Oleh : Novita Fauziyah
Hidup manusia penuh dengan perjuangan. Berbagai upaya dilakukan dalam perjuangan itu. Ada yang berjuang untuk bertahan hidup, berjuang untuk mencapai apa yang dicita—citakan di bidang masing-masing, berjuang untuk menyeleseikan berbagai persoalan dan lainnya. Ketika sudah berhasil, semua terasa bahagia dan menjadi kenangan tersendiri.
Dari berbagai macam perjuangan yang dilakukan dalam fase hidup kita, tak lupa ada perjuangan yang harus dilakukan sebagai seorang muslim yakni menegakkan agama Allah. Ya, berjuang agar Islam tegak di muka bumi ini. Sebuah perjuangan yang tak akan lekang oleh waktu dan balasannya pun tiada tara. Kewajiban mulia yang Allah perintahkan.
Sudah menjadi sunnatullah jika menempuh jalan menegakkan agama Allah, melakukan amar ma’ruf nahi munkar akan menemukan berbagai ujian. Bukankah para Nabi dan Rasul pun demikian? Apalagi kita sebagai manusia biasa. Allah juga sudah menyampaikan bahwa cobaan itu akan datang sebagaimana orang-orang terdahulu. Allah berfirman yang artinya “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al Baqoroh: 214).
Di sistem hari ini tantangan dalam perjuangan menyampaikan kebenaran begitu terasa. Kita bisa melihat faktanya para ustadz, aktivis, bahkan masyarakat biasa yang aktif menyampaikan kebenaran ataupun menyuarakan fakta yang dialami justru ada yang berakhir di jeruji besi. Sungguh ujian bagi para pejuang. Ditambah lagi himpitan ekonomi dan godaan duniawi seringkali menyurutkan langkah dan semangat dalam menyampaikan kebenaran. Tak bisa dipungkiri, hidup di era kapitalisme menjadikan manusia seperti budak ekonomi. Peran negara berusaha dimandulkan sehingga rakyat dibiarkan berjuang sendiri.
Sistem kapitalis sekuler nyatanya telah berusaha membelokkan fitrah manusia dan menimbulkan berbagai problematika. Peran agama makin dipinggirkan. Fitrah manusia yang lemah dan terbatas berusaha dipungkiri dengan lahirnya berbagai macam aturan. Aturan manusia pun dijadikan acuan dalam menentukan baik buruk, benar salah dalam menjalani kehidupan. Akibatnya kerusakan tak terelakkan. Lihat saja korupsi masih menggurita, pergaulan bebas merajalela, sumber daya alam dirampok di depan mata, berita carut marut di berbagai bidang kehidupan menghiasi layar kaca, bahkan ajaran Islam diserang dan berusaha dijauhkan hingga menimbulkan Islamophobia.
Kondisi ini mestinya makin mendorong umat Islam yang sudah diberikan predikat oleh Allah sebagai khoiru ummah untuk keluar dari berbagai problem yang mendera. Umat Islam harus senantiasa bersemangat untuk membangun kembali peradaban mulia yang mampu bertahan hingga 13 abad lamanya. Sebagai khoiru ummah, akankah membiarkan umat terus terjerembab dalam nestapa kehidupan akibat Kapitalisme yang jelas-jelas merusak? Tentu saja tidak.
Maka dari itu bersemangatlah para pejuang untuk terus menyuarakan kebenaran, untuk terus beramar ma’ruf nahi munkar, menegakkan agamaNya. Jangan pernah lari apalagi berhenti hanya karena godaan duniawi. Pejuang sejati tidak akan ghosting dan hanya menjadi bayang-bayang dalam kehidupan. Peran para pejuang sungguh sangat dinanti. Ingatlah firman Allah yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S Muhammad: 7).
Wallahu a’lam bisshowab
Views: 42
Comment here