Opini

76 Tahun Merdeka, Tapi Indonesia Tetap Miskin

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Emmy Emmalya

wacanaedukasi.com — Di kemerdekaannya yang ke 76 tahun, Indonesia tetap miskin bahkan jumlah penduduk yang miskin makin bertambah di tahun 2021 ini. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional, laju angka kemiskinan di Indonesia permaret 2021 ada sekitar 27,54 juta jiwa atau 10,14 persen dari jumlah penduduk Indonesia ( Tvone, 18/8/21).

Sungguh angka Kemiskinan tersebut sangat mengkhawatirkan. Euporia menyambut kemerdekaan ternyata tak sesuai dengan kenyataan rakyatnya yang masih terbelenggu kemiskinan. Jangankan di masa pandemi di masa sebelum pandemi pun Indonesia berada dalam kungkungan kemiskinan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2017, laju angka kemiskinan di Indonesia berada di 10,64 persen (Tvone, 18/8/21).

Perlu diketahui definisi kemiskinan secara umum menurut KBBI adalah suatu kondisi ketika seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan. Hal ini bisa ditentukan oleh kebijakan pemerintah dalam penetapan garis kemiskinan yang ditentukan dengan ekonomi, karena tingkat kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh kebijakan ekonomi pemerintah.

Oleh karena itu, kemiskinan bisa juga disebabkan oleh gagalnya perkembangan ekonomi yang direncanakan oleh pemerintah. Sudah diketahui bersama, sistem yang menjadi acuan Indonesia dalam menerapkan politik ekonominya adalah sistem ekonomi kapitalisme. Padahal sudah dipahami bersama, sistem ini dibangun dengan berpijak pada produksi kekayaan daripada pada distribusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Bahkan pandangan terhadap distribusi tersebut menjadi pandangan nomor dua. Atas dasar inilah, sistem ekonomi kapitalis itu hanya mengarah pada satu tujuan: meningkatkan kekayaan negara secara total (aggregate), kemudian berusaha memperoleh tingkat produksi setinggi-tingginya.

Ekonomi kapitalis juga berusaha menjadikan realisasi kemakmuran anggota masyarakat setinggi mungkin sebagai akibat adanya pertambahan pendapatan nasional (national income) dan kenaikan produksi suatu negara. Itu dilakukan dengan mendorong mereka untuk memperoleh kekayaan dengan cara membiarkan mereka sebebas bebasnya dalam bekerja untuk memproduksi dan mengumpulkan kekayaan.

Oleh karena itu, ekonomi dalam pandangan kaum kapitalis bukan dibentuk dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan secara individual dan mencukupi kebutuhan masing-masing orang secara menyeluruh. Tapi ekonomi kapitalis berfokus pada barang-barang yang dapat mencukupi kebutuhan mereka secara umum, yakni memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka secara kolektif. Caranya adalah dengan meningkatkan produksi dan pendapatan nasional di suatu negara.

Dengan demikian maka sistem kapitalis hanya bisa memecahkan problem kemiskinan secara negara tapi kemiskinan secara individu tidak bisa terpecahkan, mengingat sistem ini hanya fokus pada memperoduksi barang tanpa memperhatikan distribusinya secara individu per individu.

Dengan demikian, hingga kapanpun sistem kapitalis tidak akan pernah bisa mensejahterkan rakyatnya karena tujuan dari politik ekonominya hanya untuk memperbanyak pemasukan negara dari orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk berproduksi, artinya yang bisa melakukan itu adalah para kapital alias pemilik modal. Sedangkan sebagian rakyat yang lain yang tak memiliki modal untuk menghasilkan suatu produksi, harus berusaha keras untuk mempertahankan hidup tanpa ada penjaminan dari negara.

Sistem Islam Mampu Mengatasi Kemiskinan

Sistem Islam memiliki politik ekonomi yang menjamin terealisasinya pemenuhan semua kebutuhan primer ( basic needs) setiap orang secara menyeluruh orang perorang sekaligus memberi kesempatan utk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai kadar kesanggupannya sebagai individi yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup tertentu ( kitab Nidzom Iqthishody, karya syekh taqiyuddin an nabhani hal. 69).

Oleh karena itu, Islam memandang setiap orang secara pribadi bukan secara kolektif sebagai komunitas yang hidup dalam sebuah negara. Atas dasar itu maka politik ekonomi Islam bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah negara semata, tanpa memperhatikan terjamin tidaknya setiap individu yang ada didalamnya. Politik ekonomi Islam juga tidak hanya bertujuan untuk mengupayakan kemakmuran individu dengan membiarkan individu sebebas-bebasnya untuk memperoleh kemakmuran tanpa memperhatikan terjamin tidaknya hak hidup setiap orang.

Sistem Islam pun menjamin bagi individu yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mensubsidi dari baitul maal, sehingga tidak ada individu yang hidup dalam negara Islam terlunta-lunta dan kelaparan. Dengan gambaran penjaminan ekonomi yang sedemikian rupa tidakkah kaum muslim hari ini tidak menginginkan kehidupan seperti itu. Islam memiliki solusi untuk menjamin kehidupan manusia, mengapa harus mencari hukum lain yang tidak memberikan jaminan seperti itu.

Jangan sampai mengaku sebagai umat nabi Muhammad Saw yang beriman kepada Allah Swt tapi tatanan kehidupannya masih bersandar kepada tagut, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat : 60 berikut ;

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَا كَمُوْۤا اِلَى الطَّا غُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْۤا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ ۗ وَيُرِيْدُ الشَّيْـطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا

Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 60)

Semoga kaum muslim hari ini menyadari keadaan mereka saat ini, yang masih terbelenggu oleh tagut lalu bersegera untuk memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here