Opini

Menghalau Maksiat Jangan Hanya di Bulan Ramadhan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Susilawati (Aktivis Dakwah)

Wacana-edukasi.com, Kabupaten Musi Banyuasin melalui satuan polisi Pamong Praja melaksanakan sosialisasi himbauan dan menempel surat edaran di beberapa tempat hiburan dan wilayah hukum kabupaten Musi Banyuasin (1/4/2021). Hal ini di lakukan setelah Bupati Muba, Dodi Reza resmi mengeluarkan surat edaran mengenai larangan beroperasi tempat hiburan selama satu bulan Ramadhan. Penutupan tempat hiburan dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, cipta kondisi guna untuk menghormati muslim yang melaksanakan ibadah puasa selama bulan suci Ramadhan.

Kasat pol PP Muba Haryat, S.E M,Si. membenarkan bahwa sat pol PP kabupaten Musi Banyuasin telah memberikan sosialisasi dan himbauan agar pemilik dan pengelola tempat hiburan yang dapat mengganggu kekhusukan ibadah di bulan suci Ramadhan, untuk tidak beroperasi sesuai waktu yang di tentukan.

Beberapa tempat hiburan seperti karaoke, kafe, warung remang remang, wajib tidak beroperasi selama bulan suci ramadhan. Pihak pol PP juga akan melakukan razia secara rutin selama bulan Ramadhan guna memastikan imbauan tersebut telah dilaksanakan atau tidak oleh pemilik tempat hiburan. Apabila masih ada yang beroperasi, maka kepada pemilik atau pengelola tempat hiburan tersebut akan diberikan tindakan dan sanksi tegas sesuai peraturan berlaku.

Kelihatan pemerintah Musi Banyuasin butuh kerja keras dalam menghadapi bulan suci Ramadhan guna mensosialisasikan imbauan penutupan tempat usaha maksiat.

Sekularisme adalah memisahkan agama dari kehidupan sehingga masyarakat berkesempatan hanya memperbaiki diri di bulan puasa saja. Memang betul sekali bulan puasa adalah bulan ampunan dan bulan yang barokah.

Alangkah sayangnya di bulan suci Ramadhan hanya dianggap bulan musiman, ibaratnya buah musiman yang datang satu tahun sekali. Sehingga mengakibatkan lahirnya muslim musiman.

Lihatlah para pesohor, mulai dari selebriti hingga pejabat mendadak jadi kalem dan alim. Ketika memasuki bulan suci Ramadhan selebritis yang sehari harinya tak malu membuka aurat, di saat bulan suci Ramadhan berlomba lomba menutup aurat. Tapi setelah Ramadhan mereka melepas hijabnya dan kembali menggunakan pakaian yang kekurangan bahan. Jadi, seolah menutup aurat hanya wajib di bulan suci saja.

Padahal Allah mewajibkan mukmin menutup aurat keluar rumah mulai aqhil baligh dalam Al Qur’an.
Begitu juga para pejabat menfaatkan bulan suci ramadhan sebagai momentum memupuk kepercayaan masyarakat atau bahasa keren sekarang pencitraan.

Penguasa berpihak kepada pemilik modal, dan penerapan aturan yang di buat oleh manusia berlandaskan hawa nafsu, yang berlaku zalim. Yang tidak ada takutnya dengan azab Allah Swt. Sama sekali tidak berpihak kepada masyakat. Menciptakan masyarakat tidak taat kepada Allah dan Rosul, yang menyuburkan maksiat dan kerusakan.

Maka itu, harus ada aturan untuk menjalani hidupnya. Aturan itu tentu datang dari Allah, sang pencipta Alam semesta, manusia dan kehidupan yang tidak memiliki kepentingan apa pun kecuali kebaikan untuk umat-Nya. Aturan itu lah sebagai pedoman hidup umat manusia yaitu berupa Al Qur’an. Tidak ada cara lain, sebagai umat Islam kita harus konsisten taat kepada Allah SWT. Tidak boleh mengambil sebagian dan menolak sebagian selayaknya menutup maksiat di saat bulan Ramadhan dan membuka kembali setelahnya.

Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain),” serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.” TQS. An-Nisaa’: 150-151.

Demikianlah Allah mengisyaratkan serta memperingatkan hal ini karena ada sebagian orang yang memilah-milah ajaran agama, mereka itulah yang ditegaskan dalam ayat ini dengan menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya, seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani dan mereka melakukan hal itu dengan bermaksud memisahkan antara keimanan kepada Allah dan keimanan kepada Rasul-Rasul-Nya.

Wallahu a’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 9

Comment here