Motivasi

Jangan Insecure, Tetaplah Menulis!

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Hamsina Halisi Alfatih

Wacana-edukasi.com — Menulis merupakan aktivitas merangkai kata menjadi sebuah kalimat baik dari bentuk fiksi maupaun non fiksi. Menulis bukan saja menorehkan rangkaian kata menjadi kalimat, tetapi isi dari tulisan tersebut mampu tersampaikan kepada para pembaca.

Menurut Hargrove dan pottet menulis adalah upaya menggambarkan tentang pikiran, ide, perasaan dalam bentuk simbol. Simbol yang dimaksud disini adalah simbol system bahasa penulisan. Bahasa tulisan inilah yang digadang-gadang sebagai media sarana komunikasi (1998:239).

Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi seorang penulis maka pertama yang akan dia lakukan adalah membaca. Mengapa harus dengan membaca? Karena dengan membaca kita akan mampu mengurangi fakta berdasarkan data dilapangan. Inilah yang kemudian disalurkan oleh sang penulis mulai dari menyalurkan ide, pikiran dan perasaannya.

Namun dalam keadaan lain, perasaan tidak percaya diri atau istilah kerennya insecure menjadi titik terberat seseorang untuk menjadikan dirinya sebagai seorang penulis. Alasan yang dikemukakan biasanya ketika mereka sulit menganalisis fakta, sulit mengekspresikan rangkaian kalimat, serta ketidakmpuan dalam memahami fakta. Hal yang sama pun pernah terjadi pada penulis secara pribadi.

Kondisi-kondisi seperti diatas yang kerap membelenggu para aktivis dakwah yang ingin menjadi seorang penulis. Menggeluti aktivis dakwah berarti harus menerima segala bentuk tantangan dan amanah. Sebab ditangan para aktivis ada segenggam perubahan dan tanggung jawab.

Untuk itu salah satu perubahan umat tidak hanya dengan melalui kontak dakwah melalui face to face. Tetapi, dengan kekuatan menulis akan mampu menembus hingga ribuan bahkan jutaan kepala. Banarlah apa yang diungkapkan oleh Imam Sayyid Al Quthb bahwa “Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala. Tapi, satu tulisan mampu menembus ribuan dan bahkan jutaan kepala”.

Dari satu tulisan kita mampu membius jutaan pembaca melalui ide atau gagasan berisikan fiksi maupun non fiksi. Maka jangan salah, ketika ide yang kita tuangkan dalam sebuah tulisan banyak menemui pro dan kontra. Kontra yang ditimbulkan itulah tantangan bagi kita untuk terus menuangkan ide, pikiran dan perasaan.

Dari tantangan itu akan semakin membuat kita untuk semangat menulis dan belajar. Jiwa dan semangat muda kita adalah pelopor untuk kebangkitan Islam yang pastinya akan membawa pengaruh besar bagi orang banyak.

Belajar dari pada penulis dunia yang mampu mengguncang dunia lewat karya sastra mereka. Seperti Adolf Hitler 1952 dalam bukunya berjudul Mein Kamf . Melalui buku ini, Hitler menyebarkan paham anti-semitisme genosida yang menjadi idealismenya. Dalam bukunya, Hitler menguraikan rencana rasisnya untuk Jerman baru yang mencakup pembunuhan massal orang Yahudi, dan perang melawan Prancis dan Rusia untuk memberi ruang hidup bagi orang Jerman.

Ada pula penulis-penulis hebat dari Indonesia, salah satunya Asma Nadia yang tentunya tak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat di negeri ini. Pasalnya wanita kelahiran 1972 ini telah melahirkan lebih dari 50 karyanya melalui buku-buku serta novel fiksi. Kegemarannya melakukan travelling dan fotografi menjadi salah satu sumber inspirasinya dalam menuangkan novel-novel yang begitu segar dan menarik untuk dibaca.

Dari mereka kita bisa belajar menghasilkan sebuah karya. Dan untuk menghasilkan sebuah karya tentu tak ada yang instan semua butuh proses dan perjuangan. Lantas masihkah kita insecure untuk tidak berkarya?

Jangan pernah memandang bahwa diri kita itu lemah dan tidak mampu menghasilkan sesuatu. Setiap manusia memiliki potensi, dan akal lah yang menuntunnya. Menuntun kita untuk berbuat dan bertindak dengan potensi yang kita miliki. Jadi kembangkanlah potensi itu dengan menghasilkan sebuah karya.

Jangan pernah merasa tidak percaya diri dengan hasil karya sendiri dan jangan pula membandingkannya dengan karya orang lain. Sebab setiap pembaca memiliki respon yang berbeda-beda dalam menilai.

Teruslah menulis dan jangan pernah merasa jenuh, karena dengannya ia akan meninggalkan jejak. Teruslah menulis bukan untuk dipandang manusia, tetapi dengannya engkau mengharap ridha Allah agar diberi keberkahan. Teruslah menulis, dengan tintanya engkau mampu mengukir peradaban.

Wallahu A’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 32

Comment here