Opini

Frasa Syariah Menekan Islam Kaffah

blank
Bagikan di media sosialmu

Frasa Syariah Menekan Islam Kaffah

Oleh : Nadia Fransiska Lutfiani S.P ( Aktivis Muslimah, Pegiat Literasi dan Media)

Ekosistem Ekonomi dan perbankan syariah diupayakan agar tetap kuat keberadaannya. Untuk itu Bank Syariah Indonesia berkomitmen melayani lebih dari 20 juta nasabah dan berjuang menjadi top 5 bank berdasarkan aset dan nilai buku.

Selain itu kedepannya mampu mengembangkan kreativitas, literasi finance dan ekonomi digital syariah seperti peresmian UNU Center for Sharia Finance and Digital Economy (Shafiec). Rencana tersebut terus dikembangkan dengan jangka waktu lima tahun kedepan menjadi top 10 bank syariah global berdasarkan kapitalisasi pasar.

Dalam acara Seremonial Peresmian Center of Sharia Finance and Digital Economy (Shafiec) & Forum Nasional Keuangan Syariah, PT Bank Syariah Indonesia Tbk berencana melakukan kolaborasi dan sinergi dengan lembaga riset dan perguruan tinggi. Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden Indonesia mengatakan peresmian Shafiec menjadi ikhtiar pengembangan ekonomi digital dengan meningkatnya literasi dan inklusi keuangan syariah. (detikfinance.com, 14/03/2021)

Dilansir dalam laman bisnis.tempo.co (12/3),Sri Mulyani berharap keadaan ini sebagai bentuk pengembangan SDM serta menyeimbangkan dinamika global dan perubahan teknologi dengan tetap mengacu nilai islam melalui adanya Shafiec. Karna sepanjang pandemi terbukti ketahanan keuangan syariah justru melesat, total aset perbankan syariah pada Desember 2020 meningkat menjadi Rp 608,9 triliun atau naik dari Desember 2019 sebesar Rp 538,32 triliun.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu membeberkan, pasar keuangan syariah bisa diperluas dengan perbaikan dari sisi sumber daya manusia atau SDM dan pengembangan teknologi digital.

Memaksa Syariah di Tengah Kolam Kapitalisasi Kaffah

Memperbaiki keadaan dan mengharapkan perbaikan pada antek yang menghancurkan sama saja memaksa orang yang tidak pandai berenang mengikuti perlombaan bersaing dengan atlet renang. Memaksa sesuatu yang tidak akan ditemui titik terang yang nyata. Tenggelam yang lebih dalam bahkan bunuh diri paling terencana.

Sebanyak apapun harapan jika salah jalan tetap saja stagnan. Meski tidak salah percobaan dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana hasilnya, namun seperti mempersiapkan kegagalan yang sudah nampak didepan mata.

Menggencarkan berbagai program untuk menyelamtkan ekonomi nasional ataupun global terus dilakukan. Bahkan nuansa islam terpaksa diciptakan dengan label “syariah”. Bukti ketahanan yang menjanjikan membuat impian itu semakin besar.

Pendirian Bank Syariah Indonesia (BSI) ditujukan menyatukan jajaran bank syariah dengan harapan kekuatan yang lebih besar menghadapi kapitalisasi pasar perbankan, agar mampu bersaing dan menebar keberpengaruhan di pasar global. Ibarat melepas anak balita ditengah kerumunan. Ia mungkin sudah bisa berjalan, namun minim penjagaan karna pola pikir yang belum terbentuk dipaksa untuk menyesuaikan keadaan.

UNU Center for Sharia Finance and Digital Economy (Shafiec), dengan pertimbangan ketahanan keuangan syariah dimasa pandemi ini kedepannya diharapkan bisa diperluas dengan mengikuti digitalisasi yang ada demi mempertahankan kekuataan ekonomi.

Buku Ekonomi Penyangga Jihad yang ditulis oleh Husein Matla membahas tentang “ Tidak Bersandar Pada Perhitungan Yang Menipu” sebagai satu bagian dari pembahasan Tata Transaksi Bebas Riba menjelaskan bahwa saat ini tidak bisa dipungkiri lagi kehidupannya dalam kendali kapitlais.

Dunia kapitalis menyandarkan eksistensinya pada perbankan, bahkan sebenarnya jika boleh dikatakan perhitungan perbankan saat ini adalah perhitungan yang menipu.

Melihat dari dua sisi, pertama rasio penghasilan yang diberlakukan ternyata sangat nyata sekali perbankan mengambil jatah yang sangat besar. Sebagai contoh rata-rata penabung di bank bunga pertahun adalah 6%. Jika ada satu orang menyimpan uang 100juta, maka dalam setahun mendapat 6juta pemasukan tanpa disadari. Para pengurus perbankan dan karyawan akan mendapat kue putaran distribusi ini. Kedua dari sisi rasio pengembalian juga sama akan menghasilakn perhitungan yang menguntungkan perbankan.

Jika diamati maka ekonomi kapitalisme hari ini adalah feodalisme ekonomi dengan menjadikan negara-negara didunia termasuk negeri mayoritas muslim sebagai arena konvensi dan kartel-kartel bisis persekutuan, bahkan agenda untuk membangun kekuasaan bisnis dunia kapitalisme harus mampu menguasai sebanyak 51% saham. Kehidupan bermuara pada pinjaman bank.

Ibarat pohon maka sejatinya penyangga ranting atau batang besarnya adalah para pemodal yang memiliki andil penuh mengatur ranting keicl seperti bank nasional, BMT, UKM dan seluruh aktivitas ekonomi masyarakat. Inilah gambaran kehidupan dalam naungan kapitalisme hari ini tidak ada yang benar-benar nyata meyelamatkan meski dalam kerjasama sebagai kawan yang diharapkan adalah apakah bisa menguntungkan atau tidak.

Rakyat akan terus menjadi korban persaingan pengusaha dan perusahaan, sedangkan pelaku kapitalis ( penguasa dan pemodal) pihak yang paling untung. Semua itu terjadi karena negara lepas tangan sedagkan persaingan ketat antar koporasi semakin lebar

Syariah hanya Lahir dalam Penerapan Sistem Islam Kaffah

Sejarah kejayaan islam kala itu sangat membekas hingga menyisakan rindu penerapan kembali atasnya. Kehidupan ekonomi juga tentu bagian terpenting dalam pengaturan dibawah naungan dalam negara islam. Ekonomi umat islam tidak sampai merampas kehidupan dengan menghalal berbagau macam cara meski penindasan, itu tidam berlaku dalam islam.

Jika terjadi kesenjangan yang lebar dalam aktivitas ekonomi dalam hal ini pemenuhan kebutuhan,maka caranya adalah memebrikan harta sesuai hak milik atau disebut sirkulasi kekayaan agar tidak beridir hanya pada segilintir irang tertetu saja. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh negara.

Islam juga menjadikan negara sebagai penanggungjawab atas pemenuhan kekayaan untuk rakyat baik berupa harta maupun jasa.

Sehingga tidak ada muncul privatisasi ataupun nasionalisasi. Mungin hari ini akan muncul dominasi ekonomi. Bahkan mana yang dominan negar atau swasta tampak tidak ada celah dan beda semua sama. Akhirnya muncul solusi jalan tengah kerjasama negara dengan swasta.

Islam menjadikan falsafah ekonomi berpijak pada upaya menjalankan aktivitas perekonomian sesuai dengan perintah dan larangan Allah artinya mengikuti hukum-hukum islam yang tertuang dalam kebijakan negara dengan penerapan islam.

Jika riba tidak ada maka kebutuhan akan bank yang sekarang tentu tidak ada. Sistem ekonomi islam akan ditopang dengan baitu mal, akan bertindak memutar dan meminjamkan harta tanpa bunga yang pemanfaatan pinjaman tersebut harus teralisasi.

Sistem islam tidak mengenal penindasan terhadap siapa yang harusnya berkuasa dengan apa.

Diantara aturannya : pertama, islam menegaskan rezeki dari Allah Ta’ala. Kedua, islam menekankan bahwa usaha adalah sayarat mendaapatkan keberhasilan bukan sebab keberhasilan. Ketiga, islam menekankan hiudp dulu baru ber-ekonomi, artinya negara akaan menjaga hak hidup rakyat. keempat, islam menopang kehidupa masyarakat dengan perserikatan atas alam, air, padang api pertambangan tidak untuk swasta.

Kelima, islam mempunyai metode mengatasi kesenjangan dengan distribusi kepemilikan harta. Keenam, islam menekan semua aktivitas untuk beribadah. Sehingga islam memiliki prinsip negara punya peranan mengelola perekonomian dan hasil perekonomian untuk kesejahteran rakyat.

Hanya saja konteks hari ini meinggalkan riba tidak semata dengan label syariah, harus terwujud masyarakat islam dalam negara islam serta pengaturan yang berasal dari Allah Ta’ala.

Jika dalam hari ini “berjihad” untuk sekedar bisa hidup dan bersaing, maka dalam islam orang yang hidup, mampu rukun dan berkorban dengan dorongan iman siap jihad bukan untuk karena tak siap hidup namun siap hidup untuk berkorban. Maka dibutuhkan arsitek ekonomi syariah mewujudkan syariah diterapkan bukan hanya label semata yang nyatanya hanya tertempel brand kufur dibawah tirani barat dan anteknya.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here