Opini

Solusi Syar’i Pandemi Covid-19

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Putri Ira

Saat wabah melanda, kita diperintahkan untuk berikhtiar agar wabah tidak meluas. Ini bisa dilakukan dengan mengisolasi pusat wabah.

Wacana-edukasi.com — Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia semakin merangkak naik. Berdasarkan update data per 25 Juni 2021, jumlah kasus positif Covid-19 sebanyak 2.072.867, meninggal 56.371, dan sembuh 1.835.061. Selain jumlah penderita covid-19 naik, Indonesia menembus rekor angka kematian tertinggi se-Asia Tenggara. Dengan jumlah angka kematian harian lebih tinggi dari Malaysia yang mencapai 100 kasus.

Peningkatan jumlah penderita Covid-19 ternyata tidak dibarengi dengan kekhawatiran masyarakat akan virus berbahaya tersebut. Masyarakat mulai kendor dengan protokol kesehatan (prokes). Seakan tak peduli masih hadirnya virus mungil di tengah kehidupan. Virus pun mulai bermutasi dari varian sebelumnya. Bahkan, varian Delta yang penularannya lebih cepat mulai hadir di tanah air. Tentu, kita tak berharap kemunculan varian baru yang semakin banyak korban berjatuhan.

Seruan Pakar Kesehatan dan Organisasi Dokter
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra meminta pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang radikal dengan lockdown (Cnnindonesia.com, 22/6/2021). Meskipun seruan lockdown di awal pandemi digaungkan sejumlah pihak, pemerintah mengatakan tak mungkin menempuh hal tersebut.

Perhimpunan dokter-dokter spesialis juga turut bersuara terhadap lonjakan signifikan kasus covid-19. Ketua Umum Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) DR. Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, KKV, FINASIM, FACP mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi dobel ancaman ketika orang-orang dengan komorbid datang ke rumah sakit berbarengan dengan pasien Covid-19. Ditambahkan oleh Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru), Dr dr Erlina Burhan Sp.P(K), M.Sc,Ph.D , kasus kembali naik setelah adanya pembukaan tempat wisata dan pergerakan masyarakat yang tinggi. Para dokter melihat penurunan kasus terjadi saat PPKM diberlakukan, terutama di Jawa pada Februari lalu (kompas.com, 19/6/2021).

Hal senada diungkapkan oleh ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman. Beliau menilai kondisi ini sangat mengkawatirkan. Pemerintah harus menerapkan kembali PSBB di beberapa daerah dan menunda Pelaksanaan Tatap Muka (PTM) (Kompas.com, 20/6/2021) . Seruan ini seharusnya direspon dengan baik agar kondisi tidak semakin parah. Bukankah nyawa rakyat harus lebih penting dibandingkan pertimbangan ekonomi?

Dominasi Ekonomi

Kebijakan PSBB yang diambil oleh pemerintah di awal pandemi tak bertahan lama. Berganti menjadi kebijakan new normal. Masyarakat diminta berdamai dengan coronavirus. Tempat wisata dan pusat perbelanjaan kembali dibuka. Sementara tempat ibadah dan sekolah mengalami penutupan. Demi mencari pemasukan bagi negara. Apakah tak ada alternatif selain dengan hal ini? Sementara kita masih memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Pertimbangan ekonomi dalam menyikapi wabah sejatinya bukan langkah yang tepat. Kebijakan yang diambil semakin memperparah kondisi. Hal ini semakin menjauhkan jarak antara pemangku kebijakan dengan rakyat. Rakyat semakin abai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan. Pelaksanaan 3 M seakan tidak lagi dibutuhkan dalam kondisi sekarang.

Islam Solusi Tepat Atasi Pandemi

Islam hadir untuk menyelesaikan seluruh persoalan manusia, termasuk pandemi. Wabah ini harus dipahami merupakan qadha (keputusan) Allah. Manusia diperintahkan untuk ridha dengan keputusan Allah. Selain itu, manusia harus melakukan instrospeksi. Meskipun ini terjadi karena kehendak Allah, suatu kejadian kadang dipicu oleh kesalahan atau dosa manusia.

Saat wabah melanda, kita diperintahkan untuk berikhtiar agar wabah tidak meluas. Ini bisa dilakukan dengan mengisolasi pusat wabah. Tidak ada yang boleh keluar dan masuk ke daerah wabah. Agar proses penularan dapat diputus. Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW : “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu .” (HR Al-Bukhari). Ini akan efektif jika dilakukan oleh negara. Bukan hanya per daerah.

Negara memastikan semua kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi selama suatu daerah di isolasi. Negara tak boleh berlepas tangan menanggung kebutuhannya. Jika negara tak mencukupi kebutuhan mereka, pelanggaran akan terjadi. Masyarakat lebih memilih mati karena coronavirus, dibandingkan mati kelaparan.
Penguatan dan peningkatan sistem kesehatan baik fasilitas, obat-obatan, tenaga medis harus dilakukan. Ini dilakukan semata-mata agar sistem kesehatan berlangsung dengan baik.

Pandemi tidak menjadikan alasan sistem kesehatan menjadi ambruk. Ini dilakukan negara sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada rakyat. Ilmuwan didorong untuk menemukan obat/vaksin dengan cepat. Negara tidak boleh berfikir untung rugi. Vaksin diberikan secara gratis kepada rakyat.

Selain dari sisi negara, rakyat bersedia mentaati Prokes dengan dasar ketakwaan kepada Allah. Aturan yang diputuskan berdasarkan Al-qur’an dan Sunah Rasul wajib ditaati. Selain terhindar dari wabah, mereka juga akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Rakyat harus sabar, berikhtiar sekuat tenaga dan tidak putus asa jika ditimpa musibah. Bagi yang tertimpa musibah, masyarakat akan saling membantu. Ini dilakukan atas dorongan keimanan.

Penanganan wabah baik dari sisi negara dan rakyat mutlak diperlukan. Agar pandemi covid-19 dapat terselesaikan. Masihkah kita menutup mata dengan solusi yang berasal dari Allah SWT?

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here