Opini

Surga di Depan Mata, Jangan Disia-Siakan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Leyla

wacana-edukasi.com– Viral baru-baru ini kasus 3 orang anak yang menyerahkan ibunya bernama Trimah 65 tahun asal Magelang (Jawa Tengah), ke panti jompo Griya Lansia Husnul Khotimah, Malang (Jawa Timur). Pekerjaan anak-anaknya sebagai ojek menjadi alasan mereka sama-sama sibuk, sehingga menitipkan ibunya ke panti jompo, bahkan di dalam surat pernyataan kepada panti, mereka menyerahkan prosesi pemakaman kepada pihak panti jika ibunya meninggal dunia (TV One, 31/10/2021).

Namun belakangan anak ke-2 dari ibu Trimah mengklarifikasi bahwa alasannya menitipkan ibunya ke panti jompo adalah karena sedang kesulitan ekonomi dan tidak punya tempat yang layak buat ibunya, sehingga dititipkan di panti jompo agar mendapatkan perawatan yang lebih baik (MMC Millenials, 11/11/2021).

Kasus tersebut adalah salah satu dari kesekian kasus yang sudah sering terjadi dan tidak hanya terjadi di negeri ini. Sebagaimana juga terjadi di Malaysia, seorang ibu 80 tahun diturunkan dari mobil anaknya untuk membeli barang ke sebuah toko kelontong Sungai Kob, Kedah, Malaysia. Lalu sang anak pergi dengan alasan hendak mencuci mobil, namun ternyata berjam-jam anaknya tak kunjung kembali menjemput ibunya. Saat dihubungi polisi, putri ibu tersebut mengatakan bahwa sudah tidak mau merawat sang ibu (Tribunnewscom, 20/10/2019).

Sungguh sangat memilukan, mengapa kasus seperti ini bisa terjadi dan bahkan semakin sering terjadi.
Apakah penyebab hal tersebut, bisa dipicu oleh banyak faktor, beberapa diantaranya adalah:
Pertama, Peradaban Kapitalisme. Peradaban Kapitalisme adalah faktor utama yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi.
Dimana tatanan kehidupan kapitalis yang telah menguasai sendi-sendi kehidupan di manapun negeri, telah menghancurkan nilai-nilai moral bahkan memberangus norma-norma agama.

Sehingga menjadikan seseorang baik terpaksa ataupun tidak, bahkan baik sadar ataupun tidak sadar, telah tertuntut arus kapitalisme. Tuntutan hidup serba materi tidak bisa tidak, menjadi hal sangat dikejar dan dipenuhi dengan cara apapun, meski harus melepaskan diri dari nilai-nilai kebaikan hingga tanpa disadari telah menjadi generasi durhaka bak Malin Kundang.

Kedua, Kurangnya
Pemahaman Agama. Ketidakfahaman terhadap norma-norma agama khususnya Islam, telah menjadikan seseorang mudah tergoyahkan arus kapitalisme. Padahal syari’at telah menuntun dengan sangat jelas terkait berbakti kepada orang tua. Allah telah berfirman:
” …Dan Kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam 2 tahun. Bersyukurlah kepada- Ku dan kepada dua orang ibu- bapakmu, hanya kepada- Kulah kembalimu.
(TQS.Al -Luqman: 14).

Sistem hidup sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah semakin menjauhkan seseorang dari ketaatan kepada hukum Allah swt. Bahkan tak ada lagi rasa takut atas setiap pelanggaran terhadap hukum Allah swt.
Nilai-nilai agama seakan tak lagi tersimpan di dalam naluri.

Ketiga, Luka Pengasuhan Orang Tua. Tidak bisa dimungkiri, luka pengasuhan orang tua kepada anak-anaknya juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kasus abainya anak kepada kedua orang tuanya.

Luka pengasuhan adalah luka batin yang membekas pada diri anak karena perlakuan orang tua yang keras kepada anak-anaknya di masa lalu, sehingga menyebabkan hilangnya rasa empati anak kepada orang tuanya.

Pengasuhan orang tua yang demikian, juga tidak lain adalah karena orang tua juga terbawa arus kapitalisme misalnya di saat orang tua mengalami kondisi ekonomi yang sulit, anak-anak menjadi korban kegalauan dan emosi para orang tua. Orang tua menjadi tidak bijaksana terhadap anak-anaknya dan juga terhadap dirinya sendiri.

Lebih dari itu, bahkan seringkali kekerasan terhadap anak pun terjadi, sehingga anak-anak mengalami trauma, lalu hilang rasa empati, menghormati dan hilang naluri rasa kasih sayang yang berkepanjangan kepada orang tua sampai mereka dewasa. Celakanya, mereka tidak mau memaafkan dan enggan berbakti kepada kedua orang tuanya di saat mereka bahkan telah berkeluarga.

Demikianlah fakta yang semestinya menjadi PR besar bagi kita dan menjadi tanggung jawab bersama, baik sebagai individu, keluarga, masyarakat bahkan negara untuk menghentikan terjadinya kembali kasus generasi durhaka.

Stop generasi durhaka dengan langkah-langkah perubahan diantaranya dengan:

Pertama, Membuang sistem Kapitalisme. Buang dan campakkan sistem Kapitalisme yang rusak dan merusak karena telah menjadikan materi sebagai tujuan utama yang ingin diraih oleh seseorang, sehingga ia merasa tak ada lagi hal yang lebih penting daripada mengejar materi. Tatanan hidup Kapitalistik yang serba materi tersebut telah menjadikan seseorang semata mengejar dunia dan melupakan kehidupan akhiratnya, padahal dunia dan akhirat adalah dua kehidupan yang saling terkait. Dimana dunia hanyalah ibarat kendaraan untuk mendapatkan pahala kebaikan, sebagai bekal menuju kehidupan akhirat yang kekal.

Kedua, Kembali kepada Islam. Islam telah mengajarkan bahwa betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua (birruul walidain), bahkan hal tersebut adalah sebuah kewajiban yang jika diabaikan maka berdosa.

Kehidupan dunia ini bukanlah akhir dari tujuan hidup kita.Tapi akhiratlah tujuan hidup yang sebenarnya, kekal abadi di surga atau di neraka. Berbakti kepada orang tua adalah jalan terdekat dan ada di depan mata untuk kita meraih surga, jangan sampai disia-siakan. Enggan merawat orang tua, abai terhadap mereka terlebih di masa tuanya adalah hanya akan mendatangkan kehinaan bagi kita.
Rasulullah saw bersabda;
” (Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup, atau salah satu dari keduanya, ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga” (HR. Muslim).

Menanamkan nilai-nilai moral dan agama, serta mengganti tatanan hidup kapitalis-sekuler dengan sistem Islam di seluruh sendi-sendi kehidupan adalah solusi terbaik untuk mencetak generasi berakhlak mulia serta mampu membangun peradaban Islam yang agung.

Ketiga, Stop luka pengasuhan. Tempaan hidup yang keras sebab ulah tuntutan sistem kapitalisme menjadikan para orang tua terkadang tak mampu bersikap bijak menghadapi tantangan hidup dalam menghidupi keluarganya. Sehingga muncullah para orang tua dengan karakter-karakter keras, yang pada akhirnya menghasilkan kondisi anak-anak yang berkarakter keras pula.

Inilah bahayanya ketika anak-anak merasa memiliki orang tua yang tidak sesuai dengan harapan mereka, yaitu orang tua yang mengayomi, bijaksana dan penuh dengan kelembutan dan kasih sayang, sehingga merasa tentram di sisi orang tuanya. Namun malah sebaliknya, kekerasan sikap orang tua menjadi luka batin yang terus menganga.

Stop luka pengasuhan dengan saling memaafkan adalah jalan terbaik untuk terciptanya kembali kasih sayang dan cinta di antara orang tua dan anak-anaknya. Jika kelak orang tuanya telah sampai pada usia senja, sang anak akan dengan tulus ikhlas mendampingi dan merawat di saat orang tuanya butuh pelayanan, sebagaimana dulu ketika orang tuanya melayani dirinya di masa kecil.

Hanya dengan menerapkan nilai-nilai Islam di dalam membina keluarga yang mampu menciptakan karakter-karakter berakhlak mulia pada diri orang tua dan juga anak-anak. Sehingga tak ada lagi kasus anak-anak yang menelantarkan orang tuanya. Tak ada lagi anak-anak yang menyia-nyiakan surganya yang ada di depan mata.

Hanya dengan Islamlah satu-satunya sistem yang mampu mewujudkan tatanan kehidupan yang mulia dan peradaban yang agung sepanjang masa.

Wallahua’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 99

Comment here