Oleh: Sri ummu Faiza
Kasus terorisme kembali mencuat ke permukaan. Setelah ledakan di depan geraja Katedral Kota Makassar (28/3), kini kembali muncul aksi teror di Mabes Polri.
Publik kembali dihebohkan dengan kasus terorisme yang terjadi di Mabes Polri beberapa waktu yang lalu. Aksi ini dilakukan oleh seorang wanita berpistol yang bernama Zakiah Aini. Pada saat yang bersamaan polisi segera melumpuhkan Zakiah ketika mencoba melakukan aksi teror (Kompas.com, 01/04/21)
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut awalnya Zakiah Aini masuk dari pintu belakang Mabes Polri dan sempat berbincang-bincang terlebih dahulu dengan petugas serta menanyakan lokasi kantor pos.
Setelah itu, Zakiah Aini meninggalkan pos penjaga dan pergi ke arah pos siaga di dekat gerbang utama, di sanalah terjadi baku tembak antara Zakiah Aini dan petugas hingga akhirnya perempuan itu tewas.
Terduga teroris yang tewas ditembak mati di Mabes Polri meninggalkan surat wasiat yang bikin geger dunia maya. Surat wasiat Zakiah Aini berisikan beberapa poin.
Beberapa poin tersebut diantaranya meminta maaf kepada orang tua karena belum bisa membalas semua pemberian keluarga serta orang tua, memilih jalan kematian yang dia anggap sebagai jihad. Dia juga berpesan bahwa jangan lupa untuk selalu salat 5 waktu. Berhenti berhubungan dengan bank atau kartu kredit (Riba-red). Meminta agar berhenti menjadi dawis (dasa wisma) yang membantu kepentingan para thagut. Meminta agar tidak mengikuti pemilu, karena orang-orang yang terpilih itu akan membuat hukum tandingan Allah bersumber Al Quran – Assunnah. Demokrasi, Pancasila, UUD, Pemilu berasal dari ajaran kafir yang jelas musyrik. Zakiah nasehatkan kepada ibu dan keluarga agar semuanya selamat dari fitnah dunia yaitu demokrasi, pemilu dan tidak murtad tanpa sadar.
Keterlibatan perempuan dalam gerakan terorisme bahwa perempuan semakin punya peran penting dalam gerakan ekstremis dan aksi teror di Indonesia.
Fenomena Keterlibatan Perempuan
Menurut Deputi Kementerian bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A), Ratna Susianawati mengatakan, adanya fenomena keterlibatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme dalam persoalan ini disebabkan oleh faktor sosial, ekonomi, perbedaan pola pikir, serta adanya doktrin yang terus mendorong dan terus menginspirasi para perempuan hingga mereka nekad melakukan aksi terorisme dan radikalisme (Tribunnews.com,04/04/2021).
Masuknya pemikiran dan ideologi menyimpang sehingga para perempuan dimanfaatkan dalam aksi-aksi terorisme dan radikalisme. Sebelumnya pada tahun 2017, lembaga yang digawangi oleh Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) by Sidney Jones, sempat merilis laporan yang berjudul “Mothers To Bombers: The Evolution of Indonesian Women Extremists”.
Dalam laporannya disebutkan bahwa perempuan dalam gerakan ekstremisme-terorisme terus berkembang dalam 4 dekade terakhir.
Menepis Narasi Salah
Adanya opini yang terus disebarkan bahwa ajaran Islam bisa membuat perempuan hilang rasa keibuan jelas merupakan fitnah yang sangat keji. Selain tidak sesuai dengan realita ajaran Islam yang sesungguhnya tuduhan inipun terkesan dipaksakan, dengan menuduh perempuan sebagai pelaku terorisme. Selalu dikaitkan dengan mereka yang memiliki pemahaman Islam yang jernih.
Penggiringan opini ditengah-tengah masyarakat benar-benar menjadi kenyataan dan kembali menyerang Islam dan ajarannya. Padahal sejatinya serangan ini diarahkan kepada kelompok dakwah tertentu. Termasuk yang dilakukan oleh aktivis Muslimah yang benar-benar berjuang untuk kebaikan umat tanpa kekerasan.
Kapitalis sekuler merasa terancam dengan adanya geliat kebangkitan Islam, sehingga mereka melakukan berbagai cara untuk menjauhkan umat manusia dari Islam sebagaimana awal mula terjadinya terorisme.
Sebagaimana kita ketahui bahwa gagasan perang global melawan terorisme yang kini berkembang menjadi agenda perang melawan radikalisme, adalah agenda barat kapitalis yang dipimpin oleh Amerika Serikat akhirnya ini adalah upaya menghalangi tegaknya Islam dan tegaknya hukum Allah di muka bumi ini. Bagaimana pun Islam saat ini adalah satu-satunya ancaman atas hegemoni kapitalisme global.
Mengingat Islam sebagai sebuah ideologi yang anti penjajah dan menjadi harapan umat di tengah rusaknya peradaban kapitalisme dan neoliberalisme karenanya Amerika Serikat dan negeri-negeri Barat terus melancarkan pemikiran dan kebudayaan sehingga membuat berbagai fitnah di balik aksi aksi-aksi teror terhadap kaum muslimin.
Muslimah Harus Tetap Berjuang
Inilah hakikat persoalan yang sedang terjadi di balik isu radikalisasi perempuan. Mereka tak ingin para muslimah untuk menjalankan seluruh perannya baik sebagai istri, ibu, maupun sebagai anggota masyarakat yang paham terhadap tanggung jawabnya kepada Islam dan kaum muslimin. Mereka tak ingin jika muslimah terpapar ide-ide Islam ideologis karena hal itu akan membuka wawasan berpikir dan kesadaran mereka persoalan umat yang kian hari kian jauh dari kemuliaan akibat dari mencampakkan Islam dan menerima sistem sekuler kapitalisme neoliberal.
Barat pun juga khawatir jika perempuan muslim yang populasinya besar paham bahwa satu-satunya peta jalan perubahan untuk mengembalikan kemuliaan mereka hanya dengan Islam, yaitu jalan dakwah pemikiran mengembalikan keterikatan umat dengan Aqidah Islam dan hukum-hukum secara Kaffah atau dengan dakwah ideologis.
Oleh karena itu keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme bukanlah bersumber dari ajaran Islam sebab Islam memuliakan perempuan dengan peran strategisnya sebagai ibu istri dan pengemban dakwah.
Situasi hari ini ke depan nampaknya akan kian memanas. Pertarungan hak dan batil akan terus. mewarnai kehidupan umat Islam. Hingga janji Allah akan tegaknya Islam benar-benar menjadi kenyataan.
Oleh karenanya, umat harus terus waspada terhadap setiap propaganda yang diaruskan. Jangan sampai semangat memperjuangkan Islam terhalang oleh seruan-seruan kebatilan dan mereka masuk dalam jebakan yang menjauhkan dari tujuan.
Wallaahu a’lam bishowab
Views: 2
Comment here