Opini

Kemenangan Islam adalah Janji Allah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Tuti Amaliah (Aktivis Dakwah)

Indonesia lagi-lagi diserang teror. Ledakan itu terjadi tepatnya minggu, 28 maret 2021 sekira pukul 10.30 WITA. Teror bom bunuh diri yang terjadi di Jalan Kajaolalido, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar sontak membuat gempar jemaat Gereja Katredal yang sedang mengikuti minggu palma. Setelah tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System Polri melakukan penyelidikan, pasutri L dan YSF dipastikan sebagai pelaku bom bunuh diri. Mereka dikabarkan sebagai pasangan yang baru menikah enam bulan lalu dan merupakan bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Listyo Sigit menyebut kelompok ini termasuk kelompok kajian di Villa Mutiara yang berperan “mendoktrin dan mempersiapkan rencana untuk jihad, juga membeli bahan untuk melakukan bom bunuh diri”. (news.detik.com)

Kabar kejadian ini melesat dengan cepat ke puncak tranding topic melalui media dan media sosial. Ramai-ramai masyarakat mengecam tindakan tersebut termasuk presiden Joko Widodo yang langsung mengutuk keras aksi terorisme ini. Pihak kepolisianpun tidak berlama-lama melakukan penyelidikan. Hari belum berganti, identitas pelaku beserta jaringannya terungkap dengan sejumlah bukti. Berbeda dengan kasus KM50 dan penangkapan koruptor Harun Masiku yang belum terselesaikan hingga kini.

Mata dunia menyorot tajam kepada kaum muslimin yang sudah terlanjut mendapat label teroris. Ditambah adanya foto pelaku yang memakai pakaian dengan ciri khas umat Islam semakin memperjelas siapa pelakunya.

Pasca peristiwa peledakan bom 11 September 2001 di WTC New York, peristiwa bom bunuh diri pun menjadi serangkaian aksi yang berkesinambungan. Di awali dengan bom Bali tahun 2002 hingga yang teranyar kasus bom Makassar. Seolah kompak, semua pelaku puluhan aksi terorisme meninggalkan bukti yang menunjukkan dirinya adalah muslim yang juga terlibat dengan jaringan terorisme.

Terorisme dijadikan alat propaganda oleh kafir barat agar masyarakat memahami Islam sebagai agama radikal. Aksi-aksi radikalisme seolah menjadi “mainan” yang semakin digemari, dan selalu disediakan oleh sang “masterminds”. Berbagai program deradikalisasi pun terus diciptakan untuk mendukung pemikiran-pemikiran barat yang berasaskan sekuler. Islamophobia terus digelembungkan oleh kafir barat, pada akhirnya umat Islam terjebak di dalamnya.

Kaum muslimin harus mampu membedakan antara tindakan teror dengan jihad. Terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban. Aktivitas ini menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, membahayakan keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat.

Sedang jihad adalah segala upaya dengan sekuat tenaga untuk menjaga dan meninggikan agama Allah. Serta kesediaan untuk menanggung kesulitan di dalam memerangi dan menahan agresi musuh dalam segala bentuknya yang biasa di sebut dengan al qital atau al harb.

Para pelaku teror bom sungguh tidak paham apa esensi makna jihad. Disebut Ibn ‘Asyur, jihad perang itu boleh dilakukan manakala musuh Islam mulai menyerang Islam secara terus menerus dan secara fisik. Kemudian umat Islam dilarang untuk beribadah.

Islam adalah agama kasih sayang. Bahkan kasih sayang Islam tak hanya dirasakan oleh manusia sebagai makhluk yang paling bermartabat di muka bumi ini. Namun sampai hewanpun merasakan kasih sayang itu. Nabi SAW bersabda:

Siapa membunuh seekor burung ‘usfur dengan sia-sia, maka nanti di hari kiamat burung tersebut akan mengadu kepada Allah, seraya berkata, “Ya Allah, ya Tuhanku, si Fulan telah membunuhku dengan bermain-main, dan tidak membunuhku untuk diambil manfaatnya”. (HR. Nasai dan Ibnu Hibban)

Rasulullah SAW sebagai teladan sepanjang sejarah telah berhasil mengukir rangkaian sejarah peradaban Islam dengan begitu menawan. Salah satu bentuk peradaban luhur yang diwariskannya ialah tahapan perdamaian tatkala beliau dan masyarakat minoritas (Muslim) hidup berdampingan dengan kuffar Quraisy. Untuk menghindari pertumpahan darah selama menjalankan misi dakwah, Rasulullah menempuh beberapa perjanjian demi membangun perdamaian.

Rasulullah enggan berperilaku kasar, menjajah, ofensif, apalagi tindakan membabi buta dalam berperang. Sejarah mencatat, selama berperang, Rasulullah enggan menyakiti balik atau menaruh dendam atas perilaku kuffar Quraisy. Justru sebaliknya, kepribadian Rasulullah terpancar saat menanamkan nilai Islam yang sesungguhnya. Beliau tetap memberikan perlindungan, pangan, dan memikirkan kesehatan para tawanan. Dari sini kita menyadari, bahwa Islam berlepas diri dari segala kekejaman dan aksi terorisme. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’ : 107)

Masih terukir jelas di dalam benak kita bagaimana fase-fase awal dakwah Rasulullah yang terus mengalami penindasan demi penindasan dari kaum kafir. Kisah menyedihkan yang dialami Rasulullah dan para sahabat itu seolah kembali terulang dalam frame yang tak jauh berbeda saat ini. Penindasan, pembumihangusan, kedzaliman, kerusakan, penghancuran yang dilakukan pembenci Islam dilakukan secara masif atas kaum muslimin. Lalu siapakah teroris sebenarnya?

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Maidah: 32).

Saat ini musuh-musuh Allah telah menjadikan Islam sebagai “common enemy” atau musuh bersama. Hal ini menandakan bahwa mereka tidak sanggup berdiri tegak jika sendiri melawan Islam. Padahal sejatinya mereka punya kepentingan masing-masing. Tapi mereka sadar jika tanpa persatuan, mereka akan tumbang satu-persatu dan takkan mungkin bisa melawan Islam dan Kaum Muslim.

Kondisi Islam dan Kaum Muslim di negeri berpenduduk mayoritas Islam terbesar di dunia. Islam difitnah dan dituduh sebagai perusak persatuan bangsa. Inilah yang harus disadari oleh seluruh Kaum Muslimin. Persatuan musuh-musuh Allah dan banyaknya cobaan yang datang adalah indikasi dekatnya kemenangan Islam dan kembalinya peradaban Islam yang gemilang. Persatuan tersebut juga menandakan lemahnya musuh dan kuatnya Islam.

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi” (TQS al-Fath [48]: 28).

Wallahu a’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 73

Comment here