Surat Pembaca

Mencari Keselamatan di Tengah Hukum yang Suka-Suka

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com — Belakangan kasus-kasus yang ramai di pemberitaan luas hampir semua menyudutkan Islam. Mulai dari haji batal, menteri bermasalah, isu radikal, kasus korupsi, ancaman pada ulama, kasus penistaan, dan lain-lain semua ada. Yang disebut terakhir yaitu penistaan atau perendahan pada Islam, terus menerus terjadi membuat umat gerah lalu bersuara. Bukannya direspon, umat Islam lebih diminta menahan diri dan sabar. Pelik, kasus antara M. Kece dan Irjen Napoleon Bonaparte juga lebih memberatkan sisi Napoleon yang menyerang penista. Bukan hanya dipindahkan ke lapas Cipinang tapi Irjen Napoleon dicap sok jagoan, sebutan yang buruk (populis.id, 08/10/2021). Mengapa rasanya ada dua kubu yang saling bertentangan?

Penting untuk menyoroti peran atau tanggung jawab pihak terkait. Respon yang ditunjukkan berpihak kemana. Suara rakyat sejatinya mau agar kemurnian Islam diutamakan untuk kemaslahatan umum tetapi pemangku jabatan tidak mendengarkan saat ini. Harapan seolah sirna padahal Islam yang diperjuangkan membawa keselamatan. Begitulah yang akan terjadi, tersebab kapitalisme. Kapitalisme telah menunjukkan wajah aslinya. Pihak yang paling banyak dirugikan tentu saja Islam maka karenanya kian sulit menggenggam Islam.

Ini pengaruh dari kebebasan individu yang lebih dijunjung tinggi dibanding nilai Islam. Selama kamu individu boleh menghinakan Islam. Umat Islam diimbau tenang dan tidak tersulut. Mengapa bisa demikian. Bersumber dari diterapkannya sistem kapitalisme yang memperjuangkan materi. Sehingga erat dengan kebebasan individu. Berbeda dengan Islam, kapitalisme berusaha memeras hasil keuntungan sebanyak mungkin. Kepuasan dibatasi dari nafsu manusia sedangkan nafsu tidak pernah berhenti. Sifatnya yang keduniawian sehingga tidak menghiraukan pertimbangan agama apalagi perkara akhirat dalam menghasilkan keuntungan tadi. Dukungan kepada pelanggaran individu akan dilakukan tanpa peduli selama ada keuntungan materiil. Dalam Islam tidak begitu.

Pada hakikatnya manusia hidup diawali dengan berfikir dan manusia hanya punya dua jalan penuntunnya. Pilihannya yaitu berjalan diatas “wahyu” atau berjalan diatas “nafsu”. Ibnu Battah AlAkbar pernah berkata, “Kita telah ada di zaman dimana sedikit orang yang lurus agamanya. Mencari keselamatan di zaman ini sangat berat sulit kecuali bagi mereka yang Allah jaga dan Allah hidupkan dengan ilmu.” Beliau hidup antara tahun 916-997 M. Kita bisa menyimpulkan berarti ada orang-orang yang tidak berilmu yang dia dikuasai oleh nafsu lalu berkeliaran menyimpangkan agamanya. Lantas bagaimana dengan kondisi sekarang?

Tidak ada yang lebih bijak dari aturan-Nya. Maka dari itu kontradiktif memang, manusia banyak yang membangkang. Contoh paling mencolok yaitu dengan mengagung-agungkan aturan yang dibuat sendiri. Ini tanpa disadari telah merugikannya. Mereka terjebak dalam keadaan celaka. Sementara Islam menawarkan keselamatan melalui Al-Qur’an. Sungguh Al-Quran itu turun dengan kebenaran, dan petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Diterapkannya syariat Allah dalam seluruh aspek kehidupan akan menciptakan keadilan benar-benar tegak di dunia. Membelanya adalah suatu amalan ibadah. Masalah perendahan terhadap Islam yang disampaikan di awal tulisan misalnya, akan diurai sepenuhnya. Dengan terurainya juga segala problematika lain di kehidupan akan membawa kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Insyaa Allah

Ateh Fitriani — Kulon Progo

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here