Oleh : Ika Fibriani, S.Pd.I.
wacana-edukasi.com, Negeri ini kembali digemparkan oleh aksi teror. Sebuah narasi membosankan yang sudah di desain untuk mengalihkan isu atas ketidakmampuan penguasa mengelola negeri ini. Karut marut ekonomi, kasus korupsi dan permasalahan Covid yang tidak ada ujung penyelesaiaannya, maka untuk menutupinya dibuatlah narasi terorisme. Sebuah lagu lama, yang terus di ulang-ulang jika diperlukan.
Dilansir dari Kompas.com, Pekan lalu, kita dikejutkan dengan teror bom. Bom bunuh diri terjadi di gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pukul 10.30 WITA.
Aksi teror juga kembali terjadi di Mabes Polri yang dilakukan oleh seorang perempuan muda sendirian (lone Wolf) melakukan aksi baku tembak dengan petugas yang ada di Mabes Polri, Jakarta (Kompas, Rabu 31/3/2021).
Berulangnya aksi teror bom membuat pandangan masyarakat, terhadap Islam semakin buruk. Banyak orang yang ingin berhijrah tetapi dikaburkan dengan pandangan Islam yang begitu keras dengan aksi teror bom menjadikan sesuatu yang menakutkan dan memalukan. Para aksi bom bunuh diri juga mempunyai deskripsi tersendiri dan sudah lazim dikenali oleh banyak orang seperti baju serba hitam, bercadar, celana cingkrang dan berjanggut panjang serta kental dalam mengkaji Islam. Atribut Islam, sepertinya menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian orang.
Dengan adanya terorisme dan pengeboman tersebut, maka kaum muslim akan jauh dari Islam dan Barat pun tetap bersih catatannya tak mempunyai noda dan catatan teror satupun di dunia Internasional dengan upaya yang telah dilakukannya.
Lalu aksi teror bom bunuh dari tahun ke tahun terus saja berkembang dengan aksi yang berbeda dan motif yang berbeda pula, padahal pemerintah sudah berupaya dengan diciptakannya Densus 88 sebagai tameng penangan terorisme di negeri ini. Tapi tidak bisa dipungkiri dengan adanya aksi terorisme tersebut bukan tanpa sebab, karena seperti kata pepatah “tak akan ada asap, jika tak ada api”. Hal inilah yang banyak menimbulkan kejanggalan pada setiap aksi teror bom bunuh diri, dengan menggunakan deskripsi dan simbol yang jelas dari Islam serta perempuan dan anak yang dijadikan korban media bom bunuh diri. Bisa dikatakan ini adalah skenario yang dibuat-buat yang tendensius pada Islam. Serta pengalihan berbagai isu yang sedang terjadi di negeri ini.
Para musuh Allah telah membuat makar, dengan tujuan agar Islam tidak kembali tegak di muka bumi ini dengan Ideologinya yang bisa menumpas habis sistem kufur yang mereka buat, memecah belah dan mengkotak-kotakkan umat muslim sendiri karena mereka tak ingin didikte, tak ingin dihilangkan ke-eksisannya untuk menguasai dunia ini.
Berbagai upaya yang dilakukan para musuh Allah, agar Islam tidak mengalami kebangkitan kembali, salah satunya mereka melakukan framing, seolah Islamlah dibalik kejadian ini, sehingga memunculkan Islamofobia bagi umat muslim. Dengan mengkambing hitamkan Islam, akhirnya kaum muslim yang lemah keimanannya merasa takut dan khawatir akan Islam. Akhirnya, umat menjadi bersikap apatis terhadap agamanya sendiri.
Saat ini, dengan adanya banyak kaum muslim yang mengkaji Islam, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMII) Jusuf Kalla juga melakukan pengawasan yang ketat di berbagai masjid-masjid terutama kampus-kampus yang sering mengadakan kajian intensif. (Muslimahnews, Sabtu, 3/4/2021).
Dengan adanya monitoring dari pihak kampus serta dari DKM untuk melarang diadakannya kajian secara bisik-bisik, karena ini akan memunculkan adanya radikalisme agar lebih berhati-hati.
Hal ini, jelas menuding bahwa Islam yang taat akan agamanya akan menjadikan orang-orang radikal. Tuduhan yang tak berdasar dan sangat menyakiti perasaan kaum muslim. Seakan-akan Islam adalah ajaran yang keras, yang tidak memiliki welas asih kepada sesama manusia. Ini sebenarnya adalah suatu sikap yang berlebihan kepada Islam, bahkan orang yang menuduh dan menuding Islam radikal atau terorisme datang dari kalangan kaum muslim sendiri, mereka sudah teracuni dan termakan tipu daya para musuh Allah yang seakan-akan fitnah keji yang mereka buat adalah sesuatu hal yang bisa dibenarkan.
Dengan adanya framing sesat yang di gemar-gemborkan media, membuat kaum muslim lupa akan masalah mereka yang sesungguhnya, karena pikiran dan pandangan mereka sudah teralihkan dengan peristiwa yang mengejutkan dan memalukan ini.
Islam adalah agama paripurna, yang bisa menyelesaikan permasalahan dari hulu hingga hilir. Islam tidak mengenal kekerasan, karena ajaran Islam tidak mengenal kekerasan bagi umatnya dalam mengemban Islam keseluruh dunia. Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam. Membunuh manusia dalam Islam sangat di haramkan, jika tidak dengan alasan yang benar. Satu nyawa manusia dalam Islam, lebih berharga di banding dunia dan seisinya.
Jihad dalam Islam hanya bisa diterapkan ketika aturan Allah tegak di muka bumi. Jihad dalam Islam memiliki tujuan untuk menegakan agama Allah atau menjaga agama ini, tetap tegak.
Mari, jadikan hanya hukum Islam dan syariat Islamlah satu-satunya yang bisa mengatur urusan hidup manusia, bukan ide dari Barat seperti Kapitalisme Liberalisme yang justru membuat umat terpuruk dalam kemaksiatan. Sudah saatnya campakan ide-ide yang dihembuskan Barat tersebut, kita tidak bisa berdiam saja menunggu datangnya pertolongan Allah, tetapi mari semua umat muslim bersatu untuk menjadikan satu misi satu tujuan yaitu melanjutkan kehidupan Islam kembali dan tegaknya syariat Islam di muka bumi ini.
Wallahu ‘alam bishowab
Views: 48
Comment here