Opini

Kapitalisme, Celah Munculnya Varian Baru Covid

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Assadiyah (Member Akademi Menulis Kreatif)

Wacana-edukasi.com — “Bapak, ibu, saudara-saudara sebangsa, setanah air, saya mengimbau bapak, ibu, saudara semuanya untuk tidak perlu khawatir karena ditemukannya dua kasus positif covid-19 dengan mutasi virus dari Inggris atau B117,” kata Jokowi dalam video yang diunggah kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (4/3).

Sudah setahun virus corona menyebar, menyerang dan mematikan. Bukan ratusan atau ribuan, bahkan sudah mencapai jutaan kepala yang menjadi pasien positif. Hingga sabtu (13/03/20) jumlah kasus positif tercatat ada 4.607 penambahan dari sebelumnya 1.410.134 kasus (tribunnews.com).

Kasus positif yang semakin bertambah, tentu menambah kekhawatiran masyarakat. Ditambah lagi covid-19 terus bermutasi, berubah, dan berkembang. Setidaknya ada empat varian baru covid-19 yang baru saja ditemukan. Yaitu varian B.1.1.7 yang pertama kali ditemukan di Inggris, B.1.351 atau 501Y.V2 di Afrika Selatan, P.1 yang ditemukan di Brasil, dan Varian L452R yang terlihat di California, serta puluhan negara bagian AS lainnya.

Kabar buruknya di Indonesia juga telah terdeteksi varian baru jenis B.1.1.7. Diketahui varian baru virus jenis ini dibawa oleh dua pekerja migran yang baru kembali dari Arab Saudi. Temuan varian baru virus ini menambah kekhawatiran masyarakat. Terutama karena varian baru ini lebih mudah menular. Tidak salah jika masyarakat mempertanyakan tanggungjawab pemerintah dalam upaya mengatasi penyebaran virus yang semakin kesini semakin mencemaskan.

Walaupun pemerintah telah mengimbau agar tidak perlu merasa khawatir terhadap mutasi varian baru virus covid-19 ini, tetapi akan sulit masyarakat merasa aman jika imbauan pemerintah tidak didukung dengan langkah serius menangani penyebaran virus. Mengindikasikan adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap penanganan oleh pihak pemerintah.

Adalah wajar, sebab sedari awal pemerintah memang tampak tidak serius menangani penyebaran virus covid-19. Terlihat dari lambatnya kebijakan lock down sehingga memicu cepatnya penyebaran virus. Bahkan pemerintah juga terlalu tergesa-gesa menggalakkan kebijakan new normal di tengah pandemi yang sebenarnya belum selesai. Ditambah lagi sulitnya alat rapid test menjangkau seluruh kalangan tersebab tarif biaya yang dikenakan membebankan masyarakat.

Demikian akibat dari menjadikan laju pertumbuhan ekonomi sebagai fokus yang ingin dicapai dalam pemerintahan. Pemerintah terlalu fokus ingin mengembalikan stabilitas perekonomian negara, sampai-sampai mengesampingkan keselamatan rakyatnya. Membuka celah munculnya varian baru covid-19. Begitulah ciri sistem pemerintahan ala kapitalisme-sekuler.

Dalam sistem kapitalisme-sekuler, kepemimpinan sekadar tampuk kekuasaan, alat untuk memperoleh materi. Bukan sebagai alat mendekatkan diri kepada sang pencipta, Allah swt. Oleh sebab itu, ketidakamanahan dalam melindungi rakyat-sebagai amanah- kekuasaan adalah niscaya dalam sistem kapitalisme.

Berbanding terbalik dengan sistem Islam. Kepemimpinan adalah amanah yang akan dipertanggung jawabkan. Maka dari itu keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan rakyat dalam kepemimpinan (sistem) Islam menempati posisi yang sangat diperhatikan.
Ketika terjadi wabah yang tentu akan mengancam keselamatan rakyat, maka khalifah sebagai pemimpin akan dengan segera mengambil kebijakan lock down wilayah yang terjangkiti wabah pertama kali. Tidak membiarkan siapa pun untuk keluar atau memasuki wilayah tersebut. Begitu pula dengan penduduk luar wilayah yang terjangkiti tidak akan dibiarkan masuk. Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus agar tidak meluas. Dengan begitu celah munculnya varian baru virus akan tertutup. Kebijakan ini pernah diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ketika wilayah Syam dilanda wabah.

Tidak hanya mengunci wilayah, tetapi khalifah juga mengoptimalkan pelayanan kesehatan untuk rakyatnya. Pelayanan kesehatan diberikan dengan mudah dan juga gratis sehingga rakyat tidak akan terbebani dengan biaya kesehatan. Hal ini tentu jauh berbeda dengan sistem kapitalisme yang menjadikan pelayanan kesehatan sebagai ajang bisnis, demi meraup keuntungan.

Dalam sistem Islam, segala kebutuhan primer seperti sandang, pangan dan papan termasuk keamanan rakyat akan dipenuhi sebagai penunjang dalam menjaga keamanan, keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya baik ketika terjadi wabah maupun dalam keadaan normal. Semua kemudahan tersebut diberikan oleh khalifah, sebagai pemegang kekuasaan-dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Rasulullah saw. bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here