Opini

Gen Z : Siapkah Memimpin Negara dan Membela Agama?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Nur Hajrah

Generasi Z adalah generasi yang lahir tahun 1995 sampai tahun 2010. Generasi yang lahir di era modern dengan kemajuan teknologi yang canggih dimana mereka banyak aktif di dunia seni dan media sosial. Generasi Z biasa juga disebut sebagai generasi internet karena dari kecil kebanyakan dari mereka sudah banyak mengenal teknologi digital. Dan generasi inilah yang sedang dibentuk saat ini sebagai generasi penerus bangsa.

Sebagai generasi penerus bangsa tentunya mereka harus dididik sesuai zaman mereka dengan tetap memperhatikan norma-norma yang ada, menanamkan nilai-nilai agama kepada mereka. Peran orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya. Bukan hanya orang tua, pemerintah pun harus ikut andil dalam mendidik para generasi Z, Sebab mereka lahir di era dimana canggihnya teknologi tidak bisa dihalangi, dunia internet adalah dunia yang paling sering mereka kunjungi dan sebagai dunia sosial mereka untuk saling berinteraksi. Jika orang tua, guru dan pemerintah tidak memperhatikan kegiatan mereka bisa saja mereka menyalahgunakan manfaat dunia digital saat ini.

Pemerintah menyadari bahwa dengan kemajuan teknologi gen Z belajar secara autodidak ilmu politik di internet. Selain itu pemerintah juga menyadari bahwa generasi Z adalah generasi yang kesadaran politiknya sangat bagus ini terlihat ketika pengesahan UU Omnibus Law para remaja atau anak sekolah tingkat SMA/SMK ikut dalam kegiatan demo menolak pengesahan UU Omnibus Law.

Dilansir dari antaranews.com 23 Januari 2021, Rizqan , Peneliti Lembaga Sindikasi Pemilu Demokrasi (SPD) mengatakan bahwa kesadaran politik gen Z adalah atas kemauan mereka sendiri belajar secara autodidak melalui internet sehingga para pemeran dunia politik saat ini perlu mendekatkan diri pada gen Z dan memberikan ruang bagi mereka terlibat dalam dunia politik agar pemerintah bisa tau apa yang diperlukan atau generasi Z inginkan sebagai penerus bangsa sehingga pemerintah harus memfasilitasi dunia pendidikan mereka dan membangun kesadaran politik mereka.

Ujang Komaruddin, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review juga mengatakan bahwa generasi Z tidak hanya cukup belajar dari media sosial karena media sosial tidak memberikan ilmu secara lebih detail tentang ilmu politik, kerena media sosial hanya memberikan tentang pertarungan politik dan ini tentunya tidak akan baik bagi Gen Z. Mereka yang masi mencari jati diri bisa membuat persepsi sendiri tentang politik, untuk itulah peran pemerintah sangat penting dalam kondisi ini.

Tetapi perlu diketahui, bahwa tidak dapat dipungkiri kasus kriminal yang sering terjadi saat ini sebagian besar dilakukan oleh generasi Z. Pembunuhan, pencurian, pelaku porstitusi, pemerkosaan, narkoba, pemberontakan dan pembunuhan terhadap orang tua sendiri dan masi banyak tindakan kriminal lainnya sebagian besar pelaku kriminal adalah mereka yang masuk dalam generasi Z. Kondisi pandemi saat ini pun semakin mempengaruhi tindakan kriminal dikalangan generasi Z, dimana mereka dituntut untuk mengikuti proses belajar mengajar atau perkuliahan secara online, tugas sekolah atau kuliah dikirim secara online sehingga Smartphone atau Laptop menjadi alat digital yang sangat diperlukan mereka saat ini. Tak jarang mereka sampai mencuri, agar bisa memiliki smartphone.

Miris ketika usia mereka yang masi perlu untuk menuntut ilmu, tetapi sudah tahu membunuh bahkan membunuh orang tua sendiri. Mereka yang seharusnya tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang tidak hanya paham ilmu pengetahuan dan teknologi, politik dan lain-lain, tetapi mereka juga perlu ilmu agama, perlu mengetahui adab-adab atau ahlak yang baik terutama adab dalam Islam, apalah artinya semua ilmu diketahui namun tidak memiliki adab?

Peran orang tua memang sangat penting dalam pendidikan anak, apalagi madrasah pertama seorang anak adalah ibunya, orang tuanya. Tetapi peran pemerintah juga sangat penting demi terciptanya generasi penerus bangsa yang cerdas dan takut pada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Namun jika pemerintah tidak peduli bahkan mau memisahkan agama dari dunia pendidikan dan diganti menjadi pendidikan ahlak dan budaya, bagaimana mungkin bisa tercipta ahlak yang baik jika ilmu agama tersebut tidak diajarkan? Seolah-olah ilmu agama dipelajari hanya untuk rutinitas keagamaan bukan untuk dunia pendidikan apalagi untuk mendidik generasi penerus bangsa. Ilmu agama hanya perlu di pelajari di rumah-rumah ibadah tetapi tidak untuk dipelajari di sekolah. Maka jangan heran jika beberapa tahun kedepan generasi Z menjadi generasi yang tidak peduli terhadap sesamanya bahkan kepada keluarganya sendiri, menjadi genarasi yang masa bodoh terhadap rakyatnya ketika mereka menjadi pemimpin nantinya karena pada dasarnya mereka lebih banyak mengetahui ilmu teknologi, mereka diajarkan menjadi pribadi yang mandiri untuk mencari materi dari teknologi tersebut, apa yang mereka pelajari bukan untuk mencari ridho Allah, tetapi untuk kepentingan pribadi dan hanya sebatas materi.

Bagaimana nasib generasi berikutnya setelah Gen Z, jika pemahaman sekuler telah mengusai mereka? Maka jangan heran jika rumah-rumah ibadah saat ini, masjid-masjid hanya dirindukan oleh mereka yang telah lanjud usia, bukan anak-anak muda sebagai pejuang agama Allah.

Allah SWT telah memperingatkan atas kondisi ini, firman Allah yang artinya;
“Sesungguhnya mereka orang kafir memberihkan harta mereka untuk menghalangi orang-orang dari jalan Allah. Dan akan terus memberikan hartanya itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri dan akhirnya mereka akan dikalahkan”
(QS. Al-Anfal : 36)

Ayat ini telah terbukti, negara-negara barat terus mengembangkan kecanggihan teknologi digital dan mempromosikan ke negara-negara penganut Islam terbanyak, mereka merusak moral generasi penerus bangsa sehingga generasi muda pun terpengaruh. Tidak ada lagi rasa cinta terhadap Allah dan Rasulullah, tidak ada lagi cinta ayat suci Al-Qur’an. Namun sayangnya pemerintah pun mendukung gerakan negara kaum kapitalis dan komunis tidak menyadari bahwa generasi penerus bangsanya telah dirusak ahlaknya. Perkembangan teknologi memang tidak dapat ditolak atau dihentikan, tetapi bagaimana penggunaan alat teknologi tersebut digunakan sebagaimana fungsinya dan akan lebih bermanfaat ketika digunakan di Jalan Allah.

Di zaman Rasulullah saw dan para sahabat, para generasi muda dididik untuk memperjuangkan agama Allah, menjalankan syariat – syariat agama, dibentuk ahlaknya. Sebagaimana muh. Al-Fatih yang telah dididik dari kecil agar kelak saat ia dewasa dapat menahlukkan Konstantinopel, ia tunduk dan patuh terhadap guru-gurunya, ia menjalankan syariat – syariat agama Allah dan mempertahankan aqidahnya. Dan di usia yang masi sangat muda yaitu 25 tahun ia berhasil menahlukkan Konstantinopel. Muh. Al-Fatih menjadi pahlawan Islam muda yang kisahnya masi terkenang sampai hari ini.

Generasi muda muslim adalah tumpuan untuk dimasa yang akan datang. Merekalah yang kelak akan menghancurkan sistem kufur ini dan menegakkan kembali sistem pemerintahan Islam yaitu Khilafah.

Wallahu a’lam bishowwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 769

Comment here