. Jadi ada beberapa adik suami jadi tanggungan kami. Kebetulan masih usia sekolah. Ada orang tuaku juga tinggal di Batam. Karena aku anak tunggal. Tak ada yang lain.
Tidak hanya itu, sepertinya ini awal dari musibah kami. Apakah ini ujian ketika Allah SWT merencanakan kebaikan untuk kami atau sebaliknya karena kelalaian dan kemaksiatan kami hingga Allah SWT berikan teguran.
Di saat kondisi perekonomian keluarga carut-marut, anak kami yang kedua kecelakaan ditabrak motor. Terseret sekitar 10 meter. Kondisinya lumayan parah. Awalnya kami kira hanya luka-luka diluar saja. Lecet sekujur tubuh dan memar. Setelah seminggu ternyata dia mengeluh kesakitan saat sholat, saat menguap dan makan.
Karena tidak adanya pengalaman sebelumnya mengenai kecelakaan. Jadi tidak ada inisiatif untuk ct scan. Kami kira kondisi aman-aman saja. Karena tidak muntah. Subhanallah… Diluar dugaan kami. Ntah kondisi seperti itu terjadi sejak kecelakaan atau setelah beberapa hari, namun karena kami tidak memperhatikan jadi baru diketahui ternyata kepala anakku lembek separo bagian. Seperti busa yang mpuk. Panik dan cemas sudah jelas. Kami bingung, kemana harus mencari dana. Berdasarkan keterangan rumah sakit, tidak bisa memakai BPJS karena kecelakaan lalulintas. Kemudian kami berusaha menghubungi yang menabrak, katanya juga sedang tidak ada uang. Ya Allah… Bener-bener menyesakkan dada. Tapi ada satu keyakinan yang membuat kami tetap kuat dan tegar yaitu Allah SWT pasti tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.
Akhirnya kami bawa anak kami ke rumah sakit untuk CT scan. Ternyata ada perdarahan di otak yang harus dioperasi. Ya ampun… Serasa tak
sanggup diri ini menerima kenyataan ini. Perasaan takut, khawatir bercampur menjadi satu. Terbayang sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Disaat puncak kerapuhan itu kami bermunajad. Karena tidak pandai berbahasa Arab, maka kami pun memohon dengan Bahasa Indonesia, “Ya Allah… Sesungguhnya kami rapuh dan papa. Tak berdaya tanpa pertolongan dan petunjukMu. Tiada daya dan upaya melainkan daya dan upayaMu. Berikanlah petunjuk kepada kami, apa yang harus kami lakukan. Kami tak tahu, Engkau yang maha tahu yang akan terjadi dan yang terbaik untuk kami dan anak kami.” Dengan diiringi airmata berderai.
Satu persatu petunjuk dan pertolongan itu datang.
Ada salah satu pasien yang lumpuh. Keluarganya menceritakan bahwa sebelumnya tidak kenapa-kenapa. Hanya pusing-pusing ja. Setelah diperiksa katanya hasilnya ada tumor dan harus dioperasi. Setelah dioperasi jadinya lumpuh total dan tak bisa bicara.
Isyarat selanjutnya, ketika hendak di infus, tidak ditemukan nadinya. Sampai ketiga kalinya. Akhirnya perawat menyerah. Selanjutnya dihati kami kurang puas dengan pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit. Seharusnya kelas 1, tapi dapat kelas 2. Belum lagi para perawat yang ketus membuat kami semakin ragu.
Isyarat yang terakhir adalah sepak terjang dokter yang akan menangani. Kami mencoba klik di gogle nama dokter yang akan menangani anak kami. Tercengang seketika. Bagaimana tidak, beberapa artikel yang kami baca menunjukkan kegagalan proses operasi yang di pimpin oleh Beliau. Akhirnya kami putuskan untuk mencabut surat persetujuan operasi. Dan atas izin Allah SWT anak kami sembuh total tanpa operasi. Namun ada yang membuat kami bertanya-tanya. Kepala anak kami yang lembek diserbu ribuan kutu. Hiiii… Ngeri melihatnya. Dan dalam waktu setengah hari kepala itu pulih seperti sedia kala. Yang lembek tetiba keras. Pokonya sembuh dan rasa sakit yang dirasakan tak ada lagi. Kami berfikir itukah pertolongan dan keajaiban yang Allah SWT berikan bagi hambaNya yang beriman. Apakah kutu itu diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyedot darah yang ada di kepala. Benar-benar di luar logika manusia.
Allahu a’lam bishowwab.
Views: 18
Comment here