Opini

Krisis Keteladanan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Siti Sa’ada, S.Sos.

wacana-edukasi.com– Kepemimpinan telah menjadi topik pembicaraan dan pembahasan sejak lebih dari 2000 yang lalu. Tidak hanya di dalam al Qur’an didalam injil pun ditemukan pembahasan tentang kepemimpinan. Misalnya saja dalam Mattius 15:14 dikatakan bahwa,” Jika seorang buta memimpin seorang buta, keduanya akan jatuh kedalam jurang.” Artinya adalah kepemimpinan dan keteladanan yang baik diperlukan dalam mengarahkan seseorang atau kelompok kearah yang benar.

Di dalam al-Quranr Surat An-nisa ayat 59 Allah berfirman “ Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Rosul dan Ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rosul, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir.”

Nabi Muhammad SAW juga sangat jelas menerangkan dalam sabdanya. “Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin dan akan di mintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin maka ia akan diminta tanggung jawab atas kepemimpinanya,seorang suami adalah pemimpin ditengah keluarganya dan akan diminta pertanggung jawabanya. Seorang istri adalah pemimpin dan ia akan diminta tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang pegawai juga pemimpin dalam mengurus harta majikanya dan ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinanya.”

Keteladanan Rosulullah meliputi segala aspek. Tidak hanya sebagai pemimpin didalam keluarga ia juga mampu mengembangkan leadership berbagai bidang diantaranya self development, bisnis dan entrepreneurship, kehidupan bertetangga, politik. Pendidikan yang mencerahkan dan banyak aspek lainya yang telah Rosulullah tinggalkan keteladanannya ke umatnya. Hanya saja kita kadang terlalu sombong dan angkuh tidak mampu mengambil suri tauladan yang telah Rosulullah tinggalkan untuk umatnya karena kebodohan kita. Tak jarang kita kita hanya memandang Rasulullah SAW sebagai one sided yang artinya hanya melihat Rosulullah sebagai pemimpin keagamaan saja, tanpa melirik banyaknya suri tauladan lainya yang telah allah berikan contoh tebaiknya.

Kepemimpinan di Negara kita tecinta Indonesia sudah menduduki level yang sangat memprihatinkan. Itu dibuktikan dengan banyaknya pejabat-pejabat melakukan korupsi. Kebocoran anggaran dan pelaksanaan pembangunan ternyata lebih parah dari orde baru. Jika dulu kita hanya melihat korupsi terjadi hanya kepada para pemimpin pemerintahan pusat, namun kini sudah menyebar sampai kepada Pemerintahan Daerah bahkan Kepala Desa. Laporan Indonesia Corruption Watch (ICW) menunjukan, kerugian Negara akibat Korupsi mencapai Rp. 26,83 triliun pada semester 1 2021. Jumlah ini meningkat 47,63 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp. 18,17 triliun. Data ini baru semester pertama 2021 bagaimana tahun sebelumnya, yang tahun ini saja naik dari tahun sebelumnya bagaimana tahun-tahun berikutnya. Dilansir dari lokadata.id Indeks persepsi korupsi Indonesia dari 2004 sampai 2019 terus memperlihatkan kurva naik setiap tahunya.

Melihat data-data diatas jelas adanya pemimpin Negara Indonesia membutuhkan seorang suri tauladan dan menelaah kembali bagaimana kepemimpinan yang sudah diajarkan oleh Rosulullah. Rosulullah adalah seorang pemimpin yang tak rela melihat rakyatnya menderita, Rosulullah adalah sosok pemimpin yang istimewa itu bisa dilihat bagaimana Rosulullah memimpin dengan mengedepankan akhlak terpuji, baik dalam menghargai pendapat orang lain, lemah lembut namun tegas dalam prinsip.

Dalam buku Dr. Muhammad Syafi’i Antonio (the leader super manager 13:14) Kesuksesan kepemimpinan Rosulullah tidak lepas dari empat hal yaitu Siddiq ( jujur), amanah (dapat dipercaya), tabliq (benar),fathonah (intelek dan cerdas). Empat hal ini yang menjadikan Rosulullah berhasil dalam setiap kepemimpinannya dalam hal apapun. Kepemimpinan Rosulullah dilihat dari segala aspek baik self development, military, legal system, education, sosial politice, dakwah,family, busniness semua ini dilandasi dengan sifat kepemimpinan Rosulullah yang tidak meghilangkan nilai-nilai Religious Spirituality. Artinya adalah setiap kepemimpinan yang dijalankan oleh Rosulullah tidak lepas dari nilai-nilai islam dan landasan ketaqwaan kepada Allah.

Pemimpin-peminpin muslim mengalami rabun dekat. Artinya adalah pemimpin muslim tidak mampu melihat bagaimana perjalanan Rosulullah SAW secara utuh dalam segala aspek yang telah dibahas sebelumnya. Kita mejadikan Nabi Muhammad hanya sebagai panutan ketika masjid. Namun keluar dari lingkungan ibadah tersebut kita lupa membawa suri tauladan Rosulullah tersebut. Setiap muslim selalu memperingati kelahiran Nabi Muhammad setiap tahunya, tapi kumandangan sholawat hanya sebatas di Masjid saja dan tidak mengaplikasikanya dalam setiap aspek kehidupan yang telah dicontohkan oleh Rosulullah SAW.

Kehilangan suri tauladan dan rabun dekat inilah yang menjadikan pemimpin bangsa ini banyak melakukan kesalahan dan dzolim terhadap Rakyatnya. Maka tidak heran mulai dari pemimpin pemerintahan pusat sampai yang paling terkecil pemerintahn desa pun ikut andil dalam korupsi di Negeri ini dan kadang lucunya penegak keadilan pun gak bisa mengelak dari mengambil peran ikut serta dalam korupsi. Pemimpin Negara kita kehilangan arah, dunia telah menjadi tujuan utamanya, ia lupa masih ada akhirat yang akan menanti semua pertanggung jawaban perbuatanya.
Nabi Muhammad telah meninggalkan suri tauladan tentang leadership yang bisa kita copy-paste dan meniru bagaimana inspirasi serta kebijakan yang telah Rosulullah wariskan pada umatnya, sehingga tinggal kita sebagai umat muslim berbenah diri dan mau mengembangkan suri tauladan yang telah diwariskan Rosulullah dalam setiap demensi kehidupan kita.

Momentum memperingati Maulid Nabi yang banyak di peringati umat muslim pada tanggal 20 Oktober kemaren semoga bisa mengingatkan kembali kepada pemimpin-pemimpin kita umat Islam agar bisa kembali kepada suri tauladan yang telah ditinggalkan oleh Rosulullah SAW dan bisa kita jadikan rujukan dalam setiap aspek kehidupan kita di masyarakat.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 169

Comment here