Cerbung

(Bukan) Plagiat Part II

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Wida Nusaibah

wacana-edukasi.com– “Wid, kenapa Andra sekarang jadi lelet, ya, responnya?” keluh Edo pada Widodo, salah satu mentor menulisnya.

“Sudah berapa hari? Andra bilang kebijakan timnya jika sudah lima hari belum dimuat di Mading, bisa ditanyakan padanya.” Widodo menjawab tanpa memandang wajah Edo, karena dia sedang fokus mengedit sebuah naskah.

“Ini sudah lima hari. Tadi aku chat udah centang dua, tapi gak dibalas. Naskahku juga belum dibaca, masih centang hitam. Apa kualihkan saja ke tim Alfian, ya? Kayaknya Andra sedang sibuk ngurus seleksi lomba menulis fiksi, ya?”

“Kamu benar, dia kan ketua panitianya. Dia juga ada kerjaan di luar. Pasti dia sibuk sekali. Ya sudah, kirim saja ke Alfian biar gak keburu basi hasil reportasenya! Tapi ingat, kasih pemberitahuan dulu ke Andra kalau naskahnya kamu tarik.” Widodo memberi peringatan pada Edo.

“Siap, Bos, pasti kuberitahukan. Aku kan sudah paham etika jurnalistik.” Edo menjawab dengan mengerlingkan matanya.

“Bagus!”

“Kenapa sekarang tim Andra jadi gak bisa terima naskah titipan? Semua harus kirim lewat dia. Padahal dia sibuk. Kalau ada asisten kan bisa meringankan bebannya.”

“Dulu itu sering kejadian teman-teman kirim naskah ke leader sekaligus ke tim. Nah, beberapa kali terjadi naskah tersebut dimuat dobel di Mading. Makanya, untuk menghindari naskah dimuat dobel, dibuatlah kebijakan naskah masuk satu pintu.”

“O, gitu,” balas Edo sambil manggut-manggut.

“Kontributor Mading harus paham bahwa tim pengelola Mading gak hanya ngurusin Mading. Banyak urusan sekolah lain yang juga butuh fokus, termasuk urusan pribadi.”

“Aku salut sama kalian, termasuk Andra. Kalian bisa menghandle semua urusan dengan baik. Meskipun kadang masih ada kekurangan, itu wajar. Semoga semua lelah kalian mendapatkan balasan pahala di sisi Allah!”

“Aamiin … thanks, ya, Bro!” Widodo dan Edo mengepalkan tangan kanan mereka dan melakukan tos. Kemudian mereka pergi ke kelas masing-masing.

Saat tiba di dalam kelas, Edo mengeluarkan gawai. Sambil menunggu bel berbunyi, dia mengirim chat pada Andra untuk menanyakan kabar naskahnya. Meskipun sebenarnya dia ragu, karena dia ingat Widodo pernah mengatakan jika Andra itu tidak suka jika ada yang menanyakan kabar naskah padanya. Andra akan menganggap orang itu gak sabaran dan gak memahami kesibukannya. Akan tetapi, tak ada pilihan lain, toh Andra sendiri yang mengatakan jika dalam lima hari belum dimuat, maka dia berhak menanyakan kabar naskahnya. Ya, siapa tahu saja Andra lupa atau chatnya tenggelam. Apalagi, naskah itu keburu basi kalau terlalu lama mengendap di meja tim Mading.

[Assalamualaikum, Bro Andra! Kabar naskahku gimana? Bisa dimuat di Mading tim XI atau tidak?]

****

Di jam yang sama, dan dalam situasi yang sama dengan kemarin, Edo membuka chatnya pada Andra. Dia ingin memastikan apakah chatnya sudah dibaca atau belum, karena belum ada pemberitahuan chat balasan dari Andra.

Dahi Edo mengernyit. Chat yang dia kirim kemarin sudah centang biru, artinya sudah dibaca. Namun, tak ada balasan. Dia berpikir Andra benar-benar sibuk, sehingga tak sempat membalas chatnya.

“Kalau balas chat saja tak sempat, pasti dia juga gak sempat memuat naskahku,” pikir Edo.

Setelah itu, Edo memutuskan untuk mengirimkan chat penarikan naskah. Sekali lagi, bukan karena tidak sabar. Melainkan, dia tak mau berita yang dia tulis itu terlambat dibaca teman-teman sekolahnya. Akhirnya, dia mengirimkan naskah itu pada Alfian via chat wapri.

Di hari yang sama, naskah yang Edo kirimkan pun dimuat di Mading kelas XII. Mungkin karena isinya keburu basi jika tidak segera dimuat, atau memang tim Alfian lebih cepat responnya. Edo belum tahu, karena ini pertama kali dia mengirimkan naskah ke tim Mading XII.

Hati Edo merasa gelisah. Dia pun membuka chatnya pada Andra. Ya, chat penarikan naskah itu sudah centang biru. Namun, tetap tak ada balasan dari leader tim Mading XI itu.

Setelah melihat chatnya pada Andra sudah centang biru, kemudian Edo mengabari Widodo tentang naskahnya yang langsung dimuat di tim Mading kelas XII. Sebab, Widodo merupakan salah satu mentor tim Mading.

“Widodo pasti ikut senang naskahku sudah dimuat di Mading,” pikirnya.

Edo tersenyum lega. Dia merasa tenang, karena chat penarikan sudah dibaca, sehingga dia berhak mengirimkan naskahnya pada tim lain. Namun, tiba-tiba saja hatinya kembali gusar. Ada sebuah rasa yang membuat hatinya merasa tidak nyaman, entah kenapa.

Bersambung ….

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here