Oleh Mulyaningsih
(Pemerhati Masalah Anak, Remaja, dan Keluarga)
Peristiwa Tahun baru Hijrah ini (Muharram) hendaklah kita ambil maknanya dengan baik. Agar Islam kembali tegak di muka bumi ini, membawa umat pada jalan lurus yang akan di ridai oleh Allah Swt.
Wacana-edukasi.com — Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sekarang telah memasuki Muharram. Bulan pertama pada penanggalan hijriyah. Berbagai kejadian silih berganti mengiringi kehidupan kita. Termasuk berbagai kebijakan telah ditetapkan di negeri ini. Berharap hadirnya Muharram membawa perubahan besar bagi umat untuk menuju pada kondisi terbaik. Karena fakta berbicara bahwa kondisi kita tidak baik-baik saja.
Berbicara terkait dengan Muharram, tentunya ada peristiwa yang luar biasa terjadi. Ada kisah nyata yang harusnya kita lakukan dan terapkan saat ini. Hijrah, itulah moment atau peritiwa yang ada. Kejadian tersebut pada saat Rasulullah dan para sahabat melakukan perpindahan tempat dari Makkah ke Madinah. Kejadian tersebut berdasar pada wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.
Berkaca dari peristiwa hijrahnya Rasul, sebenarnya ada maksud atau pengertian dari kata hijrah tersebut. Menurut bahasa hijrah berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu keadaan ke keadaan lain. Mengutip dari buku Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Hajar al-Asqalani serta kitab Awn al-Ma’bud karya al-Alqami dijelaskan bahwa kata hijrah tersebut ada dua macam. Yaitu lahir (zhahirah) dan batin (bathinah). Pengertian dari hijrah batin adalah meninggalkan seluruh apapun yang diperintahkan oleh hawa nafsu yang mengarah pada keburukan (nafsu al-ammarah bi as-su’) serta seruan setan.
Seseorang yang melakukan taubatan nasuha kepada Allah Swt., menaati segala perintah-Nya, dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Orang tersebut sejatinya telah melakukan proses hijrah. Sebagaimana penjelasan Nabi saw. saat ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang berhijrah (muhajir) itu? “beliau menjawab: “Dialah orang yang meninggalkan perkara yang telah Allah larang atas dirinya,” (HR. Ahmad).
Hijrah batin ini adalah sebuah perkara yang memang harus dilakukan oleh setiap muslim. Ketika ingin mendapat rida Allah Swt. Maka aktivitas yang harus dilakukan adalah patuh dan tunduk pada perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Segala aktivitas yang dia lakukan harus bersandar pada hal tersebut. Sebagai contoh, meninggalkan budaya suap-menyuap, bisnis barang haram, muamalah ribawi, berbuat zalim, melakukan persekusi kepada Islam dan penganut, serta yang lainnya. Segala aktivitasnya bersandar pada Islam semata, giat melakukan amar ma’ruf, beribadah, mencari rejeki yang halal, menutup aurat dan sebagainya. Allah Swt. berfirman: “Bersegeralah kalian menuju ampunan Tuhan kalian dan surga seluas langit dan bumi yang disiapkan bagi orang-orang yang bertaqwa” (TQS Ali Imran: 133).
Hijrah lahir (zahirah) yang diterangkan oleh Ibnu Hajar adalah lari menyelamatkan agama dari fitnah. Sama halnya dengan penjelasan al-Jurjani dalam At-ta’rifat, bahwa makna hijrah adalah meninggalkan negeri yang berada di tengah kaum kafir berpindah ke Dar al-Islam. Artinya meninggalkan segala apa yang Allah larang termasuk didalamnya berpindah dari negeri syirik untuk tinggal di Darul Islam (Negara Islam).
Darul Islam adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam segala lini kehidupan manusia serta keamanan berada penuh di tangan kaum muslim.
Hijrah lahir inilah yang kemudian menjadi peristiwa besar dalam sejarah kaum muslim. Semua kaum muslim berpindah dari Mekkah menuju Madinah agar Islam dapat diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan manusia. Dengan adanya peristiwa tersebut maka hukum-hukum Islam dapat diterapkan dalam segala lini kehidupan bahkan tak hanya di Madinah saja tetapi menyebar sampai ke seluruh penjuru dunia.
Tepatnya hampir dua pertiga dunia mau menerapkan Islam secara totalitas tadi. Yang terjadi sekarang ini hijrah lahir belum bisa terealisasi bahkan diabaikan. Kaum muslim sudah merasa puas dengan perbaikan dan peningkatan yang berkaitan dengan ibadah saja. Belum tampak nyata dihadapan mata usaha keras untuk dapat menyelamatkan Islam dari segala fitnah yang ada. Bahkan Islam sendiri dan para pembelanya menjadi kambing hitam atas segala kejadian yang hadir di muka bumi. Begitu kejinya mereka selalu saja Islam yang akhirnya di salahkan. Islam dituduh macam-macam, mulai dari terorisme, radikalisme, dan yang lainnya. Tak hanya hal itu, persekusi para mubalig dan ulama kerap kali terus mewarnai di negeri ini. Padahal sejatinya mereka hanya ingin menyelamatkan negeri ini dengan petunjuk agama dari Allah Swt.
Itulah gambaran fakta kegelapan yang telah menyelimuti negeri ini. Pada dasarnya, kondisi tersebut tak berbeda jauh pada saat Rasulullah dan para sahabat Ketika berada di Makkah. Jahiliyah menyelimuti dan melanda setiap aspek kehidupan manusia. Beruntunglah karena saat itu Islam datang serta memberikan pertolongan dengan tegaknya sebuah institusi negara di Madinah. Yang akan menerapkan syariah Islam secara kafah. Kemudian membawa umat menuju jalan terang benderang yang nyata.
Oleh sebab itulah, peristiwa Tahun baru Hijrah ini (Muharram) hendaklah kita ambil maknanya dengan baik. Agar Islam kembali tegak di muka bumi ini, membawa umat pada jalan lurus yang akan di ridai oleh Allah Swt. Arah perubahan juga harus menjadi perhatian khusus sehingga membawa umat Islam pada tujuan yang satu. Momentum Muharram sangat pas kita jadikan evaluasi secara totalitas agar membawa kehidupan ini pada cahaya kebenaran, Islam. Jadi, jangan sampai salah mengambil arah dan langkah.
Semoga masa itu akan kita temui kembali. Bergandeng tangan dan berjuang itulah realitas yang harus kita lakukan agar cahaya Islam kembali mewarnai bumi ini. Tentunya dengan kembali mendirikan sebuah institusi negara yang akan mengembalikan syariah untuk di terapkan di muka bumi. Itulah khilafah Islamiyyah yang menjadi corong serta pembela umat dan menjadi solusi atas segala persoalan kehidupan manusia.
Wallahu a’lam bishowab
Views: 22
Comment here