Opini

Kemerdekaan yang Dinanti

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Asri Shabira

wacana-edukasi.com — Jiwa manusia mana yang tak menginginkan kemerdekaan? Tidak dijajah, tidak dikekang, tidak diperbudak dan al lainnya yang memperjauh setiap jiwa dari hak kemerdekaannya. Kira-kira, apakah manusia saat ini sudah mendapat kemerdekaan yang sesusungguhnya?

Jika dilihat dari peradaban dunia sebelum datangnya Islam, Persia dan Romawi adalah peradaban yang berperan besar terhadap andilnya dalam penguasaan dunia. Mereka menjajah dan mengeksploitasi daerah-daerah yang ada dalam kekuasaan mereka. Penduduk asli di dalamnya diperbudak dan disiksa, menguras harata dan merusak moralnya. Misalnya, di persia berkembang ajaran Mazdak, yang menganggap bahwa harta dan wanita sebagai air dan rumput. Jadi, keduanya dianggap sebagai kepemilikan umum, alias boleh untuk dimiliki siapapun.

Akibatnya, perampokan perzinaan sekaligus pemerkosaan marak disana. Sedangkan di Romawi, para kaisar diangap titisan dewa, titah para kaisar dan dewa dianggap sebagai printah tuhan yang dilarang untuk mengingkarinya. Selain itu, bangsa arab yang saat itu dijajah hawa nafsu. Bayi perempuan dianggap aib, hingga dikubur hidup-hidup. Praktek kecurangan dan prostitusi merajalela, penyembahan berhala, menghormati orang berdasarkan kasta dan kerusakan-kerusakan lainnya.

Berselangnya waktu, islam datang sebagai risala manusia melalui perantara Rasulullah SAW. Islam membebaskan dan memerdekakan umat manusia. Misi pembebasan dan kemerdekaan itu, salah satunya, tercermin dari pernyataan Rib’I At-tamimi R.A, seorang utusan perang pasukan islam dalam perang Qadisiyah. Beliau menemui Rustum, seorang panglima perang Persia, dan berkata ;
Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Ia kehendaki dari penghambaan ke sesama hamba menuju penghambaan hanya kepada Allah dari kesempitan dunia menuju keluasannya, dari kedzaliman agama-agama menuju keadilan Islam.”

Perkatan Rib’i At-Tamimi RA ternyata terbukti adanya. Umat manusia mendapatkan kemerdekaan dan pembebasan setelah islam diterapkan secara kafah. Bangsa arab yang semula penyembah berhala dan terbagi-bagi menjadi beberapa kasta, dirubah menjadi umat bertauhid, yang setara kedudukannya dihadapan Allah SWT. Abdullah bin Mas’ud RA, adalah seorang dhuafa dan penggembala kambing pula Bilal bin Rabah yang seorang mantan budak habasyah, namun keduanya sejajar dengan Abu BAkar Ash-Shiddiq dan Abdurrahman bin A’uf yang keduanya adalah seorang saudagar dan bangsawan. Ajaran tauhid yang dibawa Islam telah menghilangkan penghambaan kepada sesama makhluq yang tak pantas dipertuhankan.

Firman Allah SWT;
Ingatkah, menciptakan dan memrintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, tuhan semesta alam.” TQS. Al-A’Raf (7) : 54
Kodratnya yang sudah tetap sebagai makhluq atau ciptaan, manusia tak bisa membuat aturannya sendiri. Karena kodratnya tersebut, maka manusia bersifat lemah, terbatas dan saling membutuhkan pada satu sama lainnya. Maka wajar, aturan yang dibuat oleh manusia lebih mengarah pada keuntungan yang hanya menguntungkan dirinya, namun tidak menguntungkan bagi yang lain. Dari sinilah diketahui, bahwa manusia itu butuh aturan dari sang mudabbirnya, yakni Allah SWT. Yang sudah dapat dipastikan keadilannya dan membawa kemerdekaan bagi umat manusia.

Namun sayangnya, memang Islam masih berada hingga saat ini, tapi tidak direalisasikan dengan sempurna, hanya sebatas ibadah-ibadah yang bersifat individu, seperti ibdah mahdhah. Itupun yang mengoptimalisasikannya hanya dari sebagian kalangan kecil orang-orang yang betaqwa diantara sebagian besar orang-orang musim. Karena, umat Islam saat ini sudah takmenerapkan syari’ah Islam kaaffah lagi, tepatnya saat keruntuhan Khilafah pada tahun 1924 M. sejak saat itu, umat islam kembali dilabuhka hawa nafsunya yang dituntun dengan dukungan penerapanya ideologi kapitaisme, atau pandangan hidup yang menganggap bahwa, hidup ini hanya untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Akibatnya, seluruh hukum yang diambil adalah hukum sekulerisme. Atau aturan yang memisahkan agama dari kehidupan.

Buah dari kapitalisme itu sendiri, adalah demokrasi. Yakni sistem pemerintahan yang rakyatnya dijadikan alat pembuat hukum. Namun nyatanya pada praktek yang dilakukan, dibuatnya peraturan tersebut oleh para anggota pemerintahannya itu sendiri, bukan atas usulan rakyat. Rakyat hanya dijadikan bahan formalitas dalam proses pembentukan hukum. Akibatnya, ketika ada kebijakan yang bertentangan dengan syari’at dan merugikan rakyat, seperti perzinaan, privatitasi Sumber Daya Alam, undang-undang cipta kerja, undang-undang miras, undang-undang KPK dan lain sebagainya. Rakyat dipaksa untuk menerima hal tersebut. Dampaknya pula, kita yang dalam status sebagai rakyat, dilanda berbagai masalah. Seperti kriminalitas, kerusakan moral remaja, kemiskinan dan lain lainnya. Bahakan, para muslim di Negara minoritas disiksa dan didiskriminasi.

Firman Allah SWT:
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” TQS. Thaha : 124.

Yang artinya kita sebagai manusia memang butuh merdeka dalam artian sebenarnya.terlepas dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah SWT. Semata. Dan penghambaan kepada Allah SWT itu wajib hukumnya. Firman Allah SWT :

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kedalam islam secara sempurna (keseluruhan), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaithan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” TQS. Al- Baqarah : 208.

Maka dari itu, mari raih kemerdekaan haqiqi dengan mewujudkan Islam secara kafah dalam naungan Khilafah Islamiyah. Kemerdekaan ini pasti akan terjadi, karena allah telah menjanjikan pada umat manusia, bahwa Islam akan menaungi dunia dari timur hingga barat.

Jika ingin ikut berkontribusi dalam janji yang telah Allah sampaikan, maka kita harus mengkaji islam secara kaaffah. Agar orang-orang tercerahkan dan menginginkan perubahan. Yang akan mewujudkan khilafah a’la minhajin Nubuwah. Sebagaimana sabda RAsulullah SAW. :

“……..Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah a’la minhajin nubuwah, kemudian nabi diam.” HR. Ahmad.

Proyek sebesar itu, mana mungkin dilakukan seorang diri. Pasti harus melangkah bersama dalam mewujudkannya. Dengan bersama-sama dalam jalan tempuh juang yang sama pula, maka akan terwujudlah apa yang telah Allah janjikan untuk seluruh umat manusia. Dengan berabung mengikuti kelompok-kelompok dakwah islam ideologis yang menginginkan kebangkitan, yang aktif dalam mendakwahkan islam dan terjun ke lapangan masyarakat, bersama dalam mewujudkan kemerdekaan yang haqiqi dan meraih kemuliaan tertinggi sebagai penolong agama Allah SWT.

Wallahu’alam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 10

Comment here