Oleh Mega Pratiwi
Seorang pemuda tengah khawatir.
Ia baru saja kehilangan pekerjaannya.
Bagaimana aku bisa hidup, pikirnya.
Disusul dengan pertanyaan ‘Bagaimana’ lainnya.
Ia kalut.
Lagi-lagi ia bertanya pada diri sendiri.
Bagaimana aku bisa bertahan hidup tanpa memiliki pekerjaan.
Bisa apa aku tanpa uang.
Rasa khawatir telah membuat ia lupa.
Lupa konsep rezeki.
Tak sepenuhnya ia bersalah.
Sebab memang selama ini ia tumbuh di tengah masyarakat yang mengusung ide kapitalisme.
Tujuan dan solusi kehidupan yang dimaknai hanya untuk materi.
Ia lupa.
Bahwa konsep rezeki dalam agamanya berbeda.
Rezeki bukan hanya gaji yang ia dapat dari bos atau perusahaan saja.
Rezeki adalah apa-apa yang bisa ia nikmati.
Bahkan rezeki terbesar berupa iman, Allah berikan tanpa harus dibeli.
Ia juga lupa.
Bahwa bapaknya telah lama bersila panggung.
Serta kehidupannya baik-baik saja.
Bisa makan, bisa beribadah, dan bahkan bahagia.
Semua karena pemberi rezeki Allah.
Views: 7
Comment here