Oleh : Irma Legendasari
Wacana-edukasi.com– “Dia (Allah) menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Karena itu, janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kalian mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah : 22).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan prakiraan curah hujan akibat fenomena La Nina. BMKG menyebut fenomena La Nina pada level moderate sering dimulai pada musim hujan sampai Februari 2022.
“Demikian juga pusat layanan iklim dunia lainnya, seperti di Amerika oleh NOAA, di Australia oleh BoM dan di Jepang oleh Japan Meteorological Agency memperkirakan bahwa La Nina ini setidaknya akan terjadi hingga level moderate hingga Februari 2022,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Rakornas Antisipasi La Nina yang disiarkan di kanal YouTube BMKG, Jumat (29/10/2021). Dwikorita mengatakan, dari data BMKG, fenomena La Nina ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan bulanan di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur pada November mendatang. Akumulasi curah hujan bulanan dapat meningkat 70 persen (detik.com. 29/10/2021).
Bencana banjir bandang atau tanah longsor yang terjadi akhir-akhir ini, tidak semata- mata diakibatkan oleh curah hujan tinggi yang dipengaruhi oleh fenomena La Nina. Tetapi harusnya menjadikan bahan untuk muhasabah diri, bahwa ada faktor campur tangan manusia yang mendukung adanya bencana ini bisa terjadi. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan Prof.Dr. Henny bahwa,
“Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik,” kata Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Henny Herawati di Pontianak, Minggu (7/11). Dilansir Antara (merdeka.com. 7/11/2021)
Aktifitas manusia yang gemar membuang sampah sembarangan, menjadikan alih fungsi hutan, jalan yang di beton atau di aspal sehingga tidak ada lagi tanah sebagai penyerapan air bahkan terjadi pengerukan gunung-gunung tinggi menjadi daratan rendah. Hal ini tak ayal akan mengundang bencana. Jauh-jauh hari sudah Allah ingatkan bahwa, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS Ar-Ruum [30] : 41).
Lantas, jika semua ini sudah terlanjur terjadi, siapa yang patut disalahkan?
Yang jelas, semua berawal dari sistem yang salah, yaitu kapitalisme. Yang mana di sistem ini, semua sumber kekayaan alam yang bisa menguntungkan akan dikeruk sampai habis, demi terkumpulnya harta yang banyak, tidak akan pernah melihat dampak yang ditimbulkan. Sistem ini melahirkan manusia-manusia yang serakah, berlomba- lomba menimbun kekayaan, tidak peduli dengan sesama, hilangnya rasa simpati dan empati. Semua hanya dinilai tak jauh dari materi.
Alam ini sedang meronta kesakitan, memerlukan pengobatan yang mujarab untuk memperbaiki kondisi hutan yang gundul, pengerukan gunung-gunung, rusaknya kehidupan hayati laut dan sungai yang dijejali banyak sampah. Sangat diperlukan dokter dengan segera sebelum semuanya terlambat. Maka yang layak menjadi dokternya adalah manusia- manusia yang amanah, bertanggung jawab, yang mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang tinggi, takut kepada Allah, menyayangi semua makhluk ciptaanNya. Semua manusia bisa menjadi dokternya, dengan mengkaji Islam secara komprehensif, bahwa Islam tidak hanya dipelajari sebagai Ibadah mahdah saja, tetapi memahami Islam sebagai pandangan hidup yang dapat menjadi solusi bagi seluruh permasalahan.
Wallahu a’lam bisshowab
Views: 10
Comment here