Oleh Ateh Fitriani
Namun ada kalanya daya nalar tak mampu melogikakan. Keterbatasan dalam melakukan sesuatu seharusnya membuat diri sadar. Sadar akan keterbatasan yang harusnya dijadikan jalan untuk melihat kesempurnaan-Nya.
Wacana-edukasi.com — Pemerintah telah memberlakukan kebijakan PPKM Darurat yang diharapkan bisa menekan jumlah kasus penularan harian covid-19 hingga 10.000 kasus per hari pada Agustus 2021 nanti, dari saat ini yang 30.000an kasus. Upaya testing dan tracing dilakukan agar angka yang didapat adalah konkret, yang mengindikasikan turunnya tingkat penularan.
Pada Selasa (13/7/2021), Indonesia mencetak rekor 47.899 pasien baru dalam sehari. Bahkan Indonesia memimpin pertambahan kasus covid-19 harian di dunia. Kasus baru di Indonesia melampaui Inggris yang tercatat 36.660 kasus, Rusia 24.702 kasus dan Iran 22.750 kasus. Jumlah tersebut lebih dari 4 kali lipat rekor kasus covid-19 di Malaysia yang berada di 11.000 orang. Total kasus covid-19 di Indonesia selama pandemik akhirnya mencapai 2,615 juta kasus, terbanyak ke-15 dari seluruh dunia. (cnbcindonesia.com, 14/7/2021)
Penyebab Pandemi Tak Kunjung Usai
Selain cerita duka, semakin sering terdengar permintaan tolong bantuan oksigen, obat, dan perawatan. Kondisi yang sudah diingatkan jauh-jauh hari oleh sejumlah pihak. Kabar buruk terus memberondong, disaat yang sama ada kabar baik bahwa kasus kesembuhan bertambah 20.123 orang dalam sehari. Totalnya 2,139 juta pasien sembuh dari covid-19. Begitulah, meski kebijakan ini dianggap belum membawa perubahan signifikan dalam menekan laju penyebaran virus covid-19. Dikarenakan sejak sebelum diterapkan PPKM Darurat sampai saat ini masih menunjukan presentase yang tinggi. Terbaru tanggal 8 Juli mencapai 40,02%, padahal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas positivity rate adalah 5%.
Dampak Pandemi Tak Kunjung Usai
Semua masyarakat merasakan kenaikan kasus penularan covid-19 yang luar biasa cepat dalam beberapa hari terahir. Di balik ini semua, ada jutaan orang harus bertanggungjawab dan tetap berada di garis terdepan menyelamatkan nyawa. Kerja siang malam nonstop hingga lelah bahkan ada yang wafat karena lelahnya. Sudah bukan lagi waktunya untuk membesarkan ego, waktu untuk melepas ego atas banyaknya titel diri, melepas kesombongan atas kuat dan sehatnya fisik dari merasa tak butuh Allah. Memaknai kembali peran dasar tentang hakikat hidup, kehidupan hanyalah sementara dan sebentar saja. Manusia lemah dan tak berdaya dengan pemikiran yang terbatas.
Sudah setahun lebih kita berada dalam pandemi. Silih berganti kebijakan dan nahkoda tak kunjung membawa perbaikan. Malah lempar kata, saling sanggah itu yang banyak kita lihat. Belum lagi perihal opsi baru vaksin berbayar di mana ini sangat mencederai hak akses terhadap vaksin. Vaksin harusnya di tengah pandemi ini menjadi barang milik umum (public goods) yang tersedia gratis dan mudah didapat. Sejauh ini penanganan covid-19 yang bisa disimpulkan adalah bahwa untuk bisa menangani pandemi secara tuntas tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan fisik atau pemikiran manusia saja yang terbatas. Namun ada kalanya daya nalar tak mampu melogikakan. Keterbatasan dalam melakukan sesuatu seharusnya membuat diri sadar. Sadar akan keterbatasan yang harusnya dijadikan jalan untuk melihat kesempurnaan-Nya.
Menepis ego dengan tidak menyalahkan siapa-siapa, karena menyalahkan dan berharap kepada manusia saja sebenarnya sudah salah. Sebagaimana apa yang disampaikan oleh Ustadz Mu’tasim, Covid-19 harusnya menyadarkan kita bahwa dunia adalah permainan dengan segala aturannya. Allah yang menentukan setiap kejadian atau takdir. Lalu tanyakan pada diri sendiri, dosa atau tidak apa yang kamu lakukan sebab bermain sesuai aturan atau tidak? Mencelakakan orang lainkah atau tidak? Yang pasti, setiap pemain akan di hisab sesuai dengan aturan yang dijalankan, bukan sekedar takdir yang telah ditetapkan.
Solusi Tuntas Akhiri Pandemi COVID-19
Mungkin ini cara Allah agar kita kembali kepada-Nya bukan saat butuh saja melainkan sepanjang masa dengan seutuhnya agar kembali menjadi posisi seorang hamba. Jika kejadian ini tak mampu membuat kita berpikir atau bermuhasabah diri untuk kembali, lantas apa lagi yang harus Allah turunkan? Tidak cukupkah pandemi ini? Untuk kembali dengan aturan yang benar. Itulah solusi yang harusnya kita ambil saat ini. Karena tak ada lagi celah untuk menyangkal. Waktu yang terasa semakin sempit ketika kabar kematian terus berseliweran. Namun begitu kita meyakini masih ada usaha untuk menghentikan pandemi. Bertanggungjawab untuk membangun ulang keberlanjutan masa depan kita. Yaitu dengan menerapkan aturan yang bersumber dari Sang Pencipta (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Sebagaimana yang terkandung dalam QS. An-Nur ayat 51
اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Hanya ucapan orang-orang beriman yaitu ketika mereka diajak menaati Allah dan Rosul-Nya tersebut memutuskan hukum diantara kalian maka mereka berkata: Samina Wa Atha’na (Kami telah mendengar hukum tersebut dan kami akan taati) Merekalah orang-orang yang beruntung.”
Allah ialah pencipta yang tidak berniat sama sekali untuk menyakiti setiap ciptaan-Nya. Allah itu pencipta yang Maha Menilai dengan sangat adil. Masa ujian yang belum jelas tepiannya ini, mungkin adalah cara-Nya untuk melihat mana yang benar-benar beriman dan mana yang tidak. Tidak ada lagi perkataan yang lebih tepat sasaran kecuali do’a. Titik nadir dalam situasi saat ini yang memang sulit. Akan tetapi bukan berarti menjadi payah dengan hanya berserah. Bukan pasrah tanpa melakukan apa-apa, tapi menaklukkan diri berbuat sesuatu sebagai buktinya. Agar tidak lagi menjadi manusia wacana, karena rencana adalah niscaya. Maka jadilah berdaya untuk menghadapi zaman ini. Dalam QS. At-Thagabun ayat 11 dan QS. Al-An’am ayat 59
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. At-Taghabun (64): 11
Juga ayat
وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِين
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” Qs. Al-An’am (6) : 59
Sebagai seorang muslim, manusia merupakan penjaga yang memiliki tanggung jawab besar atas segala kehidupannya. Menerapkan syari’at Islam secara kaffah adalah solusi atas segala permasalahan yang ada dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallahua’lam bishowab.
Views: 52
Comment here