Wacana-edukasi.com — Silicon Valley adalah julukan bagi daerah yang merupakan pusat inovasi di Amerika Serikat (AS) yang berhasil mencetak banyak perusahaan teknologi raksasa yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor. Kini nama Silicon Valey kerap dicatut berbagai negara dunia untuk menciptakan kawasan serupa, termasuk Bukit Algoritma di Sukabumi, Indonesia.
Jakarta, CNN Indonesia — Politisi PDI Perjuangan sekaligus pendiri Gerakan Inovator 4.0 Budiman Sudjatmiko memastikan pembangunan Bukit Algoritma tak menggunakan dana sepeser pun dari APBN. Ia menjelaskan, rencana proyek senilai 1 miliar euro atau setara hampir sama Rp18 triliun tersebut berasal dari investor baik dalam dan luar negeri. PT Kiniku Bintang Raya, dalam hal ini, akan jadi pengembang kawasan Bukit Algoritma seluas 888 hektare di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat tersebut. “Kami punya ide, kami tawarkan ke investor. Kemudian banyak investor dalam dan luar negeri tertarik. Kemudian dipercayakan kepada kami, kami kemudian cari kontraktor,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com Sabtu (10/4/2021).
Tak sedikit kota di Indonesia yang gembar-gembor akan menjadi Silicon Valley versi lokal. Sebut saja yang sedang ramai di Sukabumi, TMII, dan beberapa kota sebelumnya yang juga sesumbar hal serupa. Bandung, Singasari, Banten, hingga ibu kota baru “dijual” dengan embel-embel Silicon Valley.
Bisnis.com, JAKARTA – Selain menghadirkan pusat penelitian dan pengembangan terintegrasi, kehadiran megaproyek Bukit Algoritma di Sukabumi diprediksi dapat berdampak positif terhadap pasar properti di wilayah sekitarnya. Pengamat properti Ali Tranghanda dari Indonesia Property Watch menilai kehadiran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bukit Algoritma, akan mendorong pertumbuhan pasar properti di kawasan Sukabumi dan sekitarnya secara jangka panjang. “Kalau untuk jangka panjang pastinya berprospek tapi membutuhkan persiapan yang harus matang,” ujar Ali seperti dilansir dari Antara, Minggu (11/4/2021).
Proyek pembangunan Bukit Algoritma dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) teknologi banyak menuai sorotan, karena memungkinkan hanya menjadi proyek prestisius, tanpa visi kemaslahatan bangsa. Diopinikan menjadi sarana agar terdepan dalam teknonogi digital tetapi disayangkan bahwa kesiapan berupa independensi/kemandirian teknologi dan dukungan terhadap riset dan inovasi justru dikebiri.
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam tidak hanya terfokus pada aspek ruhiyah saja, tetapi dalan perindustrian, riset, dan teknologi juga dilaksanakan sesuai syariat. Dalam paradigma Islam, perindustrian akan disinergikan untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Pembangunan industri dibangun dalam paradigma kemandirian. Tak boleh sedikit pun ada peluang yang akan membuat kita menjadi tergantung kepada pihak asing, baik dari sisi teknologi (melalui aturan-aturan lisensi), ekonomi (melalui aturan-aturan pinjaman atau ekspor-impor) maupun politik.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak tahu; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Qs. al-Anfâl [8]: 60).
Kemampuan semacam ini pula yang dimiliki oleh setiap negara industri maju seperti Indonesia. Wallahu a”lam bishshawab.
Riani — Guru di Medan
Views: 1
Comment here