Opini

Pendekatan Feminisme di Tengah Pandemi, Solusi bagi Perempuan?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Khairun Nisa Agustin (Aktivis Mahasiswi Balikpapan)

Seperti diketahui bahwa tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional atau yang biasa disebut International Women’s Day (IWD). Dan untuk IWD 2021 mengambil tema #ChooseToChallenge. Bentuk aksi dari challenge ini adalah dengan mengunggah foto dengan mengangkat satu tangan ke atas dan membaginya ke media sosial.

Jika melansir laman resminya internationalwomenday.com, #ChooseToChallenge sendiri merupakan bentuk penegasan bahwa perempuan berhak untuk menentang segala ketidaksetaraan gender yang masih terjadi hingga kini. Bahkan diselingi dengan sebuah narasi yakni Kepemimpinan Perempuan Menghadapi Pandemi.
Kata choose atau memilih diartikan sebagai bentuk pilihan dari perempuan untuk mendukung perempuan lain atau tidak. (kompas.com)

Tak Hanya Perempuan Terdampak Pandemi

Jika kita amati, tentu narasi ini akan membahayakan arah pemikiran perempuan yang terjebak dalam opini bahwa perempuanlah yang paling berdampak di masa pandemi. Tak sedikit perempuan dalam rumah tangga menjadi tulang punggung keluarga. Seperti wanita karir atau kaum buruh wanita yang jumlahnya kian meningkat setiap tahun, dengan terpaksa harus dirumahkan. Alhasil, pemasukan untuk rumah tangga semakin berkurang. Begitulah anggapan kaum feminis melihat adanya pengaruh yang besar terhadap perempuan di masa pandemi.

Jelas terlihat jika feminisme mempromosikan sebuah pandangan jika menggantungkan ekonomi hanya kepada suami maka dianggap tidak kompatibel terhadap kebebasan perempuan. Akhirnya, terdapat sebuah kepercayaan bahwa untuk mendapatkan kesetaraan maka perempuan harus mencari nafkah untuk membiayai hidupnya sendiri. Kaum feminis berpendapat bahwa tanggung jawab di dalam rumah tangga yang mereka gambarkan merupakan bentuk sikap merendahkan perempuan secara esensi yang hanya menjadi ‘mesin pembuat bayi’.

Padahal, jika melihat lebih jauh, bahwa pandemi menimpa semua individu masyarakat termasuk kaum laki-laki, bukan hanya perempuan. Pentingnya peran seluruh masyarakat tanpa melihat siapa yang paling berdampak, dalam menghadapi situasi seperti ini.

Feminisme Melahirkan Masalah

Berbagai macam upaya pegiat feminis untuk mengangkat opini bahwa perempuan seakan mampu menyelesaikan segala permasalahan.

Pola pikir yang digelontorkan oleh kaum feminisme nampaknya cukup banyak diadopsi oleh perempuan, termasuk Muslim. Ide feminisme cukup berbahaya karena akan memalingkan perempuan Muslim dari peran dan hak yang sesungguhnya. Sebab, Allah telah menjelaskan secara rinci apa yang boleh dan tidak dilakukan oleh perempuan.

Dengan asas materi, perempuan yang sukses didefinisikan sebagai orang yang memiliki karier yang mapan atau setidaknya bisa membiayai kehidupannya sendiri. Sedangkan dalam Islam, peran utama seorang perempuan sebagai istri dan ibu dianggap bisa menghambat karier.

Feminisme dan opini kesetaraan gender merupakan konsep yang cacat dan merusak, yang telah banyak menimbulkan kerusakan terhadap keutuhan rumah tangga dan kesejahteraan anak-anak. Dorongan terhadap sikap yang individualistik yang muncul akan berdampak kepada cara menilai sesuatu baik dan buruk hanya berdasarkan kepentingan perempuan.

Merampas peran dan hak yang telah ditetapkan menurut Sang Khaliq. Akibatnya, perempuan harus terbebani dengan tanggung jawab ekstra, menghilangkan harmoni dan kesatuan keluarga, dan menutup mata dari peran keibuan.

Ide Feminisme di Dunia Islam

Ide feminism yang berkembang di negeri Islam nampaknya berhasil menjadi salah satu cara mendapatkan dukungan dari Muslimah. Ini menjadi tujuan Pemerintah Barat dengan mengambil kesempatan menggunakan hak-hak dan idealisme feminis untuk mengejar kepentingan penjajahan mereka di negeri Islam.

Lahirnya feminisme tidak terlepas dari sebuah paham yang menjauhkan kehidupan dunia dari agama (sekuler-liberal). Manusia diberikan ranah untuk mengatur hidupnya tanpa merasa membutuhkan panduan dari Sang Pencipta. Mengabaikan perintah dan larangan-Nya sebagai bentuk kebebasan.

Bahaya feminisme lahir dari cara berpikir yang sekuler dengan menganggap bahwa perempuan bebas memilih apa yang akan dilakukan tanpa terhalang batasan agama atau dalil nash. Parahnya lagi, Feminisme bebas mengatakan bahwa Islam mengekang perempuan dengan segala aturannya sehingga akan menghambat kreativitas dan hak perempuan. Padahal, Allah Swt. memberikan peran & hak kaum perempuan dan laki-laki pada ranahnya masing-masing.

Seperti firman Allah Swt.:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” [QS. An-Nisa ayat 34).

Sehingga, pemikiran feminisme haram untuk diadopsi, baik dilihat dari konteks apapun. Feminisme bukanlah solusi ditengah situasi pandemi. Sebab, bukan hanya perempuan yang terkena dampak. Permasalahan pandemi bukan diselesaikan dengan mengeksploitasi perempuan untuk bekerja, namun dengan kemandirian negara untuk menjamin pasokan kebutuhan keluarga agar bisa terpenuhi.

Akar masalah kehidupan saat ini adalah penerapan sekulerisme itu sendiri. Ide ini tidak memiliki konsep yang jelas mengenai pandangan hidup sehingga opini-opini yang lahir darinya tidak layak untuk diadopsi menjadi standar perbuatan. Sudah saatnya kita kembali pada aturan yang sebaik-baiknya aturan yaitu Islam sebagai ideologi yang melahirkan solusi bagi segala permasalahan.

Wallahu a’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here