wacana-edukasi.com– Tawuran pemuda kembali pecah di Jakarta. Tawuran terjadi di Jalan Jatinegara Barat, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (22/11/2021) dini hari. Kepala Kepolisian Sektor Jatinegara, Komisaris Yusuf Suhadma mengatakan, kedua kelompok saling serang mengggunakan senjata tajam. “Tawuran tadi pukul 03.00 WIB, tetapi bisa dibubarkan,” kata Yusuf, Senin (22/11).
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, tawuran antarpelajar merupakan cerminan dari ketidakmampuan melakukan kontrol diri. Selain itu, menurut penulis tawuran juga terjadi karena banyak faktor, seperti kurangnya peran orangtua dalam hal mendidik anak, kurangnya peran sekolah dalam memahamkan siswanya untuk saling menghargai dan menyayangi, serta kurangnya peran negara dalam menjatuhkan sanksi sehingga tidak membuat efek jera bagi para pelaku.
Kita melihat fakta bahwa remaja atau pelajar di negeri ini sudah krisis identitas. Serta terlihat adanya dekadensi moral. Banyaknya tawuran yang terjadi menunjukkan negeri ini sedang tidak baik. Remaja semestinya bersungguh-sungguh belajar untuk memikirkan masa depan negeri ini dan didampingi oleh orang tua serta guru dan lingkungan yang mendukung. Karena merekalah penerus estafet tampuk kepemimpinan 15 hingga 20 tahun kedepan.
Namun jika kondisi generasi kian rusak maka bisa dipastikan negeri ini akan dipimpin oleh pemimpin yang rusak. Harus ada penanganan serius dan sistemis menyelesaikan masalah ini.
Dalam Islam, remaja diistilahkan dengan As-Syabab atau al-Fata. Bentuk jamaknya adalah as-Syubban dan al-Fityah. Dilihat dari kaca mata syari’ah, remaja adalah orang yang menginjak aqil baligh yang memasuki kategori mukallaf, yaitu orang yang sudah mendapat beban kewajiban melakukan syariat.
Remaja dalam Islam juga dituntut untuk peduli terhadap setiap fakta yang terindra olehnya untuk mencari solusi dari Islam. Bukan malah menjadi penyebab permasalahan muncul seperti tawuran atau perzinahan. Juga pentingnya hadir peran keluarga dan komunitas yang kondusif, agar mereka bisa mengungkapkan segala sesuatu yang perlu didiskusikan kepada orang yang tepat.
Sudah saatnya kembali pada Islam agar tawuran dan permasalahan remaja tidak terus berulang. Berulangnya permaslahan yang terjadi di negeri ini karena diterapkannya sistem sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Sistem sekuler pula yang melahirkan sikap ashobiyyah (cinta akan golongan), sehingga semangat kelompok mengalahkan hukum Islam yang benar. Rasa ingin menang selalu mendominasi dan mencampakkan amal yang diridai Allah swt. Padahal Allah telah memerintahkan setiap muslim untuk taat dan jangan menjadi orang-orang yang fasik dan jangan menjadi musuh Allah. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 98.
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
Siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
Susi Aisyah (Ibu Pegiat Literasi)
Views: 134
Comment here