Wacana-edukasi.com — BUMN Indonesia banyak yang mengalami kerugian. Tidak tanggung-tanggung kerugian yang berbentuk hutang ini mencapai puluhan bahkan ratusan triliun rupiah. Contohnya PT. Garuda Indonesia mempunyai utang 70 triliun, PT. Waskita Karya 7,3 triliun. Bahkan PT. PLN mencapai 500 triliun. Hal ini terjadi karena beban biaya yang dikeluarkan oleh BUMN tersebut selalu lebih besar daripada penghasilan yang di dapatkan sehingga timbul kerugian.
BUMN merugi karena adanya salah orientasi pencapaian berdasarkan untung rugi sebagaimana disamakan dengan korporasi swasta. Dengan kata lain, negara melakukan bisnis kepada rakyatnya. Padahal sebagai masyarakat berhak mendapatkan pelayanan dan dipenuhi kebutuhannya oleh negara. Amanat konstitusi menyatakan bahwa kekayaan alam atau kekayaan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Hal mendasar yang menjadi penyebab adalah kesalahan dasar kapitalisme dalam pengelolaan harta negara.Tak ayal Indonesia yang masih berkapitalisme menjadi salah urus harta negara. Penyebab lain adalah maraknya korupsi dalam internal dan kepengurusan BUMN itu sendiri. Para petinggi yang alih-alih mengabdi dan melayani masyarakat justru mencari keuntungan sendiri-sendiri.
Dalam Islam telah diatur kepemilikan harta dan pengelolaannya dengan jelas. Harta milik publik dan negara seperti fasilitas umum, barang tambang, zakat, jizyah tidak boleh dimiliki oleh individu atau swasta sekalipun. Harta negara tersebut pengelolaannya harus dilakukan oleh negara. Rasulullah SAW dan para khalifah setelah beliau mengelola harta milik negara, dan mengaturnya dalam rangka meraih kemaslahatan kaum muslimin atau umat Islam.
Pengelolaan harta milik negara bukan berarti negara berubah menjadi pedagang, produsen, atau pengusaha layaknya aktivitas seorang pedagang, produsen atau pengusaha. Negara tetap hanya sebagai regulator. Oleh karena itu rakyat juga diberi hak untuk mengelola harta, meraih kamaslahatan mereka dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan mereka. Jadi, tujuan pokoknya adalah pengaturan bukan mencari keuntungan.
Okki Alfian Nurlail– Kulon Progo, Yogyakarta
Views: 2
Comment here