Oleh: Hasriyana, S. Pd. (Pemerhati Sosial Asal Konawe)
wacana-edukasi.com– Sampai saat ini muslim Uighur masih saja tertindas akibat kezaliman penguasa China. Hak asasi mereka untuk hidup dikungkung oleh penguasa tirani yang ada. Padahal muslim Uighur menurut sejarah telah ada pada abad ketujuh, dimana Islam pertama kali diperkenalkan ke China oleh utusan dari timur tengah yang melakukan perjalanan untuk menemui kaisar Gaozong dari dinasti Tang. Bahkan tak lama setelah kunjungan utusan dari timur tengah, masjid pertama pun di bangun di pelabuhan perdagangan selatan.
Namun bagaimana awal mulanya muslim Uighur kemudian bisa tertindas sampai hari ini? Menurut laporan The Conversatiaon, pada abad ke-18, hubungan antara Muslim dan pemerintah China mulai berubah. Periode ini menyaksikan beberapa bentrokan dengan kekerasan, seiring pemerintah berusaha untuk melakukan kontrol lebih langsung atas wilayah di mana mayoritas Muslim tinggal (Matamatapolitik.com. 3/11/2020).
Selain itu, seperti yang dikutip dari media Tempo.co bahwa PBB memperkirakan sekitar 1 juta warga dari etnis Uighur, Kazakh dan minoritas lainnya diduga telah ditahan di Xinjiang barat laut China sejak 2017. Pakar kebijakan China Michael Clarke, dari Universitas Nasional Australia, mengatakan kepada ABC bahwa kekuatan ekonomi China dan takut mendapat balasan menjadi faktor besar dalam politik komunitas Muslim. “Kita menghadapai salah satu negara paling kuat di dunia,” kata Dr Clarke. “Sangat menyedihkan karena orang-orang Uighur mendapat perlakuan ini.”
Padahal di tengah tertindasnya muslim Uighur, mereka butuh penyelamat dan bantuan dari sesama muslim lainnya, sayang hal itu sulit mereka dapatkan, karena alasan nasionalisme. Tak terkecuali negara Indonesia yang notabene mayoritas berpenduduk muslim. Dengan dalih tidak ingin campur tangan terhadap urusan dalam negeri negara lain. Hal itu pun seolah menunjukkan para penguasa muslim minim rasa simpati terhadap sesama muslim lainnya. Miris!
Pun, terlihat jelas faktor politik, ekonomi dan kebijakan luar negeri, sehingga penguasa negeri-negeri muslim mengambil sikap diam seribu bahasa untuk tidak mengutuk aksi yang terjadi pada muslim Uighur. Seperti yang diketahui bahwa banyak investasi China terhadap negara tersebut, sebut saja Indonesia menurut data jumlah investasi negara China terhadap Indonesia mencapai 3,51 miliar dolar AS.
Apalagi selama hampir lima tahun, nilai FDI China di Indonesia mengalami peningkatan signifikan hingga 559 persen. Pada 2015, investasi China hanya sebesar 0,63 miliar dollar AS dan menjadi 3,51 miliar dollar AS pada 2020. Kemudian, bila dihitung pada triwulan III 2020 saja, posisi investasi China berada pada urutan kedua setelah Singapura (Kompas.com, 13/01/2021).
Hal ini berbeda dengan sistem Islam. Islam menjelaskan bahwa kaum muslimin itu seluruhnya bersaudara, ibarat sebuah tubuh manusia jika ada satu bagian tubuh yang sakit maka tubuh yang lainnya pun akan merasakannya. Seperti dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda, ”Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Maka bentuk kecintaan kita terhadap muslim Uighur bukan hanya memberi bantuan, menampung mereka dan mengutuk kezaliman penguasa tirani China, namun yang harus dilakukan negeri-negeri muslim, yaitu pemerintah seharusnya mengirimkan tentara-tentara untuk membantu mereka melawan penindasan China, dalam hal ini jihad fii’ Sabilillah.
Oleh karena itu, kita tidak bisa berharap pada negeri-negeri muslim yang ada, selama sistem Kapitalisme masih berkuasa. Karenanya hanya dengan menerapkan sistem Islam, maka harta, darah dan kehormatan kaum muslim bisa terjaga. Wallahu a’lam.
Views: 37
Comment here